Sukses

Dokter: 17 Persen Pengidap Diabetes Mengalami Depresi Ringan hingga Berat

Diabetes adalah suatu perubahan hidup yang mendadak. Maka, diabetes dan kesehatan mental memiliki hubungan dua arah.

Liputan6.com, Jakarta Diabetes memiliki kaitan dengan kesehatan mental. Hal ini diungkap dokter spesialis penyakit dalam subspesialis endokrinologi metabolik dan diabetes dari RS Pondok Indah – Puri Indah, M. Ikhsan Mokoagow.

Menurutnya, diabetes dengan kesehatan mental memiliki hubungan dua arah. Sebagian penyandang diabetes mengalami gangguan kejiwaan khususnya depresi. Pasalnya, diabetes adalah suatu perubahan hidup yang mendadak.

“Mendadak itu karena diagnosisnya mendadak atau sudah datang dengan komplikasi. Sementara banyak perubahan gaya hidup yang juga tidak mudah. Belum lagi juga ada stigma seperti diabetes membuat ginjal rusak dan sebagainya. Jadi memang memberikan stressor khusus pada penyandang diabetes,” kata Ikhsan dalam Exclusive Media Interview menyambut Hari Diabetes Sedunia secara daring, Senin, 13 November 2023.

Ikhsan telah melakukan penelitian yang meninjau kaitan antara diabetes dan gangguan kesehatan jiwa.

“Penelitian kami sendiri di rumah sakit mendapatkan hasil sekitar 17 persen penyandang diabetes mengalami depresi mulai dalam bentuk ringan sampai berat.”

Pada dasarnya memang ada keterkaitan antara gangguan kejiwaan khususnya depresi pada pasien diabetes bukan hanya pada yang baru terdiagnosis, tapi juga pada yang sudah mengidap diabetes dalam jangka panjang.

“Karena penyakit kronis sendiri sangat dikaitkan dengan gangguan kejiwaan,” ucap Ikhsan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Masalah Kesehatan Jiwa Bisa Picu Diabetes

Seperti disampaikan Ikhsan sebelumnya, diabetes dengan kesehatan jiwa memiliki hubungan dua arah.

Selain diabetes dapat menyebabkan masalah kesehatan jiwa. Sebaliknya, masalah kesehatan jiwa juga bisa memicu diabetes.

Hal ini dapat dipicu konsumsi obat-obatan untuk menjaga kesehatan jiwa yang akhirnya mempermudah terjadinya diabetes.

“Pasien-pasien gangguan kejiwaan yang tidak diabetes ada beberapa yang menggunakan obat-obatan yang menyebabkan terjadinya resistensi insulin sehingga memudahkan terjadinya diabetes,” ujar Ikhsan.

Di sisi lain, orang dengan gangguan kesehatan jiwa juga memiliki kendala dalam mengatur pola makan, aktivitas fisik, dan gaya hidup sehat.

3 dari 4 halaman

Picu Masalah Lainnya

Selain bisa memicu depresi, diabetes juga bisa memicu masalah lainnya seperti amputasi.

Menurut Ikhsan, pasien diabetes bisa mengalami berbagai komplikasi dan komplikasi terbesar yang perlu dihindari adalah terjadinya amputasi.

Dia menambahkan, diabetes menjadi penyebab utama amputasi non-traumatik. Ini adalah amputasi yang bukan disebabkan oleh kecelakaan atau trauma lainnya. Dan jalan menuju amputasi pada pasien diabetes adalah diabetic foot (kaki diabetik).

“Data menunjukkan, amputasi terbesar non-traumatik itu akibat diabetes. Dan diabetic foot ini memang menjadi jalan utama menuju amputasi,” jelas Ikhsan.

Kaki diabetik termasuk komplikasi diabetes yang memengaruhi pembuluh darah besar (makroangiopati) yang ada di kaki. Akibatnya, aliran darah ke kaki terganggu, penyembuhan luka lambat, saraf tidak bekerja dengan baik.

“Apalagi kalau kadar gulanya tidak terkontrol dan infeksinya tidak tertangani dengan baik. Maka, boleh jadi dari luka yang awalnya kecil lama-lama kena infeksi kemudian melebar ke bawah kulit sampai ke otot. Dan yang paling bahaya adalah ketika infeksinya sampai ke tulang atau yang kita sebut (osteomielitis).”

4 dari 4 halaman

Amputasi Bertujuan Hentikan Infeksi

Jika infeksi sudah mengenai tulang, maka bisa terjadi gangren atau kematian jaringan. Gangren ini perlu diangkat untuk menghentikan infeksi.

“Kenapa harus diangkat? Karena jaringan mati ini kalau tidak diangkat pembuluh darahnya udah enggak jalan ke sana, alirannya tidak ada, dan kalau kita tidak buang maka jaringan yang sudah busuk itu akan menjadi sumber makanan infeksi lebih lanjut.”

“Oleh karena itu sering kali terjadi amputasi,” kata Ikhsan.

Kabar baiknya, amputasi akibat diabetes sebetulnya bisa dicegah dengan melakukan perawatan kaki secara berkala.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.