Sukses

Banyak Calon Dokter Depresi Saat PPDS, Khofifah: Sistem Pendidikan di Rumah Sakit Harus Dievaluasi

Mantan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyebut beban kerja sesuai porsi dapat menghindarkan calon dokter yang sedang mengikuti program pendidikan dokter spesialis (PPDS) dari depresi.

Liputan6.com, Surabaya - Mantan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyebut beban kerja sesuai porsi dapat menghindarkan calon dokter yang sedang mengikuti program pendidikan dokter spesialis (PPDS) dari depresi.

"Banyak yang mengatakan PPDS memiliki beban yang cukup besar. Beban besar itu yang menjadi kemungkinan peserta PPDS yang belajar dan melayani di rumah sakit vertikal berisiko mengalami depresi," ujar Khofifah, Kamis (18/4/2024).

Khofifah menyampaikan, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Soetomo telah menyadari dan betul-betul mempertimbangkan beban dan kinerja dari dokter PPDS.

"Terkait beban kerja juga sangat disesuaikan dengan kemampuan. Ada tiga shift saat ini untuk PPDS yang sangat memungkinkan untuk para dokter PPDS mendapatkan istirahat yang cukup dan work life balance. Sebelumnya memang dua shift namun dengan berbagai pertimbangan maka dibagi tiga shift saat ini," katanya.

Khofifah pun bersyukur bahwa calon dokter spesialis yang sedang PPDS di RSUD Dr. Soetomo maupun RS di Jatim tidak masuk dalam daftar di atas.

"Ini menandakan bahwa sistem pendidikan yang diterapkan di rumah sakit pendidikan di Jatim sudah on the track dan tidak melenceng dari koridor yang seharusnya," ujar Khofifah.

Dikatakan Khofifah, sistem yang diberlakukan di RSUD Dr. Soetomo maupun Dr. Saiful Anwar untuk PPDS sudah sangat baik. Selain itu fasilitas dan dukungan penunjang untuk para calon dokter spesialis yang menempuh PPDS di RSUD Dr Soetomo maupun Dr. Saiful Anwar.

Sejumlah fasilitas yang disediakan seperti PPDS RSUD Dr. Soetomo seperti tunjangan setiap bulan yang dianggarkan khusus oleh Pemprov Jatim.

Selain itu di setiap unit RSUD Dr Soetomo juga menyediakan kamar istirahat yang nyaman untuk peserta PPDS. Di unit perawatan penyakit jantung ada tiga kamar khusus untuk PPDS, dua kamar di unit gawat darurat (UGD) dan sejumlah kamar di unit lain.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Perlu Dukungan Pihak Rumah Sakit

 

Ke depan Khofifah berharap seluruh calon dokter spesialis yang sedang menjalani program PPDS bisa terhindar dari depresi yang bahkan sampai menjurus ke tindakan percobaan bunuh diri ataupun melukai diri sendiri.

Menurutnya, sistem pendidikan di setiap rumah sakit pun harus dievaluasi agar bisa memberikan beban kerja yang seimbang pada semua calon dokter spesialis.

"Dukungan penuh dari rumah sakit, keluarga dan juga pemerintah dibutuhkan. Terutama terkait perbaikan sistem agar proses pendidikan yang berjalan tetap bisa memberikan keberpihakan pada calon dokter spesialis yang menempuh pendidikan spesialis," ucap Khofifah.

Sebelumnya, dari hasil skrining yang dilakukan Kemenkes mengungkapkan bahwa 22,4 persen peserta PPDS mengalami gejala depresi, dan 0.6 persen di antaranya mengalami depresi berat. Bahkan ditemukan dokter yang ingin bunuh diri.

Dari 22,4 persen PPDS yang mengalami depresi, 381 orang (14 persen) menjalani pendidikan spesialis anak, 350 pendidikan spesialis penyakit dalam, 248 anestesiologi, 164 neurologi, dan 153 obgyn.

PPDS yang mengalami gejala depresi terbanyak (22,4 persen) berasal dari RSCM Jakarta, 250 dari RS Hasan Sadikin Bandung, 326 dari RS Sardjito Yogyakarta, 284 dari RS Ngoerah Denpasar.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.