Sukses

Cystitis Adalah Peradangan pada Kandung Kemih, Sering Dialami Wanita

Cystitis adalah peradangan di kandung kemih yang menimbulkan rasa nyeri ketika buang air kecil.

Liputan6.com, Jakarta Cystitis adalah istilah medis yang digunakan untuk menggambarkan kondisi peradangan pada kandung kemih. Biasanya, kondisi ini disebabkan oleh infeksi bakteri dan dapat menyebabkan gejala yang tidak nyaman seperti nyeri saat buang air kecil, rasa terbakar, atau seringnya buang air kecil yang disertai dengan rasa mendesak.

Infeksi bakteri adalah penyebab paling umum dari cystitis, terutama oleh bakteri Escherichia coli (E. coli) yang biasanya ditemukan dalam usus. Selain infeksi bakteri, cystitis adalah radang yang disebabkan oleh faktor-faktor lain seperti iritasi kimia (misalnya dari penggunaan alat kontrasepsi tertentu), radioterapi, atau iritasi mekanis.

Pada beberapa kasus, kondisi medis lain seperti infeksi virus atau masalah kekebalan tubuh juga dapat menyebabkan cystitis. Oleh sebab itu, cystitis adalah peradangan yang pengobatannya menggunakan antibiotik. Penderita cystitis harus minum banyak cairan, istirahat yang cukup, serta menghindari faktor-faktor yang dapat memperburuk gejala seperti minuman beralkohol atau berkafein.

Meskipun cystitis umumnya tidak berbahaya dan dapat diobati dengan baik, penting untuk segera berkonsultasi dengan profesional medis, jika mengalami gejala-gejala cystitis. Berikut ini penyebab dan gejala cystitis yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Minggu (14/4/2024). 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Mengenal Cystitis dan Gejalanya

Cystitis adalah kondisi yang umumnya disebabkan oleh peradangan pada kandung kemih, di mana sering kali terjadi akibat infeksi bakteri. Bakteri seperti Escherichia coli (E. coli) adalah penyebab umum infeksi kandung kemih, terutama pada wanita. Infeksi ini terjadi ketika bakteri dari saluran kemih, masuk ke kandung kemih dan mulai berkembang biak di sana. Wanita lebih rentan terkena cystitis daripada pria, karena uretra wanita lebih pendek dan lebih dekat dengan anus, memudahkan bakteri untuk masuk ke kandung kemih.

Gejala cystitis bervariasi, tetapi yang paling umum adalah:

  1. Sensasi terbakar, menyengat, atau nyeri saat buang air kecil.
  2. Dorongan untuk buang air kecil yang sering, bahkan ketika hanya sedikit urine yang keluar.
  3. Kelelahan dan nyeri otot.
  4. Rasa sakit atau tekanan di perut bagian bawah.
  5. Urine yang berwarna gelap, keruh, atau berbau tidak sedap.
  6. Nyeri saat berhubungan intim.
  7. Kram di punggung atau perut.

Penting untuk diingat bahwa gejala cystitis dapat bervariasi dari individu ke individu, dan beberapa orang mungkin mengalami gejala yang lebih parah daripada yang lain. Dalam beberapa kasus, cystitis juga dapat memengaruhi kondisi mental seseorang, seperti menyebabkan stres, kecemasan, atau bahkan depresi.

Pada anak-anak, gejala cystitis mungkin tidak selalu sama dengan gejala yang dialami oleh orang dewasa. Anak-anak dengan cystitis mungkin mengalami mengompol di siang hari, terutama jika itu bukanlah kebiasaan mereka sebelumnya. Mereka juga mungkin merasa lemah atau lesu. Jika Anda atau anak Anda mengalami gejala cystitis, sangat penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan mungkin memerlukan tes urine untuk mendiagnosis kondisi tersebut. 

3 dari 4 halaman

Penyebab Cystitis

Cystitis merupakan istilah medis untuk peradangan pada kandung kemih yang disebabkan oleh berbagai faktor, baik itu infeksi maupun noninfeksi. Cystitis yang disebabkan oleh infeksi, atau lebih dikenal sebagai infeksi kandung kemih, biasanya dipicu oleh bakteri Escherichia coli (E. coli). Meskipun bakteri ini sebenarnya ada secara normal di usus dan tidak berbahaya, ketika masuk ke dalam kandung kemih, mereka dapat menyebabkan peradangan dan gejala cystitis.

