Sukses

Peneliti Tantang Chatbot ChatGPT Garap Ujian Pascasarjana, Dapat Nilai Berapa?

Studi mencoba mencari tahu bagaimana chatbot ChatGPT OpenAI jika diminta mengerjakan soal-soal ujian pascasarjana

Liputan6.com, Jakarta Di tengah popularitas yang mulai meningkat, tidak sedikit pihak yang khawatir dengan keberadaan chatbot berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dari OpenAI, ChatGPT, salah satunya di sektor pendidikan.

Baru-baru ini, sebuah penelitian dilakukan untuk melihat seberapa jauh kemampuan ChatGPT untuk menyelesaikan pekerjaan yang terkait dengan tes pascasarjana.

Dalam studi di Wharton School University of Pennsylvania, Amerika Serikat, dilaporkan bahwa chatbot itu bisa bekerja lebih baik, daripada banyak siswa dalam ujian untuk gelar MBA.

Laporan ini ditulis oleh Christian Terwiesch, pakar manajemen inovasi di sekolah bisnis itu, dengan judul "Would Chat GPT3 Get a Wharton MBA?"

Terwiesch pun menulis, ChatGPT dapat lulus dengan nilai B sampai B- dalam ujian. Ia mengatakan, temuan ini memiliki implikasi yang penting untuk pendidikan sekolah bisnis.

"OpenAI Chat GPT3 telah menunjukkan kemampuan yang luar biasa untuk mengotomatiskan beberapa keterampilan pekerja pengetahuan berkompensasi tinggi secara umum," kata Terwiesch.

"Khususnya pekerja pengetahuan dalam pekerjaan yang dipegang oleh lulusan MBA termasuk analis, manajer, dan konsultan," imbuh Terwiesch.

Dia juga menulis, chatbot itu dapat melakukan tugas profesional seperti menulis kode perangkat lunak dan menyiapkan dokumen hukum.

Terwiesch menyimpulkan, chatbot AI itu melakukan "pekerjaan luar biasa pada manajemen operasi dasar dan pertanyaan analisis proses termasuk yang didasarkan pada studi kasus."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Studi Lain Ungkap ChatGPT dalam Tes Pascasarjana

Dalam studi yang lain, profesor hukum dari University of Minnesota, juga meminta ChatGPT untuk menghasilkan jawaban dalam ujian pascasarjana di empat mata kuliah di kampusnya.

Hasilnya, seperti dikutip dari Engadget, AI tersebut bisa melewati keempatnya, tetapi dengan nilai rata-rata C+.

Penelitian di University of Minnesota mencatat, ChatGPT memang pandai menangani "aturan hukum dasar" dan meringkas doktrin, tapi gagal saat mencoba menunjukkan masalah yang relevan dengan sebuah kasus.

Para profesor Minnesota mengatakan, mereka tidak menerapkan permintaan pembuatan teks untuk kursus atau pertanyaan tertentu, dan percaya siswa dapat memperoleh hasil yang lebih baik dengan penyesuaian.

Sementara di Wharton, Terwiesch mengatakan, bot ini mahir mengubah jawaban sebagai respon terhadap pelatihan manusia.

ChatGPT pun mungkin tidak lulus ujian atau esai dengan sendirinya, tetapi seorang penipu, dapat membuat sistem menghasilkan jawaban yang kasar, lalu menyempurnakannya.

3 dari 4 halaman

Penggunaan ChatGPT Harus Dibatasi

Kedua penelitian pun mewanti-wanti sekolah untuk membatasi penggunaan teknologi, demi mencegah kecurangan menggunakan ChatGPT.

Mereka juga merekomendasikan mengubah pertanyaan untuk mencegah penggunaan (misalnya fokus pada analisis alih-alih membaca aturan) atau meningkatkan tantangan bagi orang-orang yang bersandar pada AI.

Menurut peneliti di University of Minnesota, para pelajar pun masih perlu mempelajari "keterampilan mendasar" daripada bergantung pada bot, untuk mendapatkan bantuan.

Di sisi lain, kelompok studi masih percaya ChatGPT bisa mendapatkan tempat di kelas. Pengajar dapat mengajari siswa cara mengandalkan AI di tempat kerja, atau menggunakannya untuk menulis dan menilai ujian.

Terwiesch mengatakan, teknologi ini bisa menghemat waktu yang dihabiskan siswa, sehingga bisa dialihkan ke lebih banyak pertemuan atau materi pelajaran yang baru.

4 dari 4 halaman

ChatGPT Bikin Pendiri Google Turun Gunung

ChatGPT yang diluncurkan pada 30 November 2022 lalu ini, sebelumnya disebut-sebut membuat Google panik dan merasa terancam.

Saking paniknya, CEO Google Sundar Pichai memanggil dua pendiri perusahaan mesin pencari tersebut, yakni Larry Page dan Sergey Brin, dilansir The New York Times, Senin (23/1/2023).

Adapun pertemuan Sundar dengan duo pendiri Google ini untuk membahas tentang strategi kecerdasan buatan (AI) buatan Google, setelah ChatGPT menjadi sorotan pada Desember tahun lalu.

Diketahui, Larry dan Sergey sendiri sudah lebih dari tiga tahun mengundurkan diri sebagai eksekutif di Google.

Menurut laporan The New York Times, Larry Paga dan Sergey Brin telah mengadakan beberapa pertemuan dengan para eksekutif bulan lalu untuk menyusun strategi AI Google.

Kabarnya, mereka telah menyetujui rencana untuk memasukkan lebih banyak fitur chatbot ke dalam mesin pencarinya. Sayangnya, masih belum diketahui secara pasti fitur atau peningkatan apa saja yang Google hadirkan ke dalam teknologi AI bikinan mereka ini.

Rencananya, raksasa mesin pencari tersebut akan memperkenalkan sejumlah produk baru dan memperlihatkan kemampuan chatbot Google di mesin pencari dalam waktu dekat ini.

Kemungkinan, perusahaan bakal mengungkap hal tersebut di ajang Google I/O pada Mei 2023 mendatang.

(Dio/Isk)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.