Sukses

Eating Disorder adalah Gangguan Makan, Berikut Penyebab dan Jenisnya

Eating disorder adalah kondisi yang dapat memengaruhi kemampuan tubuh untuk menerima nutrisi yang diperlukan.

Liputan6.com, Jakarta Gangguan makan atau eating disorder adalah gangguan psikologis yang mempengaruhi perilaku makan seseorang, pikiran tentang makanan, dan persepsi tubuh. Gangguan makan dapat mengganggu keseimbangan nutrisi dan kesehatan fisik dan mental seseorang.

Gangguan makan seringkali melibatkan faktor-faktor psikologis, sosial, dan biologis yang kompleks. Eating disorder adalah kondisi yang dapat memengaruhi kemampuan tubuh untuk menerima nutrisi yang diperlukan. Apabila terjadi dalam jangka panjang, kondisi ini dapat membahayakan organ tubuh seperti jantung, tulang, sistem pencernaan, bahkan dapat mengancam jiwa (life-threatening).

Eating disorder adalah kondisi yang dapat terjadi pada siapa saja, tidak peduli usia, jenis kelamin, atau latar belakang. Perawatan medis dan dukungan psikologis adalah penting dalam mengatasi gangguan makan. Berikut ulasan tentang eating disorder adalah gangguan makan yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Kamis (2/11/2023).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penyebab Gangguan Makan

Eating disorder adalah masalah kompleks yang melibatkan interaksi antara berbagai faktor. Berikut beberapa faktor yang dapat menyebabkan gangguan makan.

1. Faktor Genetik

Faktor genetik bisa memainkan peran penting dalam perkembangan gangguan makan. Beberapa individu mungkin memiliki kerentanan genetik terhadap gangguan makan. Meskipun gen-gen tertentu yang terlibat belum sepenuhnya dipahami, penelitian telah menunjukkan bahwa faktor genetik dapat mempengaruhi seberapa rentan seseorang terhadap gangguan makan. 

Artinya, individu yang memiliki orang tua atau saudara kandung dengan riwayat gangguan makan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengembangkan gangguan makan. Hal ini bisa disebabkan oleh faktor lingkungan dan genetik yang bersama-sama berkontribusi pada gangguan makan dalam keluarga.

2. Faktor Biologis

Perubahan dalam zat kimia otak, seperti neurotransmitter serotonin, dapat berperan dalam perkembangan gangguan makan. Ketidakseimbangan kimia otak ini dapat memengaruhi mood, perilaku makan, dan persepsi tubuh. Dalam beberapa kasus, gangguan makan mungkin menjadi upaya individu untuk mengatasi ketidakseimbangan kimia otak ini.

3. Faktor Psikologis

gangguan makan sering terjadi bersama dengan gangguan psikologis lainnya. Misalnya, depresi, kecemasan, dan obsessive compulsive disorder (gangguan obsesif kompulsif) dapat berkontribusi pada perkembangan gangguan makan. Individu yang mengalami stres emosional atau memiliki citra tubuh yang negatif juga dapat lebih rentan terhadap gangguan makan.

Faktor Resiko Eating Disorder

Selain faktor penyebab gangguan makan yang sudah disebutkan, ada beberapa situasi dan kondisi lain yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami gangguan makan, berikut diantaranya.

1. Usia Remaja

sia remaja adalah periode ketika seseorang mulai mengidentifikasi diri mereka dan seringkali merasa tekanan sosial untuk mencapai citra tubuh yang dianggap ideal. Remaja, terutama perempuan, mungkin lebih rentan terhadap gangguan makan.

2. Diet yang Berlebihan

Diet yang terlalu ketat atau berlebihan dapat mengakibatkan rasa lapar yang berlebihan, yang pada gilirannya dapat memicu perilaku makan yang tidak sehat. Individu yang menerapkan diet ketat dapat mengalami siklus makan berlebihan sebagai reaksi terhadap kelaparan yang mereka alami.

3. Stres

Stres yang disebabkan oleh masalah dalam kehidupan sehari-hari, seperti pekerjaan, keluarga, atau hubungan sosial, dapat memicu gangguan makan. Mekanisme koping yang tidak sehat atau upaya untuk mengatasi stres dengan mengontrol makanan dapat menjadi pemicu gangguan makan.

3 dari 4 halaman

Jenis Gangguan Makan dan Gejalanya

Semua jenis gangguan makan adalah masalah serius yang memerlukan perawatan medis dan dukungan psikologis. Bantuan dari dokter, terutama dokter spesialis gizi klinis, dan psikolog sering diperlukan untuk membantu individu yang mengalami gangguan makan. 

Pemahaman yang baik tentang jenis gangguan makan dan gejalanya adalah langkah awal dalam mengidentifikasi, mendiagnosis, dan merancang rencana pengobatan yang sesuai. Berikut jenis ganguan makan yang umum terjadi beserta gejalanya.

1. Anoreksia (Anoreksia Nervosa)

Anoreksia adalah salah satu jenis gangguan makan yang paling dikenal. Penderita anoreksia cenderung makan sangat sedikit, bahkan di bawah kebutuhan dasar tubuh. Mereka memiliki obsesi terhadap penurunan berat badan dan citra tubuh yang sangat kurus. Anoreksia dapat menyebabkan kekurangan nutrisi serius, gangguan jantung, kerusakan organ, gangguan hormonal, dan berpotensi mengancam jiwa.

