Sukses

Nahi Munkar Artinya Mencegah Perbuatan Buruk, Ini 3 Cara Melakukannya

Nahi mungkar dalam Islam bisa dilakukan dengan kekuasaan, lisan, dan hati.

Liputan6.com, Jakarta - Nahi Munkar artinya larangan terhadap perbuatan buruk atau kemungkaran. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (UIN Suska) menjelaskan dalam bahasa Arab, Nahi artinya melarang atau mencegah. Munkar artinya adalah keji atau munkar.

Konsep Nahi Munkar menurut ajaran agama Islam dan Al-Quran, artinya menekankan pentingnya menghindari dan mencegah perbuatan buruk untuk menjaga integritas moral dan kebaikan masyarakat. Nahi Munkar melibatkan tanggung jawab setiap Muslim untuk berperan dalam mencegah penyebaran perilaku yang bertentangan dengan ajaran agama.

Nahi Munkar bisa dilakukan dengan tiga cara, yakni dengan kekuasaan, lisan, dan hati. Seperti mengajak berbuat baik, memberikan nasihat, atau bahkan dengan menunjukkan rasa tidak setuju terhadap perbuatan buruk. Prinsip ini mencerminkan pentingnya pengendalian diri, kepedulian terhadap lingkungan, dan upaya bersama dalam menciptakan masyarakat yang lebih baik secara moral dan etika.

Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang nahi mungkar dan cara melakukannya, Rabu (9/8/2023).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Mencegah Perbuatan Buruk

Nahi Munkar adalah istilah dalam bahasa Arab yang merujuk pada tindakan melarang atau mencegah perbuatan buruk atau kejahatan. Konsep ini memiliki akar dalam ajaran agama Islam dan muncul dalam banyak konteks sebagai suatu panggilan untuk mencegah penyebaran kemungkaran dan melakukan yang baik.

Universitas Medan Area (UMA) menjelaskan bahwa Nahi Munkar artinya upaya untuk melarang orang berbuat jahat berdasarkan ajaran agama Islam. Dalam Al-Quran, Ali Imran ayat 104 menunjukkan pentingnya memiliki individu yang mempromosikan kebaikan dan mencegah perbuatan jahat dalam masyarakat.

وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ

"Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS. Ali Imran ayat 104)

Terkadang, melarang orang dari melakukan kemungkaran bisa menjadi tugas yang sulit. Namun, baik melalui mengajak orang berbuat baik maupun mencegah perbuatan jahat, keduanya adalah ajaran agama yang harus dijalankan jika seseorang ingin termasuk dalam kelompok orang yang terbaik di mata Allah.

Melansir dari laman resmi Masjid Istiqlal, melakukan Nahi Munkar artinya juga memiliki implikasi yang lebih luas. Tidak hanya mencegah penyebaran kejahatan dalam masyarakat, tetapi juga mencegah adzab (hukuman) dari Allah agar tidak menimpa seluruh negeri. Kemungkaran yang dibiarkan tanpa perlawanan dapat menyebabkan hukuman ini menimpa semua lapisan masyarakat, bahkan yang tak berdosa.

وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ

"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." (QS. Al-A’raaf ayat 96)

Menurut Imam Nawawi, yang dikutip oleh Universitas Islam Indonesia (UII), seseorang yang ingin mencegah kemungkaran atau Nahi Munkar artinya memiliki tanggung jawab untuk mengubahnya dengan berbagai cara yang sesuai dengan situasi. Jika tindakan fisik berpotensi menimbulkan kemungkaran yang lebih besar atau membahayakan nyawa, maka pendekatan verbal, nasihat, dan peringatan bisa digunakan. Jika bahaya tetap ada, penolakan secara batiniah pun bisa menjadi pilihan. Hal ini menggarisbawahi pentingnya bijaksana dalam melaksanakan Nahi Munkar, sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.

"Siapa saja di antara kalian yang melihat kemungkaran, hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya: jika tidak mampu, hendaklah dengan lisannya; jika tidak mampu, hendaklah dengan hatinya. Akan tetapi, yang demikian itu adalah selemah-lemahnya iman." (HR. Muslim)

Secara keseluruhan, Nahi Munkar adalah panggilan untuk mengambil tanggung jawab dalam mencegah perbuatan jahat dan melaksanakan kebaikan. Konsep ini mewakili nilai-nilai moral dan etika dalam agama Islam, yang mengajarkan kepedulian terhadap masyarakat dan pencegahan penyebaran kemungkaran untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik secara moral dan spiritual.

