Liputan6.com, London - Raja Charles III minggu ini memulai lawatan pertamanya ke Australia sebagai Raja Inggris. Hal ini memicu kembali perdebatan tentang apakah negara itu harus memutuskan hubungan dengan kerajaan Inggris dan menjadi republik.
Raja Charles yang didiagnosis menderita kanker awal tahun ini, menghentikan pengobatannya untuk lawatan sembilan hari, yang juga meliputi pertemuan puncak Persemakmuran di Negara Kepulauan Pasifik Samoa.
Baca Juga
12 Desember 1988: 35 Orang Tewas dalam Kecelakaan Kereta Api di Clapham London
Pengakuan Mantan Presiden Reuven Rivlin: Ratu Elizabeth II Menutup Pintu Istana Buckingham untuk Pejabat Israel
Lewat Breaking Barriers, Inggris dan Indonesia Bantu Penyandang Disabilitas hingga Kelompok di Daerah Terpencil
Kunjungan ke dua negara itu diiringi dengan meningkatnya seruan untuk ganti rugi atas perbudakan dari para pemimpin Karibia yang negaranya merupakan anggota klub beranggotakan 56 negara yang sebagian besar merupakan bekas koloni Inggris.
Advertisement
Surat Kabar Daily Mirror Inggris melaporkan bahwa semua Perdana Menteri Negara Bagian Australia telah menolak undangan untuk bertemu raja di sebuah resepsi di ibu kota Canberra.
Namun jajak pendapat YouGov tahun lalu menunjukkan bahwa satu dari tiga warga Australia mendukung pembentukan negara republik sesegera mungkin sementara jumlah yang sama ingin tetap menjadi monarki konstitusional.
Wakil ketua Gerakan Republik Australia Adam Spencer menegaskan bahwa dukungan untuk monarki sedang goyah dan bahwa Charles seharusnya "Tidak menjadi raja rakyat Australia".
Tahap pertama dari tur 18-26 Oktober ini mempertemukan Charles yang berusia 75 tahun dan istrinya Ratu Camilla yang berusia 77 tahun ke Sydney dan Canberra sebelum Pertemuan Kepala Pemerintahan Persemakmuran (CHOGM) di Samoa.
Pertemuan Dua Tahunan
Pertemuan dua tahunan ini diadakan saat kelompok yang sebagian besar merupakan bekas koloni Inggris -- 14 di antaranya memiliki Charles sebagai kepala negara -- bergulat dengan pertanyaan tentang relevansi masa depan dan profil modernnya.
Pada pertemuan puncak terakhirnya dua tahun lalu di Rwanda, Charles menanggapi seruan yang semakin meningkat bagi negara-negara yang diuntungkan dari perbudakan untuk membayar ganti rugi dan menyampaikan permintaan maaf dengan mengungkapkan "kesedihan pribadinya" atas penderitaan yang ditimbulkannya.
Namun, Raja Charles tidak mengambil tindakan konkret yang dituntut dan juru bicara Perdana Menteri Inggris Keir Starmer pada Senin (14/10) mengesampingkan pembayaran ganti rugi.
Juru bicara tersebut menambahkan bahwa hal itu tidak ada dalam agenda pertemuan mendatang.
Namun, Komisi Reparasi Komunitas Karibia (Caricom) telah berjanji untuk mendorong "permintaan maaf penuh dan formal" atas perbudakan dan berupaya untuk membangun model keadilan ganti rugi.
Â
Advertisement
Penunjukkan Sekjen Negara Persemakmuran
Pertemuan Persemakmuran juga akan melihat negara-negara anggota memilih dan menunjuk sekretaris jenderal kelompok berikutnya, sebuah jabatan yang dipegang sejak 2016 oleh Patricia Scotland dari Inggris.
Ketiga kandidat yaitu Mamadou Tangara dari Gambia, Shirley Botchwey dari Ghana, dan Joshua Setipa dari Lesotho.
Kunjungan tersebut awalnya mencakup Selandia Baru, tempat Charles juga menjadi kepala negara, tetapi rencana tersebut dibatalkan demi rencana perjalanan yang lebih ramping setelah ia didiagnosis menderita kanker yang tidak disebutkan.