Sukses

Pemilu 2024: Cerita Pemilih Pemula di Jepang, Rela Tempuh Jarak Ribuan Kilometer hingga Naik Pesawat ke TPS

Warga negara Indonesia (WNI) di Jepang telah menggunakan hak suara mereka dalam Pemilu 2024 pada Minggu 11 Februari 2024.

Liputan6.com, Tokyo - Warga negara Indonesia (WNI) di Jepang telah menggunakan hak suara mereka dalam Pemilu 2024 pada Minggu 11 Februari 2024. Salah satunya adalah seorang pemilih pemula, Laura (19 tahun).

Pesta demokrasi ini adalah momen perdana bagi Laura. Ia bahkan rela menempuh jarak ribuan kilometer dari Beppu, Prefektur Oita, untuk datang ke tempat pemungutan suara (TPS) yang berlokasi di Tokyo.

Laura mengaku sayang jika menggunakan hak suara pertamanya melalui pos. 

"Awalnya lewat pos, tapi karena sekalian ketemu teman dan ada event juga, kita ganti pilihan ke TPS," kata Laura seperti dikutip dari Antara, Senin (12/2/2024).

Mahasiswa semester dua jurusan bisnis Ritsumeikan Asia Pacific University (APU) itu naik pesawat dari Beppu menuju Tokyo dengan waktu tempuh kurang lebih satu jam.

Prefektur Oita berada di Pulau Kyushu, salah satu provinsi Jepang yang berada di wilayah Selatan dan berjarak sekitar 1.117 kilometer dari Tokyo.

"Kurang lebih sejam naik pesawat buat nyoblos di sini. So, it’s such a great experience," ujar Laura.

Hal senada juga disampaikan WNI lainnya, Angel. Jauh-jauh ia datang dari Gunma karena ingin merasakan suasana pemilu di TPS. "Biar seru, kak," katanya.

Angel meyakini siapa pun presiden Indonesia yang terpilih merupakan yang terbaik.

Para pemilih pemula dari Tokyo juga tak ketinggalan, seperti Aufa dan Harits yang tak mau menyia-nyiakan hak suaranya pada Pemilu 2024.

"Kalau buat saya sebagai pemilih pemula, ini berkesan banget karena pertama kalinya mencoblos untuk capres cawapres. Karena sebelumnya hanya mengikuti, tidak mencoblos," kata Aufa.

Aufa pun sempat mencari tahu tentang kandidat para calon pemimpin negeri itu melalui sosial media dan diskusi dengan keluarga. "Sampai akhirnya saya yakin sama satu paslon karena melihat kerjanya yang dulu-dulu," katanya.

Harits juga demikian. Sebagai pemilih, ia tidak ikut arus tetapi turut mencari rekam jejak para kandidat sebelum memilih. "Saya memilih yang visi misinya sesuai dengan yang saya yakini," katanya. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Euforia Pemilu 2024 di Jepang

Warga negara Indonesia (WNI) di Jepang yang mempunyai hak pilih mencoblos di tempat pemungutan suara di Balai Indonesia, Sekolah Republik Indonesia Tokyo (SRIT), Minggu (11/2).

TPS dibuka mulai pukul 08.00 waktu setempat dan para calon pemilih sudah mulai mengantre di lokasi yang terbagi dalam tiga TPS.

Salah satu pemilih dari Kanagawa, Hidayat Polim (33) mengaku memilih untuk menggunakan hak suara di TPS agar bisa merasakan suasana pesta demokrasi tersebut. "Bisa langsung merasakan euforianya untuk Pemilu karena lima tahun sekali," ujarnya seperti dikutip dari Antara.

Untuk memilih calon presiden dan wakil presiden, dia mengatakan menggali informasi lewat berita dan debat capres dan cawapres.

Hidayat berpesan kepada WNI di dalam maupjn luar negeri untuk memanfaatkan hak suaranya untuk menentukan nasib bangsa selama lima tahun ke depan.

Hal senada disampaikan oleh Risky Revily (27) yang baru pertama kali menggunakan hak suaranya di luar negeri. "Meriah banget ya, ramai banget orang-orang juga pada antusias," katanya.

Terkait menentukan pilihan calon presiden, Risky mengaku yakin sebab ia pernah bertemu dengan kandidat yang menjadi pilihannya itu. "Kalau aku sempat ketemu sama salah satu capres di Bata. Jadi, orangnya gimana. Visi sama misinya juga sesuai sih sesuai sama yang dimauin sama diri aku sendiri," tuturnya.

Risky mengimbau agar para calon pemilih dapat mencoblos dan tidak golput. "Hak pilih itu penting ya. Jangan golput karena menentukan Indonesia ke depannya," katanya lagi.

Keduanya mengaku tidak mengalami kesulitan saat mendaftar maupun ketika menggunakan hak suaranya.

