Sukses

Penyandang Cerebral Palsy Asal NTB Terima Bantuan Kursi Roda di Momen Kemerdekaan

Di momen kemerdekaan, penyandang disabilitas asal NTB mendapatkan bantuan kursi roda adaptif untuk membantu mobilitasnya.

Liputan6.com, Jakarta - Penyandang cerebral palsy (CP) asal Lombok Barat, Muhammad Alwi Sihab ikut merasakan momen kemerdekaan di bulan Agustus ini.

Pasalnya, pemuda 18 tahun ini mendapatkan bantuan kursi roda adaptif untuk membantu mobilitasnya.

Kursi roda adaptif diberikan oleh unit pelaksana teknis (UPT) Kementerian Sosial yakni Sentra Paramita di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Alwi diberi kesempatan untuk menerima bantuan kursi roda setelah adanya usulan dari Anggota DPR RI Komisi VIII Nanang Samodra.

Usulan tersebut disambut baik oleh Kemensos dan menghantar nama Alwi menjadi penerima bantuan.

“Alwi masih muda, perjalanannya masih panjang. Saya melihat dia tetap semangat menjalani hidup, meski dengan kondisi yang dialaminya saat ini. Jadi, kami beri alat bantu ini untuk membantunya melakukan aktivitas sehari-hari,” kata Kepala Sentra Paramita di Mataram Latifah Ningrum, mengutip laman resmi Kemensos, Selasa (22/8/2023).

Latifah menambahkan, pembagian kursi roda sebagai bentuk kemerdekaan bagi semua orang, termasuk penyandang disabilitas.

“Sentra berharap kursi roda adaptif, setidaknya dapat digunakan untuk menyokong aktivitas Alwi yang sehari-hari bergantung pada sang nenek, Minari (63).”

Penyerahan bantuan kursi roda adaptif dilakukan bersamaan dengan kegiatan senam bersama dalam rangka Hari Kemerdekaan ke-78 RI di Gelanggang Pemuda dan Olahraga yang diselenggarakan oleh Persatuan Pensiunan Indonesia NTB, Minggu pagi 20 Agustus 2023.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kursi Roda Lama Sudah Tak Layak Digunakan

Dari atas kursi roda lamanya yang telah usang, Alwi, yang hadir didampingi Minari untuk menerima bantuan, mencoba mengungkapkan rasa senangnya.

“Terima kasih, Bu, saya senang dapat kursi roda baru,” kata Alwi melalui mimik yang diterjemahkan sang nenek.

Sebelumnya, Alwi memiliki kursi roda, tapi kursi roda tersebut sudah tidak layak dipergunakan.

Sementara itu, Gubernur NTB Zulkieflimansyah, yang turut ambil bagian dalam kegiatan senam bersama dan penyerahan bantuan, menyampaikan terima kasih atas kepedulian Kemensos terhadap masyarakat di daerah yang dipimpinnya.

"Terima kasih atas atensi dari Kemensos terhadap masyarakat kami di NTB yang membutuhkan bantuan. Semoga apa yang kita kerjakan menjadi ladang pahala," kata Zul.

Adapun, dalam rangka menyemarakkan kemerdekaan, Sentra Paramita juga telah melaksanakan perayaan berupa beragam jenis perlombaan sejak tanggal 14-16 Agustus 2023 hingga upacara bendera yang melibatkan para penerima manfaat sebagai petugasnya pada puncak peringatan 17 Agustus 2023.

3 dari 4 halaman

Kemerdekaan Sejati

Dalam keterangan lain, Ketua Dewan Kehormatan Ikatan Guru Tunanetra Inklusif (IGTI) Bima Kurniawan berpendapat, masyarakat perlu sadar soal definisi kemerdekaan sejati.

Sudah 78 tahun Indonesia menyandang status merdeka. Secara lahiriah, merdeka ini dirasakan sebagai suatu keadaan di mana tidak lagi terjadi bentrokan senjata dengan bangsa lain yang ingin memanfaatkan keuntungan kekuasaan feodal secara tidak adil.

Namun, bagi Bima, merdeka secara lahiriah saja tidak cukup, masyarakat juga perlu merdeka secara batiniah.

“Kemerdekaan sejati yang bersifat batiniah juga harus membebaskan setiap individu dari keadaan nestapa. Apakah kita sebagai warga negara Indonesia yang tinggal di tanah yang penuh dengan sejarah dan pengorbanan ini, sudah benar-benar merasakan kemerdekaan yang hakiki?” kata Bima kepada Disabilitas Liputan6.com melalui pesan tertulis.

“Sebelum kita melangkah lebih jauh, alangkah baiknya kita memperluas pemahaman kita tentang makna merdeka terlebih dahulu,” tambahnya.

4 dari 4 halaman

Makna Merdeka

Secara umum, merdeka mengandung makna kebebasan, berdiri sendiri, dan tidak terikat oleh tuntutan tertentu (KBBI: 2017).

Namun, terdapat dimensi yang lebih mendalam dari makna ini. Lebih dari sekadar bebas secara fisik, merdeka mencakup kebebasan dari segala bentuk penindasan dan eksploitasi terhadap setiap individu, (Hafidhuddin: 2004).

“Artinya, kemerdekaan sejati juga melibatkan kebebasan dalam mengembangkan potensi dan hak-hak asasi manusia tanpa adanya tekanan atau perlakuan yang merugikan satu individu tertentu,” jelas Bima.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.