Sukses

Kacamata, Lensa Kontak, atau Lasik, Mana Paling Efektif Atasi Kelainan Refraksi?

Penanganan yang bisa dilakukan pada kelainan refraksi adalah mengenakan kacamata, lensa kontak, dan lasik.

Liputan6.com, Jakarta Kelainan refraksi adalah salah satu jenis gangguan penglihatan yang paling umum.

Ketika seseorang mengalami kelainan refraksi, cahaya yang masuk ke mata tak bisa difokuskan secara langsung ke bagian belakang mata. Akibatnya, benda yang terlihat oleh mata menjadi buram.

Gejala lain dari kelainan refraksi mata termasuk penglihatan ganda, pandangan berkabut, muncul lingkaran putih saat melihat di cahaya terang, dan mata terasa tegang.

Menurut tulisan yang ditinjau ulang oleh dokter spesialis mata Maria Magdalaena Purba, penanganan yang umum pada kelainan refraksi adalah mengenakan kacamata atau lensa kontak. Dibanding lensa kontak, kacamata lebih sering menjadi pilihan karena lebih praktis.

Lensa kontak memang membuat penggunanya seakan-akan tak memiliki gangguan penglihatan. Tapi alat bantu visual ini tak bisa dikenakan sepanjang hari karena justru bisa menambah masalah pada mata.

Lensa kontak alias softlens umumnya disarankan hanya dikenakan selama 10-12 jam tiap hari. Jika lebih dari itu, mata bisa mengalami iritasi atau bahkan infeksi. Pengguna juga harus membawa peralatan lensa kontak seperti alat bantu pasang dan cairan pembersih ke mana-mana. Selain itu, pengguna harus sangat berhati-hati saat beraktivitas di luar ruangan karena debu bisa merusak softlens dan bisa berdampak buruk pada kornea mata.

Orang yang enggan direpotkan oleh berbagai risiko komplikasi dari lensa kontak akan memilih kacamata yang lebih praktis. Cukup menaruhnya di daun telinga, beragam benda di sekitar seketika terlihat dengan jelas oleh mata.

“Meski demikian, kacamata juga problematis. Selain mempengaruhi penampilan, penggunaan kacamata dapat menimbulkan ketidaknyamanan. Dan bisa jadi lebih boros bila sering rusak karena harus mencari gantinya,” mengutip keterangan pers KMN EyeCare yang ditinjau Maria, Kamis (3/8/2023).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tindakan Lasik

Dibanding lensa kontak dan kacamata, solusi yang lebih cepat dan aman untuk mengatasi masalah penglihatan yang buram, tidak jernih, atau berbayang karena kelainan refraksi mata adalah lasik.

Laser Assisted In-Situ Keratomileusis atau lasik adalah prosedur bedah menggunakan laser untuk memulihkan penglihatan yang terganggu karena kelainan refraksi. Seperti mata minus, plus, dan silinder.

Dalam laporan “World Report on Vision” yang disusun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), selain lewat penggunaan kacamata atau lensa kontak, kelainan refraksi juga dapat dikoreksi dengan bedah laser.

Tindakan medis ini dinyatakan sebagai prosedur yang efektif dan menjadi pilihan yang kian populer akhir-akhir ini.

3 dari 4 halaman

Sejarah Perkembangan Lasik

Lasik dapat memulihkan penglihatan dengan cara memperbaiki kondisi kornea sehingga cahaya yang masuk ke mata bisa difokuskan untuk menghasilkan penglihatan yang jernih.

Teknik serupa lasik tercatat dipraktikkan pertama kali pada 1948 untuk mengoreksi kelainan refraksi.

“Dulu namanya belum disebut lasik karena tak ada penggunaan laser dalam tindakan.”

Seiring dengan berjalannya waktu, teknik lasik dengan teknologi laser mulai diterapkan pada 1970-an setelah ada temuan excimer laser. Kini penyedia layanan lasik unggulan juga memakai femtosecond laser atau teknologi bedah mata yang sangat canggih dalam prosedur untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat dan aman.

4 dari 4 halaman

Proses Operasi Lasik

Meski termasuk tindakan operasi, tapi dokter tidak memakai pisau bedah ataupun peralatan lain untuk melakukan lasik.

Saat hendak menjalani operasi, pasien tak perlu berpuasa karena prosedur dilakukan hanya dengan bius tetes (anestesi topikal). Prosedur lasik masa kini melibatkan penggunaan mesin modern berteknologi terkini dengan suasana yang kasual dan nyaman.

Penglihatan pasien dikoreksi dengan memakai teknologi sinar laser tanpa rasa sakit dan berlangsung sangat singkat, hanya 10 hingga 15 menit.

Begitu prosedur selesai, pasien langsung bisa terbebas dari ketergantungan pada lensa kontak atau kacamata untuk bisa melihat berbagai hal dengan jelas.

Tingkat keberhasilan lasik di fasilitas kesehatan yang baik mencapai 100 persen. Tapi pasien tetap perlu menjalani serangkaian pemeriksaan awal guna memastikan prosedur ini akan efektif bagi pemulihan penglihatannya. Sebab, kondisi mata setiap individu berbeda-beda.

Syarat seseorang bisa menjalani LASIK antara lain:

  • Memiliki mata yang tidak kering
  • Ukuran kelainan refraksi stabil selama setidaknya satu tahun
  • Tidak menderita penyakit mata lainnya
  • Ketebalan kornea cukup
  • Ukuran pupil normal
  • Usia minimal 18 tahun
  • Tubuh dalam kondisi sehat.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.