Pemilihan di TPS  Sekolah Republik Indonesia Tokyo dilaksanakan pada Minggu, 11 Februari 2024. Namun, untuk penghitungan suara serentak pada 14-15 Februari 2024.

Calon pemilih diwajibkan untuk membawa surat undangan yang telah dikirim oleh PPLN Tokyo melalui pos serta kartu identitas berupa KTP atau paspor.

Berdasarkan data PPLN Tokyo, total terdapat 29.434 pemilih, 18.334 perempuan dan 11.100 laki-laki.

Sementara itu, pemilih yang akan mencoblos di TPS sebanyak 2.847 orang, 26.587 pemilih lewat pos.

 

3 dari 4 halaman

Dubes RI untuk Jepang Heri Akhmadi Serukan WNI Gunakan Hak Suara di Pemilu 2024

Sebelumnya, Duta Besar Republik Indonesia untuk Jepang Heri Akhmadi menyerukan kepada seluruh warga Negara Indonesia (WNI) untuk menggunakan hak suaranya dalam Pemilu 2024.

"Saya menyerukan WNI di sini yang belum mendaftarkan diri segera mendaftar," kata Dubes Heri usai mencoblos di TPS Tokyo, Minggu (11/2) seperti dikutip dari Antara.

Banyaknya WNI yang belum terdaftar, lanjut dia, yakni karena belum terdata dalam situs Peduli WNI Kementerian Luar Negeri. "Hambatan besarnya, banyak dari kita belum mengisi Peduli WNI," katanya.

Dubes Heri Akhmadi menuturkan, berdasarkan Pasal 16 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2016 tentang Administrasi Kependudukan, WNI wajib melaporkan melalui situs tersebut apabila telah tiga bulan tinggal di luar negeri.

"Itu tantangan kita sebenarnya yang agak masalah kalau WNI yang datang ke suatu negara tidak mendaftarkan dirinya. Banyak warga kita yang sudah tiga bulan yang belum mendaftar," katanya.

Dubes Heri menurutkan antusiasme WNI dalam Pemilu 2024, khususnya yang memilih lewat TPS cukup tinggi, meskipun lebih banyak yang melalui pos. "Cukup besar tapi terbesarnya melalui pos. Saya hanya ingin mengucapkan terima kasih kepada WNI yang telah berpartisipasi. Semoga ke depannya lebih baik lagi," katanya.

 

4 dari 4 halaman

PPLN Tokyo Siapkan 3.500 Surat Suara bagi Pemilih dalam Daftar Khusus

Sementara itu, Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) di Tokyo, Jepang, menyediakan sekitar 3.500 surat suara untuk Daftar Pemilih Khusus (DPK) untuk mengantisipasi pemilih yang membeludak pada saat pencoblosan 11 Februari.

DPK adalah daftar warga yang memiliki hak pilih, tetapi belum terdata di Daftar Pemilih Tetap (DPT).

"Kalau ditambah surat suara yang RTS (return to sender) itu mencukupi karena kita memiliki sekitar 3.000 dan surat suara cadangan 500," kata anggota PPLN Tokyo Makmur Lubis di lokasi tempat pemungutan suara (TPS) di Tokyo, Minggu (11/2).

Makmur Lubis menjelaskan surat suara RTS merupakan surat suara yang telah dikirimkan kepada calon pemilih melalui pos kemudian kembali lagi ke PPLN Tokyo karena penerima tidak lagi tinggal di alamat tersebut, pindah negara, atau sudah kembali ke Indonesia.

"Sudah ada ketentuan dari PKPU, kami (bisa) menggunakan surat suara return to sender. Ada surat pos yang kami kirim tapi tidak ada orangnya. Jadi untuk DPTb (Daftar Pemilih Tambahan), DPK itu akan kami tangani dengan surat suara itu,” katanya.“DPK ini mereka yang belum mendaftar di pos mana pun," katanya.

Pemilih dalam DPK bisa memilih pada waktu tertentu. Di TPS Tokyo, pemilih DPK baru diperbolehkan menggunakan hak suaranya mulai pukul 16.00 hingga pukul 18.00 waktu setempat.

Makmur menyebutkan bahwa sudah 200 DPK yang mendaftar hingga pukul 13.00 waktu setempat. "Yang kami tangani (pemilih) DPK yang sudah lama tinggal di Jepang. Dari mana? Dari kartu izin tinggalnya di Jepang. Itu salah satu cara kami mengklarifikasi," jelasnya.

Pemungutan suara di Jepang dilakukan dalam dua metode: TPS dan melalui pos.

Makmur mengatakan hanya ada satu atau dua orang yang meminta ganti surat suara karena dinilai rusak dan khawatir suaranya tidak terhitung.

"Belum rusak, tapi takut dianggap rusak karena kemungkinan kita terima dari Indonesia dalam keadaan terlipat," katanya.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.