Sukses

Mengenal Kelainan Tidak Bisa Mengenali Wajah Seseorang atau Disebut Prosopagnosia, Apakah Itu?

Menurut National Institute of Neurological Disorders and Stroke, kondisi ini tidak terkait dengan kehilangan memori, gangguan penglihatan atau ketidakmampuan belajar.

Liputan6.com, Jakarta Prosopagnosia merupakan salah satu gangguan yang berkaitan dengan kelainan genetik serta masalah pada otak. Lantas, apa gejala dari prosopagnosia?

Sebelumnya, salah satu aktor asal Ameria Serikat Brad Pitt mengatakan dalam sebuah wawancara baru-baru ini bahwa ia menderita prosopagnosia atau kelainan neurologis langka yang biasa disebut sebagai kebutaan wajah.

Pada 2013, dia pun telah memberi tahu Esquire bahwa ketidakmampuannya mengenali wajah orang menjadi sangat parah sehingga dia sering ingin mengasingkan diri. “Makanya saya tinggal di rumah,” katanya seperti dilansir CNA Lifestyle, Sabtu (22/7/2022).

Gejala Prosopagnosia

Menurut National Institute of Neurological Disorders and Stroke, kondisi ini tidak terkait dengan kehilangan memori, gangguan penglihatan atau ketidakmampuan belajar.

Namun, prosopagnosia hanya kebutaan wajah, bukan buta warna atau gangguan penglihatan secara keseluruhan, kata Ahli Saraf di Northwestern Medicine Borna Bonakdarpour. Ini tidak sama dengan kelupaan atau terkadang berjuang untuk menemukan kata yang tepat.

Sementara itu, prosopagnosia pun bisa bervariasi dalam tingkat keparahannya. Beberapa orang dengan kondisi tersebut mungkin mengalami kesulitan mengenali wajah orang yang dikenalnya, seperti teman atau anggota keluarga.

Sementara yang lain bahkan mungkin tidak dapat mengidentifikasi bayangan mereka sendiri. Beberapa orang mungkin tidak dapat membedakan antara wajah dan objek.

Ada juga bukti yang menunjukkan bahwa orang dengan prosopagnosia dapat menjadi cemas atau depresi kronis karena isolasi dan ketakutan yang menyertai kondisi tersebut.

Menavigasi interaksi sosial dasar dengan prosopagnosia cukup sulit dan beberapa orang menghindari kontak dengan anggota keluarga dan orang-orang terkasih lainnya karena takut mereka tidak akan dapat mengenali atau mengatasinya dengan benar.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Penyebab Prosopagnosia

Seseorang dengan prosopagnosia cenderung jatuh ke dalam dua kategori, yaitu orang yang dilahirkan dengan kondisi tersebut atau bawaan lahir dan orang yang memang baru mendapatkannya di kemudian hari.

Penelitian menunjukkan bahwa prosopagnosia bawaan atau seumur hidup kurang umum. Meskipun perkiraan menunjukkan bahwa sebanyak satu dari setiap 50 orang mungkin berjuang dengan beberapa bentuk kondisi seumur hidup, dan para ilmuwan berteori bahwa itu dapat diturunkan dalam keluarga.

"Tampaknya tidak ada kelainan struktural yang jelas" di otak bagi mereka yang lahir dengan kondisi tersebut, kata Direktur Neurologi Umum di Klinik Cleveland Andrey Stojic. Karena tidak ada lesi otak yang jelas pada orang dengan prosopagnosia bawaan, para ilmuwan tidak yakin apa penyebabnya.

Selain itu, seseorang yang mendapatkan prosopagnosia di kemudian hari, sebaliknya, mungkin memiliki lesi di otak akibat cedera kepala atau trauma. Orang-orang juga dapat memperoleh kondisi tersebut setelah stroke atau ketika mereka mengembangkan penyakit Alzheimer, kata Bonakdarpour.

Pengobatan Prosopagnosia

Tidak ada pengobatan untuk kondisi ini, kata Bonakdarpour. Akan tetapi, ada cara untuk mengelolanya. Seseorang dengan prosopagnosia sering fokus pada fitur seperti warna rambut, gaya berjalan atau suara untuk membedakan orang.

Ahli saraf biasanya mendiagnosis prosopagnosia melalui serangkaian tes untuk menilai kemampuan seseorang untuk mengingat dan mengenali wajah. Ini bisa menjadi proses yang panjang karena dokter sering bersusah payah untuk memastikan kebutaan wajah pasien bukanlah gejala dari kondisi neurologis degeneratif yang lebih luas.

Banyak orang dengan kondisi tersebut, seperti Pitt, tidak akan berakhir dengan diagnosis formal. “Banyak tantangan yang dia gambarkan, masalah yang dia miliki, tidak biasa bagi orang yang mengalaminya,” kata Stojic.

“Itu bisa relatif melemahkan orang,” tambahnya. “Sulit bagi orang lain untuk mengerti.”

 

Reporter: Aprilia Wahyu Melati

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.