Di sisi lain, cystitis noninfeksi sering kali disebabkan oleh kerusakan atau iritasi pada dinding kandung kemih. Hal ini bisa dipicu oleh berbagai faktor seperti penggunaan kateter urine dalam jangka panjang, aktivitas seksual, efek samping dari radioterapi atau kemoterapi, serta penggunaan bahan kimia yang dapat mengiritasi seperti spermisida. Salah satu bentuk cystitis noninfeksi yang umum dikenal adalah interstitial cystitis atau sindrom nyeri kandung kemih. Kondisi ini belum memiliki penyebab pasti, tetapi menyebabkan peradangan kronis pada kandung kemih, dapat menimbulkan rasa nyeri yang kronis dan berkepanjangan.

Faktor Risiko Cystitis

Cystitis sering terjadi pada perempuan yang aktif secara seksual, sedang hamil, atau telah menopause. Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang terkena cystitis antara lain:

  1. Kebiasaan membersihkan area intim dari anus ke arah kelamin, yang dapat membawa bakteri dari anus ke kandung kemih.
  2. Penyakit atau kondisi yang menghambat aliran urine, seperti batu kandung kemih, batu ginjal, infeksi saluran kemih, atau pembesaran prostat.
  3. Inkonsistensi urine akibat cedera saraf tulang belakang.
  4. Diabetes, yang dapat meningkatkan risiko infeksi.
  5. Penggunaan sabun atau produk kebersihan intim yang mengandung bahan kimia yang dapat mengiritasi kulit.
  6. Penggunaan kateter urine dalam jangka panjang, yang dapat menyebabkan iritasi dan infeksi.
  7. Terapi radiasi atau kemoterapi di area panggul, yang dapat merusak jaringan kandung kemih.
  8. Sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti pada penderita HIV atau kondisi medis lain yang melemahkan daya tahan tubuh.

Penting untuk diingat bahwa mengidentifikasi faktor risiko ini, dapat membantu dalam pencegahan cystitis dan perawatan yang tepat jika kondisi tersebut terjadi. Dengan memahami penyebab dan faktor risiko yang terkait dengan cystitis, kita dapat mengambil langkah-langkah untuk menjaga kesehatan kandung kemih dan mencegah terjadinya infeksi yang merugikan.   

4 dari 4 halaman

Diagnosis dan Langkah Pengobatan

Diagnosis cystitis memerlukan serangkaian langkah pemeriksaan untuk memastikan penyebab dan tingkat keparahan kondisi tersebut. Langkah pertama dalam diagnosis adalah pemeriksaan fisik, di mana dokter akan menanyakan gejala yang dirasakan dan riwayat kesehatan pasien. Namun, diagnosis cystitis baru dapat dipastikan melalui pemeriksaan lanjutan.

Salah satu pemeriksaan lanjutan yang umum dilakukan adalah analisis sampel urin. Dengan melakukan tes urine, dokter dapat mendeteksi keberadaan bakteri dalam urin, yang merupakan indikasi infeksi kandung kemih. Selain itu, pemeriksaan sampel urin juga bisa dilakukan untuk melakukan kultur bakteri, yang membantu dokter menentukan jenis bakteri penyebab infeksi dan memilih antibiotik yang sesuai.

Pemeriksaan lain yang bisa dilakukan, untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang kondisi kandung kemih adalah foto Rontgen atau ultrasonografi (USG). Pemeriksaan ini membantu dokter dalam mencari penyebab lain, dari peradangan pada saluran kemih. Untuk mendapatkan informasi yang lebih mendetail tentang kondisi saluran kemih, dokter juga dapat merekomendasikan sistoskopi. Prosedur ini melibatkan penggunaan alat khusus yang dilengkapi dengan kamera, untuk memeriksa dinding kandung kemih secara langsung. Selain itu, prosedur ini juga bisa digunakan untuk mengambil sampel jaringan kandung kemih untuk biopsi jika diperlukan.

Setelah diagnosis ditetapkan, pengobatan cystitis akan disesuaikan dengan penyebabnya. Jika infeksi bakteri adalah penyebabnya, antibiotik akan diresepkan oleh dokter. Penting untuk mengikuti petunjuk penggunaan antibiotik secara tepat agar pengobatan efektif. Selain itu, perubahan gaya hidup seperti menghindari makanan pedas, alkohol, dan rokok juga dapat membantu mengurangi gejala cystitis, terutama pada kasus interstitial cystitis yang penyebabnya tidak diketahui dengan pasti.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.