Liputan6.com, Quito - Jenazah kandidat presiden Ekuador Fernando Villavicencio yang terbunuh dimakamkan dalam upacara keluarga di ibukota negara itu pada Jumat 11 Agustus 2023 malam waktu setempat.
Pria berusia 59 tahun itu dimakamkan di pemakaman Monteolivo di Quito utara, tim kampanyenya mengkonfirmasi kepada CNN en Español, dikutip dari CNN International, Sabtu (11/8/2023).
Mereka mengatakan penguburan itu dilakukan dalam privasi, dengan peti matinya dikawal oleh anggota polisi bersama dengan kerabat terdekatnya.
Advertisement
Villavicencio ditembak mati saat berkampanye di Quito pada Rabu 9 Agustus.
Pembunuhan Villavicencio terjadi hanya 10 hari sebelum putaran pertama pemilihan presiden akan berlangsung.
Politisi dari partai Movimiento Construye itu merupakan juru kampanye anti-korupsi dan anggota parlemen yang blak-blakan tentang kekerasan yang disebabkan oleh perdagangan narkoba di Ekuador.
Pihak berwenang mengatakan pada Kamis 10 Agustus bahwa mereka telah menangkap enam tersangka, semuanya warga negara Kolombia dan anggota geng, sehubungan dengan pembunuhannya.
Tersangka penembak meninggal setelah baku tembak dengan petugas keamanan, meskipun kewarganegaraannya masih belum jelas.
Ekuador merupakan negara yang relatif damai. Namun sejak beberapa tahun yang lalu, negara di pegunungan Andes itu mulai terganggu oleh krisis keamanan yang memburuk yang dipicu oleh perdagangan narkoba dan perang wilayah antara organisasi kriminal yang bersaing.
Kekerasan paling menonjol di pantai Pasifik Ekuador ketika kelompok-kelompok kriminal berjuang untuk mengendalikan dan mendistribusikan narkotika, terutama kokain.
Â
Pembunuhan Memicu Kecaman Internasional
Pembunuhan itu memicu curahan kecaman dari dalam Ekuador dan di seluruh dunia, termasuk dari kepala Hak Asasi Manusia PBB, Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Selama penyelidikan, pihak berwenang menyita senapan, senapan mesin, empat pistol, tiga granat, dua magasin senapan, empat kotak amunisi, dua sepeda motor, dan kendaraan curian yang diyakini telah digunakan oleh para tersangka.
Serangan itu juga mendorong Presiden Guillermo Lasso untuk meminta bantuan dari Biro Investigasi Federal AS, dan dia tweeted sebelumnya bahwa delegasi akan segera tiba di negara itu.
Advertisement