Sukses

Menggapai Dolar dengan Ikan Hias

Para pembeli yang datang ke tempat penampungan ikan milik Fransiska karena ikan hias Indonesia memiliki warga lebih cerah. Sayang, bisnis ini masih mengandalkan ikan-ikan yang diambil langsung dari habitatnya.

Liputan6.com, Bali: Ikan bidadari, badut, kupu-kupu, dan ikan tang biru adalah sebagian dari jenis-jenis ikan yang paling banyak menghiasi akuarium air asin. Tidak heran jika permintaan ikan hias laut di pasar membuat bisnis ini terus berkembang. Peluang bisnis inilah yang ditangkap Fransiska Ketut Sutangingsi, seorang pebisnis ikan hias di Pulau Serangan, Denpasar, Bali.

Di tempat penampungan ikan miliknya, tidak kurang dari 600 jenis ekor ikan hias diperjualbelikan setiap hari. Fransiska mendapatkan ikan-ikan tersebut dari para nelayan Bali, Nusatenggara, Jawa, serta Sulawesi. Ia tidak pernah mematok jumlah ikan yang akan disetor. Berapa pun jumlahnya akan diterima.

Baru-baru ini, misalnya, Fransiska mendapat pasokan dua ekor ikan pari dan sejumlah ikan lainnya. Ikan-ikan itu langsung menjalani serangkaian pemeriksaan. Setelah diketahui kondisinya baik, baru kemudian dipindahkan ke bak karantina.

Setelah berhasil melewati masa karantina, barulah ikan-ikan dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk dikirim ke pembeli. Saat ini, permintaan ikan hias di pasar internasional lumayan tinggi. Bahkan, tidak sedikit pembeli yang jauh-jauh datang ke tempat penampungan ikan milik Fransiska.

Mereka umumnya tertarik karena ragam jenis ikan hias Indonesia lebih banyak. Selain itu, warna ikan juga lebih cerah. Setidaknya ini diungkapkan Max Wildenauez asal jerman serta pembeli dari negara lain.

Sejak menggeluti bisnis jual-beli ikan hias lima tahun silam, Fransiska mengaku tak pernah sepi order. Negara-negara yang menjadi tujuan ekspornya antara lain Korea Selatan, Jepang, Jerman, Amerika Serikat, dan baru-baru ini Australia.
Ikan-ikan tersebut dijual dengan harga bervariasi, mulai dari Rp 3.500 per ekor hingga yang termahal Rp 125 ribu per ekor.

Tidak hanya ikan hias, Fransiska juga menawarkan satu set akuarium lengkap yang siap dipajang. Untuk akuarium, ia mematok harga mulai Rp 2,5 juta hingga Rp 5 juta tergantung ukurannya. Dari bisnis ini, Fransiska mengaku bisa meraup keuntungan hingga Rp 50 juta setiap bulan.

Namun sayang, bisnis ikan hias Fransiska masih mengandalkan ikan-ikan yang diambil langsung dari habitatnya. Padahal, pembudidayaan perlu segera dikembangkan sehingga tidak terjadi penyusutan populasi di alam.

Sementara di Jakarta, pasar ikan yang sudah cukup terkenal adalah Pasar Barito, Jakarta Selatan. Pasar Barito menawarkan berbagai macam ikan hias, termasuk berbagai ragam ikan hias laut seperti ikan morai. Ikan ini bentuk dan kulitnya menyerupai ular dengan panjang hampir satu meter. Ikan Morai senang bersembunyi di balik karang.

Pasar Barito juga menjual berbagai jenis udang, seperti lobster kecil yang biasa disantap di restoran. Ada juga udang merah putih. Kakinya yang panjang melenggak lenggok sangat mempesona seperti kaki peragawati. Selain itu juga ada tanaman hias. Baik ikan maupun tanaman harganya tidak terlalu mahal, berkisar antara Rp 10 ribu sampai Rp 50 ribu.

Selain Pasar Barito, pasar ikan di Jalan Sumenep, Jakarta Pusat juga tidak kalah lengkap. Disini kita bisa membeli berbagai alat untuk perawatan seperti kapas pembersih, jaring ikan, lampu, dan alat pembersih air. Ada juga makanan untuk ikan hias dan tanaman. Akuarium juga dijual di Pasar Sumenep.

Akuarium yang ditawarkan beragam, dari yang terbuat dari kayu yang biasa sampai kayu jati dengan bentuk sesuai selera pembeli. Harga yang ditawarkan berkisar Rp 4 juta sampai Rp 10 juta, tergantung ukuran dan kualitas kayunya.

Ikan yang dijual disini juga banyak. Ada ikan pari, ubur-ubur, serta bintang laut. Harganya pun lumayan murah, tak sampai Rp 50 ribu. Yang tidak kalah seru adalah ikan hiu. Harganya tergantung musim. Kalau sedang tidak musim, akan sulit didapat dan harganya menjadi lebih tinggi Harga satu ikan hiu ini antara Rp 400 ribu sampai Rp 1 juta.

Cara merawat ikan dan tanaman hias laut tidak terlalu sulit. Tetapi membutuhkan ketelitian yang cukup tinggi. Sebab, keduanya harus hidup di air laut dengan kadar garam yang pas.(BOG/Tim Liputan 6 SCTV)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.