3 dari 5 halaman

1. Kekuasaan

Pandangan tentang bagaimana mencegah kemungkaran atau nahi munkar dengan kekuasaan dapat dipahami dari perspektif Kepala Pusat Tarjih Universitas Ahmad Dahlan, Budi Jaya Putra, melansir dari laman website resmi Muhammadiyah. Menurutnya, hadis yang dikutip mengilustrasikan pendekatan bijak dalam menghadapi kemungkaran.

Mengutip pada penafsiran Ibnu Rajab, setiap muslim diwajibkan menolak kemungkaran dengan hatinya tanpa terkecuali. Dalam hal pengingkaran melalui tindakan fisik dan perkataan, metode yang diterapkan bervariasi sesuai dengan kapasitas individu.

Dalam bahasa Arab, tangan seringnya diartinya sebagai kekuatan dan kekuasaan. Jika demikian, mereka yang memiliki kekuasaan memiliki tanggung jawab untuk menghilangkan berbagai bentuk kemungkaran. Pendekatan ini dianggap sebagai strategi yang paling efektif. Oleh karena itu, sangat diharapkan agar umat Islam dapat menjadi pemimpin di berbagai bidang sehingga memiliki kemampuan yang memadai untuk mengatasi kemungkaran.

Contoh nahi mungkar dengan kekuasaan sebagai berikut:

  1. Penghapusan Praktik Korupsi: Seorang pemimpin yang memiliki kekuasaan dalam pemerintahan dapat mengambil tindakan tegas untuk memberantas praktik korupsi. Maka dengan menguatkan sistem pengawasan dan memberlakukan hukuman yang keras bagi pelaku korupsi, pemimpin tersebut menerapkan Nahi Munkar untuk mencegah perbuatan yang merugikan masyarakat dan negara.
  2. Pemberantasan Kejahatan Organisasi: Pemimpin kepolisian atau agen penegak hukum yang memiliki otoritas bisa berfokus pada memberantas kejahatan organisasi seperti perdagangan manusia, narkoba, dan terorisme. Maka dengan menggunakan sumber daya dan kekuasaannya, mereka dapat secara aktif menghentikan aktivitas-aktivitas kejahatan tersebut.
  3. Penyuluhan Anti-Radikalisme: Pemerintah dan tokoh agama yang memiliki pengaruh dapat menggunakan kekuasaan mereka untuk mencegah penyebaran paham radikal. Mereka dapat menyelenggarakan kampanye penyuluhan, seminar, dan program pendidikan yang bertujuan untuk membimbing individu agar tidak terpengaruh oleh ideologi yang merusak.
  4. Pemantauan Konten Negatif di Media Sosial: Pihak berwenang dalam bidang teknologi dan informasi bisa menggunakan kekuasaan mereka untuk memantau dan mengontrol konten negatif atau berbahaya di media sosial. Maka dengan demikian, upaya untuk mencegah penyebaran informasi yang merugikan dan merusak moral masyarakat dapat dilakukan.
  5. Larangan Penggunaan Bahan Beracun: Pemimpin dalam industri kimia atau lingkungan dapat menggunakan kekuasaan mereka untuk melarang atau mengatur penggunaan bahan kimia berbahaya yang dapat mencemari lingkungan dan membahayakan kesehatan masyarakat. Ini adalah bentuk perlindungan terhadap masyarakat dari dampak negatif yang mungkin diakibatkan oleh perbuatan yang merugikan.

 

4 dari 5 halaman

2. Lisan

Meskipun tak semua individu memiliki wewenang yang kuat, Budi Jaya menyoroti bahwa umat Islam yang tidak memiliki posisi berkuasa masih dapat berperan aktif dalam mencegah kemungkaran. Melalui cara lisan, mereka bisa memanfaatkan potensi untuk memberikan pengaruh positif.

Nahi munkar dengan lisan bisa dilakukan dengan memberikan nasihat yang penuh kebaikan, atau bahkan terlibat dalam debat konstruktif dengan individu yang terus-menerus mempropagandakan perilaku buruk dan tindakan yang bertentangan dengan nilai-nilai moral.

Jika demikian, meski dalam kapasitas yang berbeda, setiap anggota masyarakat dapat berkontribusi dalam memerangi kemungkaran. Contoh nahi munkar dengan lisan sebagai berikut:

