Sukses

Guyana Minta Bantuan ke Amerika Serikat di Tengah Sengketa dengan Venezuela

Pemerintah Guyana mengatakan pihaknya sedang meminta bantuan dari Amerika Serikat.

Liputan6.com, Georgetown - Pemerintah Guyana mengatakan pihaknya sedang meminta bantuan dari Amerika Serikat untuk meningkatkan kemampuan pertahanannya di tengah kekhawatiran bahwa negara tetangganya, Venezuela, suatu hari nanti akan merebut wilayah sengketa di Guyana barat yang kaya akan mineral dan minyak.

Pengumuman tersebut menyusul perundingan selama dua hari antara para pejabat tinggi Guyana dan Daniel P. Erikson, Wakil Asisten Menteri Pertahanan Amerika Serikat untuk Belahan Barat, yang melakukan perjalanan ke negara Amerika Selatan tersebut untuk membahas kemitraan pertahanan dan keamanan.

Pembicaraan tersebut berakhir pada Selasa (9/1) malam dan Erikson mengatakan AS akan membantu Guyana menciptakan militer yang lebih terorganisir dan lebih lengkap dalam beberapa bulan mendatang. Dia tidak memberikan rincian lebih lanjut.

Erikson juga mengatakan bahwa pasukan keamanan dan tim pelatihan khusus yang telah mengunjungi Guyana pada tahun lalu akan terus melakukannya pada tahun 2024, dikutip dari VOA Indonesia, Jumat (12/1/2024).

Erikson kepada wartawan mengatakan bahwa Guyana berupaya memodernisasi kemampuan pertahanannya, dan bagian dari pembicaraan tersebut berfokus pada cakupan dan kemampuan, serta keamanan siber.

Erikson menggambarkan pembicaraan dengan para pejabat Guyana sebagai sesuatu yang produktif dan mengatakan bahwa AS menyadari langkah-langkah yang diperlukan untuk meningkatkan kemampuan pertahanan termasuk “kesadaran domain Guyana.”

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kunjungan Erikson Usai Perselisihan

Kunjungan Erikson terjadi hanya beberapa minggu setelah perselisihan yang telah berlangsung selama satu abad mengenai wilayah Essequibo di Guyana semakin mendalam, dengan Venezuela mengadakan referendum pada bulan Desember untuk mengklaim kedaulatan atas wilayah yang mewakili dua pertiga wilayah Guyana.

Ketegangan terus memburuk pada akhir tahun lalu hingga Presiden Guyana Irfaan Ali dan Presiden Venezuela Nicolás Maduro bertemu di Pulau St. Vincent di Karibia timur sebagai bagian dari pertemuan mediasi darurat yang diselenggarakan oleh para pemimpin regional untuk mencegah eskalasi lebih jauh.

Setelah pertemuan tersebut, kedua belah pihak sepakat untuk tidak menggunakan kekerasan, namun sengketa wilayah terus berlanjut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.