Sukses

Nasib dan Peluang Para Petani Cokelat di Indonesia

Seperti apa sebenarnya nasib para petani kakao yang merupakan bahan utama pembuatan cokelat di Indonesia saat ini?

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah produsen cokelat pernah mengklaim mempunyai program berkelanjutan dan holistik yang merupakan salah satu cara untuk memastikan keberlanjutan kakao dengan membina dan mensejahterakan petani cokelat atau kakao di Indonesia.

Ada produsen cokelat yang memberikan solusi dengan melakukan pendekatan seperti melindungi kakao terhadap perubahan iklim, pemanfaatan lahan yang lebih efektif, teknik panen, pemberian bibit unggul, dan pelatihan lainnya untuk menunjang kualitas dan produksi kakao,

Lalu, seperti apa sebenarnya nasib para petani kakao yang merupakan bahan utama pembuatan cokelat di Indonesia saat ini? Menurut Dr Soetanto Abdoellah selaku Ketua Umum Dewan Kakao Indonesia, situasi petani kakao di Indonesia cukup baik tapi beberapa waktu lalu agak kurang bersemangat, karena adanya serangan hama penggerek buah kakao (PBK) dan penyakit busuk buah yang masih banyak menimbulkan kehilangan hasil kakao.

Sebagian petani bahkan sudah membongkar tanaman kakaonya diganti tanaman lain, antara lain. kelapa sawit, padi, dan jagung. "Saat itu harga biji kakao kering asalan sekitar Rp25–30 ribu per kg. Namun saat ini harga mencapai Rp 40-45 ribu/kg, sehingga beruntunglah petani yang masih mempertahankan tanamannya karena situasinya sekarang sudah mulai membaik," terang Soetanto pada Liputan6.com, Jumat, 14 Juli 2023.

Soetanto menambahkan, tidak ada perbedaan yang signifikan antara petani kakao dengan petani tanaman lainnya. Umumnya, petani kakao juga mempunyai tanaman lain yang dibudidayakan, baik pada lahan yang terpisah dari lahan kakao maupun yang campur/tumpangsari/intercrop dengan kakao.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tanaman Selain Kakao

"Tanaman lain pada lahan yang terpisah biasanya adalah tanaman pangan (padi sawah, jagung, kedelai, dan lain sebagainya). Sedangkan tanaman yang ditumpangsarikan dengan tanaman kakao kebanyakan adalah tanaman pisang, kelapa, durian, dan pohon buah-buahan lainnya,” jelasnya.

Menurut pria yang pernah menjadi Tenaga Ahli Bidang Riset dan Pengembangan Kementerian Pertanian periode 2018-2022, para petani kakao bisa meningkatkan keahliannya kebanyakan dengan membentuk kelompok tani, dan melakukan pertemuan untuk tukar pengalaman.

Berbagai perusahaan pestisida juga ada yang memberikan pelatihan/penyuluhan kepada kelompok tani kakao, demikian juga LSM/NGO dalam negeri maupun luar negeri, perguruan tinggi, lembaga riset, Direktorat Jenderal Perkebunan, serta Dinas Perkebunan setempat. Ditjenbun dan Dinas Perkebunan juga ada yang membawa petani kakao untuk studi banding atau pelatihan di lembaga penyelenggara pelatihan.

"Secara finansial, jika ditekuni, bertani kakao memberikan pendapatan/income yang cukup baik. Apalagi saat ini harga biji kakao asalan minimum Rp40 ribu/kg," ungkap Soetanto.

3 dari 4 halaman

Pendapatan Petani Cokelat

Jika petani mempunyai 2 hektare tanaman kakao yang dirawat baik, kemudian bisa menghasilkan 1 ton biji kering/hektare/tahun, maka pendapatan petani tersebut mencapai Rp80 juta/tahun, atau rata-rata sebesar Rp6,7 juta/bulan.

"Pendapatan ini bisa lebih tinggi jika petani merawat tanamannya sesuai GAP dan mengolah sesuai GMP sehingga diperoleh produksi di atas 1 ton/hektare/tahun dengan kualitas prima, sehingga harga jual akan lebih tinggi," tutur Soetanto.

Mengenai peran pemerintah terhadap petani kakao, sejauh ini memberikan bantuan kepada petani berupa bibit, subsidi pupuk khusus kakao, penyuluhan, dan pelatihan. "Hanya saja memang bantuan pemerintah ini belum dapat meng-cover semua petani kakao yang ada di Indonesia,” kata Soetanto.

Di sisi lain, sepert apa pula hubungan para produsen cokelat lokal dengan para petani cokelat atau kakao? Tiap produsen tentunya punya hubungan dan pandangan yang bebeda. Salah satunya adalah Chocodot, produk cokelat berisi dodol Garut dari PT ama Cokelat Indonesia yang cukup banyak diminati masyarakat.

4 dari 4 halaman

Membantu Para Petani Kakao

"Chocodot adalah industri olahan cokelat sehingga untuk saat ini kami belum memulai dari buah kakao itu sendiri. Namun kami bekerjasama dengan rekanan kami dalam pengolahan kakao menjadi bar cokelat yang disesuaikan dengan karakter rasa cokelat kami," terang Yudi, Manager Marketing Chocodot pada Liputan6.com, Sabtu, 15 Juli 2023.

Yudi menambahkan, Chocodot saat ini tidak secara langsung berhubungan langsung dengan para petani kakao, namun diharapkan dengan inovasi dari Chocodot dihatapkan akan membantu para petani, karena hingga saat ini mereka mempunyai lebih dari 200 varian produk yang tersebar diseluruh Jawa dan Bali.

"Kami saat ini masih menggunakan bahan baku cokelat/kakao dari luar Garut,” ucap Yudi. Sesuai dengan visi perusahan mereka yaitu mencokelatkan Indonesia dengan inspirasi budaya nusantara, produk Chocodot bisa dibilang mempunyai kelebihan di local values. Kami mengkolaborasikan budaya, makanan, ikon-ikon daerah dengan produk kami, baik dari rasa, desain kemasan dan lainnya," tutur Yudi.

"Apa yang lagi happening di masyarakat, kita buat produknya, Contohnya kita punya varian produk seperti Chocodot Anti Galau, Rasa Sayang, Enteng Jodoh, Rasa Sayang, Obat Setres, hingga Tolak Miskin," pungkasnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini