Sukses

Uniknya Burung Rel Aldabra Bangkit dari Kepunahan, Berevolusi Dua Kali

Burung langka menolak punah.

Liputan6.com, Jakarta Pulau-pulau batu karang di atol Aldabra di lepas pantai tenggara Afrika berbatasan dengan Samudra Hindia menyimpan sebuah cerita menarik tentang evolusi dan ketangguhan. Di antara keunikan alamnya, terdapat sebuah burung yang telah mengalami evolusi luar biasa, yaitu burung rel Aldabra atau di Indonesia dikenal dalam keluarga burung mandar. 

Burung rel Aldabra mungkin terlihat biasa saja dengan ukurannya yang mirip ayam dan warna abu-abu berbintik-bintik di punggungnya. Keunikan burung ini juga terletak pada ketidakmampuannya untuk terbang, sebuah sifat yang jarang ditemui di dunia burung. 

Menariknya, burung ini telah mengalami proses evolusi yang menakjubkan, bangkit dari kepunahan.  Seorang ilmuwan terkemuka, Julian Hume, menjelaskan temuan penting dalam sebuah studi tahun 2019 yang diterbitkan dalam Zoological Journal of the Linnean Society. 

Studi ini mengungkapkan bahwa fosil-fosil burung rel yang tidak dapat terbang ditemukan di Aldabra sebelum atol tersebut tenggelam di bawah gelombang sekitar 136.000 tahun yang lalu. Kehadiran burung mandar Aldabra yang tidak bisa terbang ini pernah terjadi sebelum punahnya mereka akibat peristiwa alamiah tersebut. 

Berikut Liputan6.com merangkum keunikannya melansir dari Livescience dan IFL Science, Senin (12/2/2024).

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Cara Rel Aldabra Kembali Muncul Usai 136.000 Tahun Punah

Kemampuan burung rel Aldabra untuk bangkit kembali setelah kepunahan jadi keunikkan tersendiri. Ketika atol Aldabra kembali muncul ke permukaan, burung rel berleher putih, yang mampu terbang, mulai mengkoloni pulau tersebut. 

Namun, seiring berjalannya waktu, burung ini mengalami evolusi yang luar biasa, kehilangan kemampuannya untuk terbang. Peneliti menemukan bahwa fosil-fosil kaki burung rel Aldabra yang lebih tua memiliki struktur yang lebih berat dan kuat, menunjukkan adaptasi untuk kehidupan tanpa terbang.

Dr. Julian Hume dari Museum Sejarah Alam London menyebut ketidakmampuan terbang ini menjadi keuntungan di lingkungan pulau ini. Burung-burung ini bertelur di tanah dan memiliki kaki yang kuat, memungkinkan mereka untuk berlari dan bertahan hidup dengan lebih baik. 

Hal ini menunjukkan bahwa evolusi burung rel Aldabra adalah contoh yang langka dari fenomena evolusi berulang, di mana spesies yang hampir punah mampu bangkit kembali melalui perubahan genetik yang menguntungkan.

3 dari 3 halaman

Satu-Satunya Spesies Burung Berevolusi Dua Kali

Fenomena burung rel Aldabra bukan hanya tentang keunikan alam dan evolusi yang menakjubkan, tetapi juga merupakan pengingat akan ketangguhan alam dalam menghadapi perubahan dan kepunahan. Dengan penelitian lebih lanjut, para ilmuwan berharap dapat memahami lebih dalam tentang proses evolusi yang unik ini dan bagaimana hal itu dapat menginspirasi konservasi satwa liar di masa depan.

“Hanya di Aldabra, yang memiliki catatan paleontologis tertua dari pulau samudera manapun di kawasan Samudera Hindia, adalah bukti fosil yang menunjukkan efek perubahan permukaan laut pada peristiwa kepunahan dan rekolonisasi,” jelas Profesor David Martill dari University of Portsmouth dalam sebuah pernyataan yang dilansir dari IFL Science.

Dalam sebuah pernyataan, Hume menambahkan bahwa tidak ada kasus lain yang dapat ditemukannya yang memiliki catatan mengenai spesies burung yang sama yang tidak dapat terbang sebanyak dua kali seperti rel aldaba. Ia menjelaskan bahwa ini bukan seperti dua spesies berbeda yang berkoloni dan tidak bisa terbang, melainkan nenek moyang burung yang sama.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.