Gejala:

  1. Penurunan berat badan drastis dan tidak sehat.
  2. Menyangkal rasa lapar dan makan dalam porsi sangat kecil.
  3. Kecenderungan untuk mencari alasan untuk tidak makan atau menghindari makanan.
  4. Seringkali melakukan olahraga berlebihan sebagai upaya untuk menurunkan berat badan.

2. Bulimia (Bulimia Nervosa)

Bulimia adalah gangguan makan yang ditandai oleh siklus makan dalam jumlah besar, diikuti oleh perilaku kompensasi seperti memuntahkan makanan atau mengeluarkannya dari tubuh. Orang dengan bulimia memiliki ketakutan berlebihan terhadap peningkatan berat badan. Bulimia dapat menyebabkan masalah pencernaan, masalah gigi, gangguan elektrolit, kerusakan kerongkongan, dan masalah kesehatan lainnya.

Gejala:

  1. Makan dalam porsi besar dan sering tanpa kendali diri.
  2. Perilaku kompensasi seperti memuntahkan makanan, olahraga berlebihan, atau penggunaan laksatif.
  3. Sering pergi ke kamar mandi setelah makan.

3. Binge Eating Disorder

Binge Eating Disorder mirip dengan bulimia dalam hal perilaku makan dalam jumlah besar dan sering, tetapi tidak diikuti oleh perilaku kompensasi. Penderita binge eating disorder tidak memuntahkan makanan. Binge Eating Disorder dapat menyebabkan kelebihan berat badan, obesitas, masalah kesehatan terkait obesitas, seperti diabetes, tekanan darah tinggi, dan gangguan kardiovaskular.

Gejala:

  1. Makan dalam porsi besar dan sering, sering kali lebih cepat dari normal.
  2. Tidak mampu mengendalikan diri saat makan dalam porsi besar.
  3. Makan saat tidak lapar fisik.
  4. Rasa malu dan depresi setelah makan berlebihan.
  5. Penting untuk diingat bahwa 
  6. Penanganan Pasien Gangguan Makan

Seluruh proses penanganan gangguan makan memerlukan kerjasama antara pasien, keluarga, dan tim perawatan medis untuk mencapai pemulihan yang optimal. Berikut proses penanganan eating disorder.

4 dari 4 halaman

Penanganan Pasien Gangguan Makan

Seluruh proses penanganan gangguan makan memerlukan kerjasama antara pasien, keluarga, dan tim perawatan medis untuk mencapai pemulihan yang optimal. Berikut proses penanganan eating disorder.

Diagnosis Gangguan Makan

1. Wawancara dan Riwayat Penyakit

Dokter atau psikiater akan melakukan wawancara dengan pasien untuk mendapatkan pemahaman mendalam tentang gejala yang dialami dan riwayat penyakitnya. Ini termasuk pola makan, kebiasaan berolahraga, dan perasaan serta pikiran pasien terkait makanan dan citra tubuh.

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik akan mencakup pengukuran tinggi dan berat badan, serta tanda-tanda vital seperti tekanan darah dan detak jantung. Pemeriksaan ini membantu dalam menilai dampak fisik dari gangguan makan.

3. Pemeriksaan Laboratorium

Dokter akan memesan berbagai tes laboratorium, seperti hitung darah lengkap, tes urine, tes fungsi hati, tes fungsi ginjal, tes hormon tiroid, foto Rontgen, dan elektrokardiografi (EKG). Pemeriksaan ini membantu dalam mengevaluasi dampak gangguan makan pada kesehatan fisik dan mengidentifikasi masalah kesehatan terkait.

4. Pemeriksaan Psikologis

Pemeriksaan psikologis mencakup penilaian terhadap perilaku makan pasien, sikap terhadap makanan, berat badan, serta citra tubuh. Ini membantu dalam memahami aspek psikologis dari gangguan makan.

Pengobatan Gangguan Makan

Pengobatan gangguan makan melibatkan tim perawatan yang terdiri dari dokter, psikiater, dan dokter gizi. Tujuannya adalah untuk membantu pasien mencapai pola makan yang sehat dan pemulihan holistik. Berikut beberapa metode penanganan yang dapat digunakan.

1. Psikoterapi

Terapi Perilaku Kognitif

Terapi ini bertujuan untuk mengidentifikasi, memahami, dan mengubah perilaku yang berkaitan dengan pola makan. Pasien belajar cara mengatasi pemikiran negatif dan perilaku yang tidak sehat terkait makanan dan citra tubuh.

Terapi Berbasis Keluarga

Terapi ini terutama digunakan pada anak-anak atau remaja dengan melibatkan keluarga. Tujuannya adalah untuk memastikan pasien mengikuti pola makan yang sehat dan mempertahankan berat badan yang ideal. Keluarga berperan penting dalam mendukung pemulihan pasien.

2. Obat-Obatan

Meskipun tidak ada obat yang secara khusus dapat menyembuhkan gangguan makan, dokter dapat meresepkan obat antidepresan atau obat anti-kecemasan untuk mengatasi gejala seperti keinginan makan berlebihan atau perilaku muntah. Obat-obatan ini juga dapat membantu mengatasi kekhawatiran yang berlebihan terhadap makanan atau pola makan tertentu.

3. Konsultasi dengan Dokter atau Ahli Gizi

Konsultasi gizi membantu pasien dalam memperbaiki pola makan mereka. Dokter atau ahli gizi juga dapat menentukan jenis dan cara pengolahan makanan yang tepat. Pada kasus-kasus di mana pasien mengalami malnutrisi yang parah, rawat inap di rumah sakit mungkin diperlukan untuk mengatasi kekurangan nutrisi dan komplikasi kesehatan serius.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.