Sukses

9 Dampak Cyberbullying Salah Satunya Picu Gangguan Kesehatan Mental

Menurut dokter spesialis kedokteran jiwa, perundungan siber berpengaruh terhadap kesehatan mental seseorang.

Liputan6.com, Jakarta - Cyberbullying atau perundungan siber adalah tindak kekerasan non fisik berupa ancaman, intimidasi, pelecehan, dan penghinaan melalui media sosial, pesan teks, atau platform daring lainnya.

Menurut dokter spesialis kedokteran jiwa di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan (RSJSH) Jakarta, Desmiarti, perundungan siber berpengaruh terhadap kesehatan mental seseorang.

“Dampak psikologis cyberbullying bisa sangat merusak dan penting untuk memahami bagaimana tindakan ini dapat memengaruhi kesehatan mental seseorang,” kata Desmiarti mengutip laman resmi RSJSH, Senin (22/1/2024).

Beberapa dampak buruk yang dapat dialami korban perundungan siber antara lain:

Gangguan Kesehatan Mental

Salah satu dampak paling serius dari perundungan siber adalah gangguan kesehatan mental. Korban dapat mengalami gangguan cemas, depresi, penyalahgunaan zat dan lainnya.

Mereka mungkin merasa terisolasi, tidak berdaya, dan merasa bahwa tidak ada tempat yang aman untuk mereka. Gangguan kesehatan mental ini bisa berdampak dari yang ringan hingga berat tergantung bagaimana resiliensi mental korban.

Risiko Bunuh Diri

Salah satu dampak psikologis yang paling serius adalah risiko bunuh diri. Korban yang merasa tidak memiliki jalan keluar dari situasi yang dihadapinya (depresi berat) dapat memiliki pemikiran bunuh diri yang sangat berbahaya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kurang Percaya Diri

Dampak selanjutnya dari perundungan siber adalah kurang percaya diri. Cyberbullying dapat merusak harga diri dan percaya diri korban.

Pesan negatif dan penghinaan yang terus-menerus dapat membuat mereka merasa tidak berharga dan meragukan kemampuan mereka.

Rasa Takut dan Kekhawatiran

Korban perundungan siber sering hidup dalam ketakutan yang menetap. Mereka mungkin merasa khawatir bahwa serangan akan terus berlanjut atau bahkan meningkat. Rasa takut ini bisa sangat mengganggu kehidupan sehari-hari.

Perubahan Perilaku

Beberapa korban perundungan siber dapat mengalami perubahan perilaku yang mencolok. Mereka mungkin menjadi lebih tertutup, marah, atau bahkan cenderung melakukan tindakan yang merugikan diri mereka sendiri.

3 dari 4 halaman

Mikroagresi dan Diskriminasi

Selain perundungan siber yang eksplisit, korban juga dapat menghadapi mikroagresi dan diskriminasi yang lebih tersembunyi.

Hal ini dapat mencakup pengabaian, stereotip negatif, dan perlakuan tidak setara yang dapat merusak harga diri dan citra diri mereka.

Gangguan Tidur dan Kesehatan Fisik

Stres yang disebabkan oleh perundungan siber dapat berdampak pada gangguan tidur dan kesehatan fisik. Korban mungkin mengalami insomnia, sakit kepala, gangguan pencernaan, dan masalah kesehatan lainnya.

Masalah Sosial

Dalam upaya untuk menghindari perundungan siber, korban sering menarik diri dari interaksi sosial. Mereka mungkin merasa takut untuk berinteraksi dengan orang lain, terutama secara daring. Ini dapat menghambat perkembangan sosial mereka dan membuat mereka merasa terasing.

Masalah Pekerjaan dan Akademik

Kesehatan mental yang buruk yang disebabkan oleh perundungan siber dapat berdampak negatif pada kinerja pekerjaan dan akademik korban. Mereka mungkin kesulitan berkonsentrasi, bekerja, belajar, dan berpartisipasi dalam kegiatan sekolah.

4 dari 4 halaman

Menghadapi Dampak Perundungan Daring

Dalam menghadapi dampak psikologis perundungan daring, penting untuk mencari dukungan dan bantuan, lanjut Desmiarti.

“Korban perlu tahu bahwa mereka tidak sendirian dan bahwa tersedia sumber daya yang dapat membantu mereka mengatasi situasi ini,” katanya.

Orangtua, guru, teman, dan profesional kesehatan mental dapat memberikan dukungan emosional dan bantuan untuk mengatasi dampak psikologis yang dihasilkan dari perundungan daring. Pendidikan dan kesadaran tentang bahaya perundungan daring harus terus ditingkatkan sebagai upaya pencegahan sekaligus memberikan perlindungan kepada para korban.

“Selain itu, hal yang cukup penting juga agar bullying berhenti, kuncinya ialah perlu diidentifikasi dan dilaporkan lebih lanjut. Hal ini juga dapat menunjukkan kepada pelaku bully bahwa tindakan mereka tidak dapat diterima,” tutup Desmiarti.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.