Sukses

Penelitian: Kebakaran Hutan dan Lahan Picu Kecemasan atau Anxiety

Literatur menunjukkan bahwa terjadinya bencana dapat memicu perasaan cemas pada individu.

Liputan6.com, Jakarta Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang banyak terjadi di Indonesia memiliki kaitan dengan kecemasan atau anxiety. Hal ini diungkap dalam penelitian Monash University, Australia bertajuk “Developing and Validating a Scale for Anxiety Over land and Forest Fire.”

Menurut profesor di Department of Human-Centred Computing, Monash University yang memimpin riset ini, Juliana Sutanto, kecemasan terkait bencana merupakan topik penelitian yang penting.

Literatur menunjukkan bahwa potensi terjadinya bencana dapat memicu perasaan cemas pada individu. Meskipun terdapat skala untuk mengukur kecemasan dan gejala kecemasan secara umum, skala yang mengukur kekhawatiran terkait kebakaran lahan dan hutan belum tersedia dalam literatur bencana dan kebakaran lahan dan hutan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur dan mengembangkan skala valid atas pemikiran khawatir terkait kebakaran lahan dan hutan.

“Kami memetakan kekhawatiran terkait kebakaran hutan dan lahan ke dalam kecemasan terhadap kebakaran hutan dan lahan. Kami menggunakan kelompok fokus untuk menghasilkan item kecemasan terhadap kebakaran lahan dan hutan dan memvalidasi skala kecemasan terhadap kebakaran lahan dan hutan,” tulis Juliana dan timnya dalam penelitian tersebut.

Peneliti menggunakan survei daring untuk mengumpulkan data di Indonesia dan menargetkan penduduk yang tinggal di dekat daerah rawan kebakaran hutan di Pulau Kalimantan dan Sumatera di Indonesia sebagai peserta.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tiga Dimensi Kecemasan Akibat Karhutla

Penelitian dilakukan melalui prosedur pengembangan skala yang sistematis meliputi berbagai analisis. Termasuk analisis faktor eksplorasi, analisis faktor konfirmatori, dan analisis faktor konfirmatori untuk validitas eksternal.

Dari analisis tersebut, peneliti mengembangkan skala tiga dimensi untuk kegelisahan atas lahan dan hutan yaitu:

  • Kecemasan terkait hilangnya habitat.
  • Kecemasan terkait ekonomi dan keuangan.
  • Kecemasan terkait kesehatan.

“Skala yang baru kami kembangkan ini terbukti secara psikometrik cukup baik sebagai instrumen yang valid untuk mengukur kecemasan terhadap kebakaran lahan dan hutan,” kata Juliana mengutip abstrak penelitian tersebut.

3 dari 4 halaman

Mengenal Anxiety

Menurut American Psychological Association (APA) kecemasan atau anxiety adalah emosi yang ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir, dan perubahan fisik seperti peningkatan tekanan darah.

Orang dengan gangguan kecemasan biasanya memiliki pikiran atau kekhawatiran yang mengganggu secara berulang.

Mereka mungkin menghindari situasi tertentu karena khawatir. Mereka mungkin juga memiliki gejala fisik seperti berkeringat, gemetar, pusing, atau detak jantung yang cepat.

Kecemasan tidak sama dengan rasa takut, tapi sering kali datang secara bergantian. Kecemasan dianggap sebagai respons jangka panjang yang berorientasi pada masa depan dan secara luas berfokus pada ancaman yang menyebar.

Sedangkan rasa takut adalah respons yang berorientasi pada masa kini terhadap ancaman yang dapat diidentifikasi dengan jelas dan spesifik.

4 dari 4 halaman

Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia

Kecemasan akibat kebakaran hutan dan lahan dapat terjadi mengingat bencana ini bisa menimbulkan berbagai masalah di masa depan termasuk akibat paparan asapnya.

Hingga 2 Oktober 2023, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat ribuan hektar areal terbakar dengan 6.659 titik panas, di mana 80 persen di antaranya berpeluang menjadi titik api (fire spot).

Kondisi itu disebut cukup berisiko meluas pada titik-titik panas di Sumatra dan Kalimantan akibat pengaruh fenomena EL Nino.

Dua negara tetangga yang berbatasan langsung dengan Indonesia, yakni Singapura dan Malaysia, menyampaikan langsung keprihatinan tentang kabut asap sebagai dampak karhutla yang memperburuk kualitas udara di sebagian wilayah kedaulatan mereka.

Keprihatinan tersebut timbul dari dampak karhutla yang mempengaruhi kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat luas. Mulai dari penurunan produktivitas, risiko kesehatan, hingga beban biaya penanganan yang tinggi.

“Sebagai salah satu negara yang rawan terhadap kebakaran hutan dan lahan, Indonesia harus lebih sigap dan proaktif dalam menangani isu terkait. Untuk itu, pemerintah perlu melakukan evaluasi langsung secara berkala terhadap tiga kekhawatiran utama terkait dampak karhutla,” kata Juliana.

“Terutama bagi mereka yang tempat tinggalnya dilintasi atau dekat dengan jalur titik panas yang berisiko memicu titik api. Evaluasi tersebut bermanfaat untuk mendorong pembahasan berkelanjutan di antara rumah tangga, komunitas, dan pemerintah tentang mitigasi dan kesiapsiagaan terhadap risiko karhutla,” pungkas Juliana.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.