Sukses

Kafe RODE Winkel, Ketika Toko Merah Bersolek Jadi Tempat Nongkrong Baru di Kawasan Kota Tua Jakarta

Nama Toko Merah pertama kali muncul ketika bangunan tersebut digunakan warga Tionghoa pada tahun 1851. Saat ini, gedung tersebut digunakan untuk berbagai fungsi, dan tepat di pintu masuknya ada Kafe Rode Winkel.

Liputan6.com, Jakarta - Lanskap Jakarta tidak melulu hutan beton penuh gedung pencakar langit. Kota yang dulunya bernama Batavia ini juga memiliki daya tarik lain, seperti bangunan tua bersejarah peninggalan pendudukan Belanda di kawasan Kota Tua Jakarta.

Area seluas sekitar 139 hektare ini didominasi bangunan berarsitektur Eropa dan Cina dari abad ke-17 hingga awal abad ke-20. Salah satu julukan yang diberikan penjajah untuk Kota Tua Jakarta adalah "Mutiara dari Timur," menurut rangkuman Tim Regional per 11 Juli 2023.

Saat itu, Belanda mempersiapkan Batavia jadi salinan ibu kota Negeri Kincir Angin, sehingga diberi nama Koningen van Oosten atau Ratu dari Timur. Kota Batavia didirikan di sebuah wilayah yang dulunya bernama Jayakarta (1527-1619).

Beberapa bangunan peninggalan dari masa itu kini dialihfungsikan jadi tempat wisata, seperti Museum Wayang, Museum Keramik, Museum Fatahillah, dan Toko Merah. Bangunan Toko Merah atau Hoofd Kantoor Jacobson Van Den Berg kini telah terdaftar sebagai salah satu cagar budaya.

Sebelumnya, bangunan ini dimiliki pemerintah Belanda dan sempat digunakan sebagai ruko, kediaman gubernur jenderal, bahkan akademi maritim.  Nama Toko Merah pertama kali muncul ketika bangunan tersebut digunakan warga Tionghoa pada 1851.

Saat ini, gedung tersebut digunakan untuk berbagai fungsi, dan tepat di pintu masuknya ada Kafe RODE Winkel. Berada tepat di seberang Halte Transjakarta Kali Besar, kafe ini menandai babak baru gedung cagar budaya yang selama ini tertutup untuk publik.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kafe RODE Winkel di Bangunan Toko Merah Kota Tua

Tidak banyak diubah, interior kafe RODE Winkel sangat kental dengan suasana bangunan khas peninggalan Belanda, dengan langit-langit yang tinggi, serta pintu berukuran besar dan kokoh. Meja dan kursi yang terbuat dari kayu juga menambah kesan megah dari kafe tersebut.

RODE Winkel menawarkan berbagai menu. Untuk menu makanan, restoran ini menyediakan dua kategori, yaitu camilan dan makanan berat. Pada menu makanan ringan, ada French Fries, Garlic Wings, Pisang Wijen, dan Onion Ring. Sedangkan, menu makanan beratnya terdiri dari ragam kuliner khas Indonesia.

Dalam opsinya ada nasi goreng, mi goreng, iga bakar, sup buntut, ikan dori sambal matah, serta ayam mentega dan lada hitam. Menu minuman di kafe ini juga cukup beragam, seperti berbagai kopi espresso based dan manual brew. Untuk minuman non-kopi, kafe ini menawarkan pilihan, seperti teh, jus, smoothies, dan beragam minuman berbasis susu.

Jangan segan untuk bertanya menu rekomendasi pada staf untuk disesuaikan dengan mood Anda saat itu.

3 dari 4 halaman

Harga dan Jam Operasional

Menu makanan ringan di RODE Winkel dibanderol mulai dari Rp23 ribu sampai Rp35 ribu dan makanan berat mulai dari Rp38ribu sampai Rp89 ribu. Sedangkan untuk menu minuman, harga dimulai dari Rp22 ribu sampai Rp43 ribu.

RODE Winkel berlokasi di Jl. Kali Besar Barat No.11, RT.7/RW.3, Roa Malaka, Kec. Tambora, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11230. Pada Senin sampai Jumat, kafe ini beroperasi mulai pukul 10.00 sampai 22.00 WIB. Sedangkan pada akhir pekan, kefe beroperasi pukul 07.00 sampai 22.00 WIB.

Selain kafe yang jadi daya tarik, salah satu bagian Kota Tua Jakarta yang kini semakin populer adalah Kali Besar. Area ini berada tepat di belakang kawasan Museum Fatahilah, dan dikelilingi gedung-gedung tua yang penuh sejarah.

Dikutip dari artikel Tim Regional per 29 Juli 2023, Kali Besar dulunya disebut sebagai Groote Rivier. Kawasan ini jadi tempat berkumpulnya kaum borjuis dan elit pada masanya.

Melansir laman Kemendikbud, Kali Besar Kota Tua semula bernama Kali Krukut atau Sungai Krukut. Tapi, setelah Simon Stevius merancang kota kembar Batavia seluas 105 hektare pada 1650, ruas Kali Krukut kemudian dinamai Kali Besar yang memisahkan Batavia Timur dan Batavia Barat.

 
4 dari 4 halaman

Pemisah Batavia Timur dan Barat

Batavia Timur dibangun sebagai kawasan permukiman, perkantoran, dan gudang rempah milik orang Eropa, terutama Belanda yang tergabung dalam VOC. Pada masa itu, di tepi Kali Besar terdapat dermaga bagi perahu-perahu yang membawa rempah-rempah menuju Pelabuhan Sunda kelapa.

Kali Besar dahulu dianggap sebagai kawasan elit karena menjadi tempat pemukiman orang kaya dan bangsawan. Di sana lah para nyonya besar dan nyai-nyai Belanda bermukim. Tidak jarang para kaum elit ini terlihat melintas menggunakan perahu untuk keliling kampung..

Setelah masa penjajahan usai, Kali Besar jadi salah satu kawasan kumuh di Jakarta, hingga akhirnya ditata kembali. Kini, Kali Besar berbenah dengan inspirasi Sungai Cheonggyecheon, Seoul, Korea Selatan. Beberapa spot menarik di Kali Besar adalah Taman Apung, jembatan, patung unik, dan beberapa bangku di pinggir kali.

Taman Apung jadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang berkunjung ke tempat wisata Jakarta ini. Di bawahnya, kali yang dulunya kumuh dan dipenuhi sampah telah berubah jadi spot menarik untuk dijadikan latar mengambil foto. Jembatan yang menghubungkan jalan antara Kali Besar Barat dan Kali Besar Timur ini pun jadi tujuan para wisatawan untuk berfoto.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.