Sukses

Mauritius Tetapkan Status Darurat Usai Berton-ton Minyak Bocor ke Laut

Kapal karam di Mauritius sebabkan air tercemari, langkah apa yang bisa diambil untuk mengatasi masalah ini?

Liputan6.com, Pointe d'Esny - Mauritius telah mengungkapkan status darurat untuk lingkungan mereka, setelah sebuah kapal hancur pembawa minyak mengalami kebocoran dan menumpahkan muatannya di Samudera Hindia. 

Kapal MV Wakashio kandas di Pointe d'Esny di timur Mauritius pada akhir Juli 2020, menurut laporan media lokal dan juru kampanye lingkungan. Lokasi tumpahan dekat dengan cagar alam Blue Bay Marine Park dan sejumlah pantai wisata populer.

Kerusakan pada kapal itu membuat kebocoran minyak yang mencemari wilayah setempat, dan foto-foto telah tersebar di berbagai media sosial. Pada Jumat 7 Agustus 2020, Perdana Menteri Pravind Jugnauth mengumumkan keadaan darurat lingkungan.

Mauritius terletak di sebelah pulau Reunion Prancis di Samudra Hindia, dan Jugnauth juga meminta bantuan Presiden Prancis Emmanuel Macron di Twitter, seperti yang dikutip dari CNN, Minggu (9/8/2020). Hal ini karena dapat membuat lingkungan setempat dalam bahaya akibat pencemaran lingkungan. 

Petinggi Mauritius mengatakan bahwa mereka tak memiliki keahlian untuk mengangkat kapal yang telah terdampar.

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Prancis Kirimkan Bantuan

Pada Sabtu 8 Agustus, Presiden Emmanuel Macron mengatakan bahwa Prancis mengerahkan tim dan peralatan dari Pulau Reunion sebagai tanggapan.

Happy Khambule, manajer senior kampanye iklim dan energi Greenpeace Afrika, memperingatkan bahwa kapal yang ruska  itu membocorkan "berton-ton solar dan minyak ke laut," dan mengancam satwa liar di daerah itu.

"Ribuan spesies di sekitar laguna Blue Bay, Pointe d'Esny dan Mahebourg berisiko tenggelam di lautan polusi, dengan konsekuensi yang bahaya bagi ekonomi, ketahanan pangan, dan kesehatan Mauritius," kata Khambule dalam pernyataan Jumat.

Menteri lingkungan, Kavy Ramano, mengatakan pada hari Jumat: "Kami berada dalam situasi krisis lingkungan."

Younous Omarjee, anggota Parlemen Eropa dari Pulau Reunion, mengatakan kepada CNN bahwa kerja sama internasional diperlukan untuk menangani "bencana ekologi".

"Ini adalah krisis lingkungan yang serius dan kami belum menyadari semua konsekuensi yang mungkin bisa terjadi. Ini juga hal yang menakutkan bagi Mauritius, yang ekonominya bergantung pada dunia pariwisata dan parawisata Mauritius saat ini telah terkena dampak pandemi yang parah," katanya kepada CNN.

Menteri Transisi Ekologis Prancis Barbara Pompili mengumumkan pada Sabtu bahwa Prancis memberikan dukungan kepada otoritas Mauritian untuk menangani kebocoran bahan bakar.

 

Reporter: Yohana Belinda

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.