Liputan6.com, Honolulu: Berlama-lama di depan komputer dan video game mungkin menjelaskan alasan anak-anak mengantuk. Remaja yang cenderung kurang tidur dilaporkan sebagai pencandu video game dan senang browsing di internet, dibandingkan waktu menonton TV.
Hal ini disampaikan, Caris Fitzgerald, peneliti dari Universitas Arkansas Ilmu Kedokteran di Little Rock dalam poster pertemuan Asosiasi Psikiater Amerika.
"Tidur sangat penting untuk banyak hal seperti pertumbuhan, suasana hati, kekebalan, dan itu penting untuk menyelidiki bagaimana waktu di berbagai jenis layar akhirnya dapat mempengaruhi faktor-faktor ini," kata Fitzgerald Today MedPage, Selasa (17/5).
Untuk menilai efek yang berbeda dari berbagai media, para peneliti melihat data dari Survei Risiko Perilaku Pemuda 2009 dari CDC terhadap anak-anak SMA, dari kelas 9 sampai kelas 12. Sebanyak 16.410 ikut dalam survei, dan usia rata-rata adalah 16 tahun.
Menurut Fitzgerald, mereka diminta untuk melaporkan penggunaan media, dengan video game dan penggunaan Internet sebagai salah satu kategori, sedangkan menonton televisi adalah kategori terpisah. Berada di depan layar selama tiga jam atau lebih per harinya dianggap sebagai penggunaan "berat"
Anak-anak juga ditanya tentang kebiasaan olahraga, dan kemudian diklasifikasikan olahraga pencerahan jika mereka melakukan aktivitas fisik kurang dari satu jam sehari.
Fitzgerald mengatakan bahwa sebanyak 35 persen remaja tidak sesuai dengan saran CDC untuk waktu olahraga harian, mereka tidak pula mendapatkan cukup tidur. Hanya 10 persen yang memenuhi kebutuhan yakni sembilan sampai 10 jam per malam, dengan durasi tidur rata-rata tujuh jam.
Dalam analisis regresi, para peneliti menemukan bahwa remaja yang tidur kurang dari tujuh jam per malam cenderung dilaporkan sebagai penggemar berat video game/pengguna Internet.
Dan remaja yang gagal tidur setidaknya selama tujuh jam juga kurang memenuhi kebutuhan aktivitas fisik. Ia menambahkan, olahraga mungkin memiliki peran protektif pada remaja untuk mengumpulkan waktu tidur yang cukup.
Menariknya, Fitzgerald mengatakan menonton TV tidak memiliki peran dalam durasi tidur anak-anak, meskipun ia berspekulasi bahwa hal ini mungkin ada hubungannya dengan stimulasi adrenergik jika dilihat dengan game. Namun, ia memperingatkan menonton televisi mempengaruhi ritme sirkadian dan mendorong homeostatis untuk tidur. Dan cahaya terang dari semua media dapat mempengaruhi tingkat melatonin.
Fitzgerald juga mengemukakan tentang mekanisme potensial video game dan kurang tidur karena dapat mempengaruhi belajar. Untuk anak-anak, bermain video game lebih menarik daripada belajar matematika. Padahal tidur yang lebih baik dapat memiliki memori yang lebih baik. Namun ia menambahkan perlu penelitian lebih lanjut untuk memahami bagaimana waktu di depan layar dapat mempengaruhi hasil tidur. (medpagetoday/MEL)
Hal ini disampaikan, Caris Fitzgerald, peneliti dari Universitas Arkansas Ilmu Kedokteran di Little Rock dalam poster pertemuan Asosiasi Psikiater Amerika.
"Tidur sangat penting untuk banyak hal seperti pertumbuhan, suasana hati, kekebalan, dan itu penting untuk menyelidiki bagaimana waktu di berbagai jenis layar akhirnya dapat mempengaruhi faktor-faktor ini," kata Fitzgerald Today MedPage, Selasa (17/5).
Untuk menilai efek yang berbeda dari berbagai media, para peneliti melihat data dari Survei Risiko Perilaku Pemuda 2009 dari CDC terhadap anak-anak SMA, dari kelas 9 sampai kelas 12. Sebanyak 16.410 ikut dalam survei, dan usia rata-rata adalah 16 tahun.
Menurut Fitzgerald, mereka diminta untuk melaporkan penggunaan media, dengan video game dan penggunaan Internet sebagai salah satu kategori, sedangkan menonton televisi adalah kategori terpisah. Berada di depan layar selama tiga jam atau lebih per harinya dianggap sebagai penggunaan "berat"
Anak-anak juga ditanya tentang kebiasaan olahraga, dan kemudian diklasifikasikan olahraga pencerahan jika mereka melakukan aktivitas fisik kurang dari satu jam sehari.
Fitzgerald mengatakan bahwa sebanyak 35 persen remaja tidak sesuai dengan saran CDC untuk waktu olahraga harian, mereka tidak pula mendapatkan cukup tidur. Hanya 10 persen yang memenuhi kebutuhan yakni sembilan sampai 10 jam per malam, dengan durasi tidur rata-rata tujuh jam.
Dalam analisis regresi, para peneliti menemukan bahwa remaja yang tidur kurang dari tujuh jam per malam cenderung dilaporkan sebagai penggemar berat video game/pengguna Internet.
Dan remaja yang gagal tidur setidaknya selama tujuh jam juga kurang memenuhi kebutuhan aktivitas fisik. Ia menambahkan, olahraga mungkin memiliki peran protektif pada remaja untuk mengumpulkan waktu tidur yang cukup.
Menariknya, Fitzgerald mengatakan menonton TV tidak memiliki peran dalam durasi tidur anak-anak, meskipun ia berspekulasi bahwa hal ini mungkin ada hubungannya dengan stimulasi adrenergik jika dilihat dengan game. Namun, ia memperingatkan menonton televisi mempengaruhi ritme sirkadian dan mendorong homeostatis untuk tidur. Dan cahaya terang dari semua media dapat mempengaruhi tingkat melatonin.
Fitzgerald juga mengemukakan tentang mekanisme potensial video game dan kurang tidur karena dapat mempengaruhi belajar. Untuk anak-anak, bermain video game lebih menarik daripada belajar matematika. Padahal tidur yang lebih baik dapat memiliki memori yang lebih baik. Namun ia menambahkan perlu penelitian lebih lanjut untuk memahami bagaimana waktu di depan layar dapat mempengaruhi hasil tidur. (medpagetoday/MEL)