Sukses

Mengenal Rumah Sakit Mata Berusia 86 Tahun di Surabaya

Kondisi bangunan Rumah Sakit Mata Undaan Surabaya masih tampak kokoh, dan telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya (BCB).

Liputan6.com, Surabaya - Bermula dari sebuah klinik, Rumah Sakit Mata ini mampu bertahan mengikuti zaman untuk "menerangi” para pasiennya. Tak hanya itu, meski sudah berusia 86 tahun, bangunan Rumah Sakit Mata ini pun masih kokoh dan menjadi saksi bisu sejarah di Surabaya, Jawa Timur.

Sesuai dengan nama jalannya yang terletak di Jalan Undaan Kulon No. 17-19 Kelurahan Peneleh, Kecamatan Genteng, Surabaya, Jawa Timur, Rumah Sakit Mata Undaan (RSMU) Surabaya, memiliki sejarah panjang mulai awal berdiri hingga berganti logo yang sesuai dengan filosofi nama jalannya.

Direktur RS Mata Undaan Surabaya (RSMU), dr.Sudjarno, Sp.M (K) menceritakan, awalnya rumah sakit ini berbentuk klinik yang masih menyewa sebuah bangunan (kini dikenal dengan Panti Wreda) di sebelah selatan lokasi rumah sakit sekarang ini.

"Pembukaan klinik mata ini pada 15 Oktober 1915 atas prakarsa dr. A. Deutman karena keprihatinannya atas wabah penyakit mata yang pada waktu itu menular dengan cepat dan menyebabkan kebutaan," tutur dia di Surabaya, Jumat, 10 Januari 2020.

Penderita mata di Surabaya kian hari kian banyak, dan para dokter Belanda terus berjuang hingga menghasilkan izin dan status dari Pemerintah Belanda dengan berdirinya sebuah perhimpunan yang bernama De Soerabaiasche Oogheekundige Kliniek yang diketuai oleh dr. J.F. Terburgh. Seluruh kegiatan dilakukan di rumah kontrakan tersebut.

Selanjutnya, pada November 1932, tepat di sebelah kiri rumah yang disewa bagi kegiatannya, mulai dibangun gedung klinik yang lebih representatif yang kemudian menjadi Rumah Sakit Mata Undaan atas usul dr. J.F. Terburgh, dr. A. Deutman, dan Egas.

"Dengan luas bangunan sekitar 2.400 m² yang berdiri di atas lahan seluas 7.009 m² ini, Rumah Sakit Mata Undaan pertama kali dibuka untuk umum pada 29 April 1933, di bawah pimpinan dr. A. Deutman sebagai Direktur hingga 1942," kata dia.

Semasa pendudukan Jepang, semua kegiatan di Rumah Sakit Mata Undaan terhenti karena situasi keamanan yang tidak memungkinkan.

"Baru pada 8 Januari 1946, rumah sakit ini kembali dibuka untuk umum yang dipimpin oleh dr. IH. Go, seorang peranakan Tionghoa berkebangsaan Belanda. Beliau dibantu oleh dr. J. Ten Doesschate, seorang dokter wanita dari Belanda yang datang pada 1947," ucapnya.

Dengan diberhentikannya bantuan dana pemerintah pada 1950, pengelolaan rumah sakit diambil alih oleh Perhimpunan Perawatan Penderita Penyakit Mata (P4M) yang merupakan nama baru dari perhimpunan yang lama.

"Pada 1968, dr J. Ten Doesschate kembali ke Belanda. Sejak itu, pengelolaan rumah sakit ini seluruhnya dilakukan oleh putra Indonesia di bawah pimpinan dr. Moh. Basuki, SpM," ujar dia.

Kondisi bangunan Rumah Sakit Mata Undaan masih tampak kokoh, dan telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya (BCB) sesuai dengan Surat Keputusan (SK) Wali kota Surabaya Nomor 188.45/283/436.1.2/2011. "Sehingga sesuai ketentuan UU Cagar Budaya yang berlaku, bangunan rumah sakit ini harus dipelihara dan dilindungi," tutur dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

Mengenalkan Logo dan Gedung Baru

Masa sudah berlalu dan tahun sudah berganti. Pada awal 2020, Rumah Sakit Mata meluncurkan logo perusahaan yang baru.

Pergantian logo perusahaan ini bukan pertama yang kalinya dilakukan oleh RSMU. Pergantian logo kali ini adalah yang ketiga kalinya sejak awal berdiri pada 1933. Pergantian logo kedua terjadi pada pada 2014.

Kemudian pada 2020 ini, RSMU kembali mengganti logo untuk kedua kalinya. Kali ini mereka mengenalkan logo barunya yang berbentuk huruf U.

Dia menuturkan, logo yang baru RSMU ini merefleksikan kesigapan pelayanan dan kesiapan menyongsong revolusi industri 4.0.

"Kelincahan untuk menangkap pasar yang ada saat ini sangat dibutuhkan dalam persaingan dan langkah awal untuk lebih maju. Logo ini sebagai langkah awal dalam semangat baru RSMU dengan bentuk modern dan digital friendly," kata dia.

Sudjarno juga menyampaikan, aksen logo yang merupakan aksen wajah atau U ini memiliki tiga makna utama. U yang pertama adalah kesigapan dalam melayani tanpa membedakan golongan.

"Makna U selanjutnya adalah for you yang artinya untuk Anda. Semua pelayanan yang ada di RSMU adalah untuk para pasien RSMU. U yang ketiga melambangkan Undaan yang dalam bahasa Jawa artinya undak-undakan atau terus meningkat. Jadi diharapkan dengan logo baru ini semakin meningkatkan pelayanan," tutur Sudjarno.

Lanjutnya, bila semuanya dirangkum makna logo baru adalah pelayanan kesehatan holistik kepada seluruh masyarat dengan pelayanan bemutu, aman dan nyaman.

Logo yang disiapkan selama hampir enam bulan ini, kata Sudjarno, tidak dibuat begitu saja, tapi sudah banyak melewati kajian dari mulai sejarah, saat ini dan juga pemikiran tentang masa depan.

"Banyak kajian dan studi yang sudah dilakukan. Jadi logo ini benar-benar awal dari semangat baru RSMU," ucapnya

Di samping mengenalkan logo baru RSMU pada 2020. RSMU juga mengenalkan Gedung Sentra Medik (GSM) yang baru. Gedung enam lantai berdiri kokoh di sayap kanan RSMU.

"Gedung baru ini akan memperluas layanan yang ada di RSMU. Layanan kesehatan mata hingga layanan parkir semuanya diperluas agar masyarakat menjadi lebih nyaman berada di RSMU. Gedung ini akan beroperasi pada akhir Januari atau awal Februari 2020 mendatang," ujar dia.