Sukses

Ilmuwan Ungkap Pemicu Munculnya Varian Baru COVID-19 yang Lebih Menular

Mutasi virus corona COVID-19 terjadi begitu cepat dan beragam, dengan ilmuwan mencatat setidaknya 380.000 urutan genom dari virus itu hanya pada tahun lalu saja.

Liputan6.com, London - Varian baru COVID-19 telah menyapu seluruh Inggris dan terdeteksi di Amerika Serikat, Kanada, dan di tempat lain. Para ilmuwan khawatir bahwa strain baru ini dapat menyebar lebih mudah.

Virus Corona SARS-CoV-2 telah mengalami berbagai mutasi saat menyebar pada gelombang pertama pandemi, menghasilkan sedikit perbedaan dalam genomnya. Mutasi ini memungkinkan para ilmuwan untuk melacak siapa yang terkait dengan siapa yang melintasi pohon keluarga virus.

Mutasi itu terjadi begitu cepat dan beragam, dengan ilmuwan mencatat setidaknya 380.000 urutan genom dari virus itu hanya pada tahun lalu saja.

Ahli biologi evolusi, telah memperingatkan untuk tidak terlalu menafsirkan ancaman yang ditimbulkan oleh mutasi. Sebagian besar mutasi hanya bersifat angin lalu dan tidak berdampak signifikan.

Namun, dari sekian banyak mutasi, hanya beberapa memicu perubahan yang signifikan pada virus. Dan dalam kasus ini, strain yang tengah melanda Inggris.

"Data yang dimiliki ilmuwan meyakinkan bahwa mutasi yang dibawa oleh varian yang pertama kali muncul di Inggris, yang dikenal sebagai B.1.1.7, membuat virus lebih 'prima' dari varian yang lainnya," kata Sarah Otto, profesor biologi evolusi di University British Columbia, dikutip dari Sciencealert, Sabtu (23/1/2021).

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Alasan Virus COVID-19 di Inggris Bisa Bermutasi Menjadi Seperti Saat ini

Ketika varian baru menjadi umum, para ilmuwan menentukan alasan di balik penyebarannya. Virus yang membawa mutasi tertentu dapat naik frekuensi secara kebetulan jika: (a) dibawa oleh superspreader, (b) pindah ke lokasi baru yang nihil infeksi sebelumnya, dan (c) diperkenalkan ke segmen baru dalam sebuah populasi.

Dua contoh terakhir disebut "peristiwa pendiri," kata Otto.

"Peningkatan frekuensi yang cepat dapat terjadi jika varian tertentu dimasukkan ke dalam kelompok baru dan memulai epidemi lokal. Peristiwa kesempatan dapat menjelaskan kenaikan frekuensi beberapa varian SARS-CoV-2 yang berbeda," lanjutnya.

Namun, khusus untuk mutasi virus corona B.1.1.7, ia menunjukkan sinyal seleksi yang sangat kuat, bahkan keluar dari tiga pola frekuensi yang disebut oleh Otto di atas.

Kebangkitan B.1.1.7 di Inggris tidak dapat dijelaskan oleh peristiwa pendiri seperti yang disebutkan oleh Otto di atas, karena: infeksi sudah beredar di Inggris, dan adanya pembatasan sosial yang meminimalisir superspreader.

Kendati demikian, ada satu hal yang pasti: virus mutasi itu diyakini lebih infeksius.

Selama dua bulan terakhir, virus mutasi B.1.1.7 telah meningkat frekuensinya lebih cepat dari non-B.1.1.7 di hampir setiap minggu dan wilayah kesehatan di Inggris.

Data ini, dilaporkan pada 21 Desember 2020, membantu meyakinkan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson untuk menempatkan banyak negara di bawah penguncian dan menyebabkan larangan perjalanan yang meluas dari Inggris.

Setidaknya, ada 275.000 kasus infeksi varian baru COVID-19 B.1.1.7 di Inggris, berdasarkan pengurutan dan klasifikasi genom yang dilakukan para ilmuwan dan tenaga kesehatan di sana.

Otto juga meyakini bahwa virus mutasi tersebut "mungkin telah lahir dari individu yang memiliki 'sistem imun terkompromi' atau imunocompromised" --suatu kondisi di mana sistem imun inang terus berjuang melawan infeksi berkepanjang dan pada saat yang sama, memicu putaran replikasi virus secara berulang.

Laporan penelitian awal yang belum diverifikasi telah menggambarkan dua varian lain yang menjadi perhatian: satu berasal dari Afrika Selatan (B.1.351) dan satu dari Brasil (P1).

Kedua varian menunjukkan sejarah mutasi berlebih baru-baru ini dan peningkatan frekuensi yang cepat dalam populasi lokal. Para ilmuwan saat ini sedang mengumpulkan data yang diperlukan untuk mengkonfirmasi lebih lanjut fenomena tersebut.

3 dari 3 halaman

Lebih Mudah Menular, Namun Tidak Mematikan

Para ahli epidemiologi telah menyimpulkan bahwa B.1.1.7 lebih menular, tetapi tidak ada tanda-tanda bahwa itu lebih mematikan.

Beberapa peneliti memperkirakan bahwa B.1.1.7 meningkatkan jumlah kasus baru yang disebabkan oleh individu yang terinfeksi (disebut angka reproduksi atau Rt) antara 40 - 80 persen; studi pendahuluan lain menemukan bahwa Rt meningkat sebesar 50-74 persen.

Keunggulan 40-80 persen berarti; virus corona mutasi B.1.1.7 tidak hanya lebih fit, namun jauh lebih bugar --dalam hal mengalahkan sistem imun inangnya. atau manusia.

Bahkan ketika seleksi sekuat ini, proses 'evolusi' tersebut tidak seketika.

"Pemodelan matematika kami, serta oleh ilmuwan lain di Kanada dan AS, menunjukkan bahwa dibutuhkan beberapa bulan bagi B.1.1.7 untuk mencapai masa evolusi puncaknya, karena hanya sebagian kecil kasus yang awalnya membawa varian baru," jelas Otto.

Bagi banyak negara, seperti AS dan Kanada, di mana jumlah kasus COVID-19 telah meningkat secara genting, varian yang meningkatkan penularan sebesar 40-80 persen, sedikit-banyak, mempercepat proses evolusi itu.

Namun tetap saja, dalam kaca-mata biologi-evolusi, "perubahan tetap membutuhkan waktu lama, memberikan kita mungkin beberapa minggu untuk mempersiapkan."

Akan tetapi, ketika hal itu terjadi dan mencapai periode puncaknya, "Hal itu bisa menyebabkan pertumbuhan eksponensial dalam kasus dan menyebabkan kewalahan sistem perawatan medis yang sudah genting sebelumnya," imbau Otto.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.