Sukses

Penampakan Tikus Bertanduk Mini Hasil Rekayasa Ilmuwan, Implan Sel Rusa

Tikus bertanduk rusa jadi terobosan pengobatan tulang.

Liputan6.com, Jakarta Para ilmuwan telah mencapai terobosan luar biasa dengan menumbuhkan tanduk mini pada tikus melalui manipulasi genetik. Menurut sebuah makalah baru yang telah dipublikasikan, keberhasilan ini dicapai dengan menyisipkan gen rusa ke dalam genom tikus. 

Hasilnya, tikus mampu mengembangkan tanduk mini dengan kecepatan luar biasa, sekitar 2,75 centimeters per hari. Kecepatan ini menjadikan tanduk sebagai salah satu jaringan yang paling cepat beregenerasi di dunia hewan.

Pertumbuhan tanduk ini memberikan gambaran yang menarik tentang potensi regeneratif mamalia. Sebagian besar mamalia telah kehilangan kemampuan untuk meregenerasi organ dan jaringan. 

Oleh karena itu, kemampuan tanduk rusa dalam tumbuh kembali secara teratur memberikan wawasan berharga tentang proses regeneratif, khususnya dalam konteks pengobatan tulang. Berikut Liputatn6.com merangkum keunikan tikus bertanduk rusa ini melansir dari IFL Science, Selasa (16/4/2024).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kemampuan Tanduk Rusa Tumbuh Kembali

Studi ini dipimpin oleh peneliti Tiongkok, Toa Qin, bersama timnya dari Universitas Politeknik Northwestern di Xi'an. Mereka memfokuskan penelitiannya pada mekanisme regeneratif tanduk rusa jenis Sika. Tanduk rusa Sika tumbuh kembali setiap tahun sebelum rontok, dan melalui penyelidikan ini, tim berhasil menciptakan pengetahuan regeneratif tanduk rusa Sika.

Di Jepang, Rusa Sika sendiri dianggap sebagai hewan suci. Rusa sika adalah jenis rusa dari keluarga Cervidae yang menempati wilayah Asia Timur. Rusa sika mendiami habitat hutan berdaun gugur di sebelah utara dan hutan campuran subtropis dan hutan di daerah yang lebih hangat di sebelah selatan Asia Timur.

Dalam penelitian mendalam ini, tim berhasil mengisolasi sel-sel dan gen-gen kunci yang terlibat dalam pengembangan jaringan tanduk. Mereka mengidentifikasi sel induk yang sangat aktif dalam proses regenerasi, serta subtipe sel induk baru yang muncul setelah pelepasan tanduk.

Setelah mengidentifikasi sel-sel dengan potensi pertumbuhan kembali yang paling besar, tim membiakkannya dalam cawan Petri. Selanjutnya, sel-sel ini ditanamkan ke kepala tikus percobaan. 

3 dari 3 halaman

Penampakan Tikus Bertanduk Rusa

Dalam waktu hanya 45 hari, tikus-tikus tersebut berhasil mengembangkan tanduk mini yang jelas terlihat. Tanduk ini terbentuk dari sel induk yang berdiferensiasi menjadi jaringan osteochondral, sebuah komponen penting dalam perbaikan patah tulang.

Penelitian ini tidak hanya memberikan wawasan tentang mekanisme genetik yang mengatur pertumbuhan tanduk, tetapi juga menunjukkan potensi penggunaannya dalam pengobatan regeneratif manusia. Melalui atlas seluler spatiotemporal regenerasi tanduk, para peneliti menyediakan sumber daya genetik dan histologis yang berharga untuk pengembangan terapi regeneratif.

Namun, keberhasilan ini juga membawa sejumlah pertanyaan dan tantangan. Penggunaan manipulasi genetik lintas spesies menimbulkan pertanyaan etika yang mendalam. Selain itu, uji keamanan yang signifikan harus dilakukan sebelum terapi ini dapat diterapkan pada manusia.

Dengan demikian, penelitian ini tidak hanya membuka jalan menuju pengobatan regeneratif yang revolusioner, tetapi juga menghadirkan tantangan etika dan keamanan yang harus diatasi dalam pengembangan teknologi genetik di masa depan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.