Sukses

Melampaui Langkah Antisipasi Alergi Makanan di Kantin Sekolah

Selama ini, sekolah mencoba melindungi anak-anak dari alergi dengan mengandalkan larangan pada makanan tertentu. Namun, itu saja dinyatakan tidak cukup.

Liputan6.com, Jakarta - Selama bertahun-tahun sekolah di Australia mencoba melindungi anak-anak dari alergi dengan mengandalkan larangan pada makanan tertentu. Namun, para ahli mendorong perlunya pendekatan baru.

Melansir Guardian, Senin (15/11/2021), selama 25 tahun terakhir, sekolah dan pusat pengasuhan anak melarang penyajian alergen, seperti kacang atau telur, di seluruh fasilitas ketika tercatat ada anak yang alergi terhadap makanan tersebut. Itu adalah kebijakan yang dirancang untuk menjaga anak-anak tetap aman, sebagai tanggapan atas meningkatnya tingkat alergi makanan.

Sekarang, bagaimana pun, dengan lebih banyak pengetahuan dan pengalaman dengan alergi makanan, pandangan berubah. Bulan lalu, National Allergy Strategy, kemitraan antara badan pasien badan amal Alergi dan Anafilaksis Australia (A&AA) dan badan profesional Australasian Society of Clinical Immunology and Allergy, merilis pedoman praktik baru untuk sekolah dan fasilitas penitipan anak.

Alih-alih bergantung sepenuhnya pada larangan makanan tertentu, pendekatan barunya adalah kesadaran alergi. Artinya, mendidik semua staf tentang strategi pengurangan risiko, cara mengenali gejala respons alergi, dan cara menggunakan EpiPen atau Anapen jika terjadi anafilaksis.

Mengenai alergi makanan, kata CEO A&AA Maria Said, tidak ada yang lebih berbahaya daripada memberi orang rasa aman yang salah. Said menegaskan, usulan untuk mengakhiri larangan tidak berarti mendorong orang menyajikan kacang dan alergen lain ke sekolah.

"Sebaliknya, kami ingin orang mempertimbangkan apa yang mereka bungkus untuk makan siang anak-anak mereka dan untuk tidak pernah ada anggapan bahwa ruang kelas bebas dari makanan tertentu, karena tidak demikian,” katanya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Promosi Kesadaran Alergi

Sektor pendidikan didorong untuk mempromosikan kesadaran alergi di antara staf dan siswa. Ini dilakukan menggunakan strategi pengurangan risiko seperti menggunakan hadiah non-makanan, juga mengingatkan anak-anak untuk tidak berbagi makanan.

Selain juga memperingatkan orangtua tentang kegiatan mendatang yang melibatkan makanan dan memastikan bahwa anak-anak mencuci tangan setelah aktivitas itu. Teorinya, melatih staf untuk meminimalkan paparan alergen berarti anak-anak dengan alergi harus lebih aman, dengan lebih sedikit reaksi.

Jika ada reaksi seperti itu, peningkatan pemahaman tentang alergi di pihak staf dan anak-anak membuat mereka dapat mengenali tanda-tanda reaksi anafilaksis dan merespons secara efektif. "Ini adalah pengenalan tanda-tanda yang sangat penting," kata profesor Kirsten Perrett dari Murdoch Children's Research Institute.

3 dari 4 halaman

Contoh Kasus

Wendy Freeman adalah orangtua dari tiga anak laki-laki, dua di antaranya menderita alergi makanan yang parah. Salah satu contoh kasusnya, putra Freeman yang lebih muda, James berusia enam tahun, mengalami reaksi anafilaksis karena secara tidak sengaja menyesap susu saudaranya yang diduga susu kedelai.

Pertama, reaksi itu keluar dengan gatal-gatal di seluruh mulutnya, lalu ia mulai mengi. Freeman memberinya EpiPen, namun baru ketika ambulans perawatan intensif tiba, kondisi James mulai membaik.

Bagi Freeman, itu adalah peringatan bahwa, terlepas dari usahanya, bahkan di rumah sendiri, ia tidak dapat menjauhkan putra-putranya dari makanan yang dapat memicu alergi mereka. Artinya, katanya, kesadaran alergi perlu jadi prioritas ke mana pun putranya pergi.

Di lingkungan sekolah dan penitipan anak, Freeman menemukan bagaimana alergi anaknya dikelola bergantung pada anggota staf. Beberapa tahu apa yang harus dilakukan, tapi yang lain tidak. Larangan makanan, katanya, "tidak berhasil karena Anda tidak akan pernah bisa memastikan bahwa seseorang tidak menyelinap masuk. Seorang nenek mungkin membuat sandwich, tidak menyadari aturan itu."

4 dari 4 halaman

Infografis 5 Tips Pakai Masker Cegah COVID-19 untuk Anak

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.