  1. Memberikan Nasihat kepada Teman yang Berencana Curang dalam Ujian: Seorang teman dapat mencegah kemungkaran dengan lisan dengan memberikan nasihat kepada teman yang berencana untuk curang dalam ujian. Dengan berbicara secara baik dan mengingatkan teman tentang pentingnya integritas akademik, tindakan kemungkaran dapat dicegah.
  2. Mengingatkan Rekan Kerja tentang Etika Kerja yang Baik: Di tempat kerja, seseorang dapat mencegah kemungkaran dengan lisan dengan mengingatkan rekan kerja tentang etika kerja yang baik. Misalnya, jika ada rekan yang berencana untuk melakukan tindakan curang atau melanggar peraturan, mengingatkannya tentang pentingnya berperilaku jujur dan profesional dapat membantu mencegah kemungkaran.
  3. Menasihati Teman yang Terlibat dalam Gossip Negatif: Ketika melihat teman terlibat dalam percakapan gossip negatif atau mencemarkan nama baik orang lain, seseorang bisa mengambil inisiatif untuk memberikan nasihat dengan lisan. Dengan menyampaikan dampak buruk dari gossip dan mengajak teman untuk berbicara tentang hal-hal positif, tindakan kemungkaran dalam bentuk gossip dapat dihindari.
  4. Mengingatkan Sahabat tentang Larangan Mencela Agama atau Suku: Jika seseorang mendengar sahabatnya mencela agama atau suku tertentu, mereka dapat mencegah kemungkaran dengan lisan melalui pendekatan yang penuh pengertian. Dengan berbicara tentang pentingnya menghormati perbedaan dan nilai-nilai toleransi, sahabat dapat disadarkan tentang dampak negatif dari tindakan tersebut.
  5. Menyuarakan Dukungan terhadap Lingkungan Bersih dan Ramah Lingkungan: Dalam komunitas, seseorang dapat mencegah kemungkaran dengan lisan melalui kampanye dan penyuluhan tentang lingkungan bersih dan ramah lingkungan. Dengan berbicara tentang pentingnya menjaga kebersihan dan melindungi lingkungan, tindakan merusak lingkungan dapat dihindari.

 

5 dari 5 halaman

3. Hati

Dalam situasi seorang Muslim tidak memiliki otoritas atau kemampuan berbicara yang memadai, maka opsi ketiga dalam mencegah kemungkaran adalah dengan menggunakan hati. Prinsip nahi munkar dengan hati berlaku untuk setiap individu yang menjunjung tinggi iman.

Meskipun tanpa kewenangan atau fasilitas berbicara, saat menghadapi perbuatan kemungkaran, hati orang yang beriman akan merasakan rasa tidak suka terhadap tindakan tersebut, sehingga secara tegas akan menjauhinya. Contoh nahi munkar dengan hati sebagai berikut:

  1. Menjauhi Konten Negatif di Media Sosial: Saat melihat konten yang merugikan atau merusak moral di media sosial, hati yang penuh iman akan merasa terganggu dan enggan terlibat. Ini bisa mendorong seseorang untuk tidak mendukung atau menyebarkan konten negatif tersebut.
  2. Merasa Tidak Nyaman dengan Gossip Negatif: Saat mendengar percakapan gossip yang merugikan atau mencemarkan nama baik seseorang, hati yang terpenuhi iman akan merasa tidak nyaman dengan tindakan tersebut. Ini bisa mendorong individu untuk menghindari atau menunjukkan ketidaksetujuan terhadap tindakan tersebut.
  3. Menolak Ikut serta dalam Kebohongan: Hati yang penuh iman akan merasa tidak nyaman saat diminta untuk berpartisipasi dalam kebohongan atau manipulasi. Ini bisa mendorong seseorang untuk menolak ikut serta dan memilih jalan yang jujur dan benar.
  4. Menghindari Lingkungan yang Merusak: Saat merasakan ketidakcocokan atau merasa terganggu oleh lingkungan yang dipenuhi dengan kemungkaran atau perilaku buruk, hati yang penuh iman akan mendorong seseorang untuk menghindari lingkungan tersebut demi menjaga kesucian hati dan nilai-nilai moral.
  5. Merasa Tidak Setuju dengan Tindakan Merugikan: Ketika melihat tindakan yang merugikan masyarakat atau individu lain, hati yang terisi dengan iman akan merasa tidak setuju dengan tindakan tersebut. Meskipun mungkin tidak dapat melakukan tindakan fisik atau lisan, hati yang penuh iman akan tetap membenci perbuatan buruk tersebut.
  6. Merasa Tidak Puas dengan Pelanggaran Etika di Lingkungan Kerja: Saat terjadi pelanggaran etika di tempat kerja, hati yang dijiwai iman akan merasa tidak puas dan tidak setuju dengan perilaku tersebut. Ini dapat mendorong individu untuk tetap berpegang pada prinsip-prinsip moral dan menghindari terlibat dalam tindakan yang merugikan.
  7. Rasa Tidak Nyaman dengan Perilaku Berlebihan dan Boros: Ketika melihat perilaku konsumtif, berlebihan, atau boros yang merugikan diri sendiri atau orang lain, hati yang dipenuhi iman akan merasakan rasa tidak nyaman. Ini dapat menginspirasi seseorang untuk hidup secara sederhana dan bijak dalam mengelola sumber daya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.