Sukses

Batasi Penggunaan Smartphone, Banyak Orang Pilih Kembali Pakai Handphone Jadul

Sejumlah orang memilih untuk beralih ke ponsel dengan kemampuan terbatas demi mengurangi kecanduan terhadap smartphone.

Liputan6.com, Jakarta - Di era digital, smartphone tidak sekadar menjadi alat komunikasi namun menjadi suatu kebutuhan yang tidak terlepaskan. Kini, orang tidak lagi khawatir jika tas atau dompet mereka tertinggal, asal smartphone mereka tidak.

Tak hanya dipakai untuk bekerja, smartphone juga membuat kita menghabiskan waktu berjam-jam meski hanya bergulir dalam aktivitas di media sosial.

"Media sosial dibangun berdasarkan FOMO (Fear of Missing Out/takut ketinggalan), jadi saya merasa tidak bisa melepaskan diri darinya,” kata Luke Martin, remaja usia 16 tahun, dari Kanada, seperti dilansir BBC, Selasa (11/6/2024).

Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Universitas Harvard, penggunaan situs jejaring sosial menyalakan bagian otak yang sama yang juga dipicu ketika mengonsumsi zat adiktif. Hal ini menimbulkan kekhawatiran mengenai kebiasaan penggunaan smartphone di kalangan remaja.

Di Inggris, penelitian Ofcom memperkirakan sekitar seperempat anak berusia lima hingga tujuh tahun kini memiliki smartphone sendiri.

Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara penggunaan media sosial dan dampak negatifnya terhadap kesehatan mental - terutama pada anak-anak.

Maka dari itu, sejumlah pegiat kampanye menilai perlunya batasan usia untuk penggunaan smartphone. Sementara yang lain, termasuk Luke, memilih untuk menukar ponsel cerdas mereka dengan perangkat yang lebih sederhana, yang disebut "dumbphone".

Ponsel tersebut cenderung seperti perangkat zaman dulu, yang hanya memiliki SMS, panggilan, peta, dan beberapa kemampuan terbatas lainnya.

"Saya kira penggunaan teman-teman saya sekitar empat hingga lima jam, dan itulah waktu yang saya gunakan sebelum saya mendapatkan ini," katanya.

"Sekarang saya hanya menghabiskan Waktu sekitar 20 menit sehari dan itu sangat bagus karena saya hanya menggunakannya untuk hal-hal yang saya perlukan."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Orang Tua Juga Beralih ke HP Jadul

Banyak orang tua juga memilih untuk beralih ke dumbphone, tidak hanya untuk anak-anak mereka, namun juga untuk membantu diri mereka sendiri agar bisa menghabiskan lebih banyak waktu untuk keluarga.

Lizzy Broughton, yang memiliki seorang putra berusia lima tahun, baru-baru ini membeli ponsel "flip" Nokia model jadul.

"Ini membantu saya mengkalibrasi ulang kebiasaan saya, saya memiliki lebih banyak waktu berkualitas dengan putra saya," jelasnya.

Dia mengatakan bahwa ketika tiba waktunya bagi putranya untuk memiliki ponselnya sendiri, dia akan memilih model yang serupa.

"Rasanya bukan ide terbaik untuk memulai dengan ponsel pintar saja," katanya.

"Ini seperti kita menyerahkan dunia, seperti mencoba mencari cara untuk menavigasinya."

3 dari 3 halaman

Penjualan Dumbphone Meningkat di Amerika Utara

Di Dumbwireless, toko di Los Angeles, pemilik toko bernama Daisy Krigbaum dan Will Stults, melayani pelanggan yang mencari perangkat berteknologi rendah.

"Kami mendapati banyak orang tua yang ingin memberikan telepon pertama kepada anak mereka, dan mereka tidak ingin anak mereka hanyut dalam internet," katanya.

Namun melepaskan ponsel pintar lebih mudah diucapkan daripada dilakukan.

Stults mengatakan beberapa sekolah mengharuskan siswanya memiliki aplikasi tertentu.

"Dan sulit untuk menahan diri ketika anak-anak melihat temannya diberi ponsel pintar yang mahal," kata Broughton.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.