Sukses

6 Kesalahpahaman Umum yang Perlu Diluruskan tentang Penyandang Tunanetra

Masih banyak orang yang memiliki kesalahpahaman tentang penyandang tunanetra yang perlu diluruskan. Apa saja?

Liputan6.com, Jakarta - Masih banyak orang yang memiliki kesalahpahaman tentang tunanetra. Berbagai pemahaman yang salah dan ide yang sudah terbentuk tentang tunanetra beredar di masyarakat.

Mengatasi hal ini, seorang blogger tunanetra sekaligus pengelola website Life of A Blind Girl bernama Holly, meluruskan beberapa kesalahpahaman. 

“Selama bertahun-tahun, saya sering menemui kesalahpahaman tentang masalah penglihatan dan disabilitas, dan saya selalu berusaha untuk mengedukasi orang lain ketika ada kesempatan,” ungkap Holly kepada Disability Horizon.

Apa saja kesalahpahaman tentang tunanetra yang paling umum beredar di masyarakat?

Tidak Semua Penyandang Tunanetra Melihat Kegelapan Total

Menurut Royal National Institute of Blind People (RNIB), 93 persen dari penyandang tunanetra atau dengan masalah penglihatan memiliki beberapa tingkat penglihatan yang berguna.

Misalnya, Holly memiliki kondisi yang disebut retinopati prematuritas karena lahir pada usia 24 minggu. Ada lima tahap kondisi ini, jadi penglihatan dapat berbeda-beda untuk setiap orang yang mengalaminya.

“Saya memiliki retina yang terlepas di mata kiri saya, sehingga saya tidak bisa melihat dengan mata itu. Akan tetapi, saya masih bisa merasakan cahaya di mata kanan saya, yang berarti saya bisa melihat perbedaan antara terang dan gelap,” jelas Holly.

Holly menambahkan bahwa ia tergolong cukup sering menggunakan kemampuan melihat cahaya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Memiliki Kemampuan Pendengaran yang Luar Biasa

Banyak orang yang mengira bahwa orang tunanetra otomatis memiliki kemampuan pendengaran yang luar biasa.

Ternyata, menurut Holly, hal ini terjadi karena umumnya mereka belajar sebaik mungkin untuk menggunakan indera lain, termasuk indera pendengaran.

“Kami belajar untuk menggunakan indera lain dengan baik, tetapi itu bukan karena penglihatan kami terbatas,” kata Holly.

Holly mengaku tak merasa memiliki pendengaran yang hebat seperti apa yang orang lain bilang. Dia hanya mengandalkan pendengaran lebih banyak daripada orang yang bisa melihat.

Tak Bisa Menggunakan Teknologi

Teknologi bantu seperti pembaca layar atau perangkat pembesaran layar sangat berguna bagi orang yang tidak bisa melihat atau memiliki gangguan penglihatan.

“Jadi, kami tidak hanya bisa menggunakan teknologi bantu, kami sering menggunakannya setiap hari,” ungkapnya.

Selain itu, saat ini banyak teknologi umum juga memiliki fitur aksesibilitas. Oleh karena itu, teknologi dapat digunakan oleh siapapun, tanpa memandang apakah mereka memiliki masalah penglihatan atau tidak.

3 dari 4 halaman

Tak Bisa Hidup Mandiri

Menurut Holly, kemandirian merupakan hal yang sederhana. Namun, tak sedikit orang yang kagum ketika ia mengaku bisa melakukan banyak kegiatan dengan mandiri tanpa bantuan orang lain.

“Ketika saya bilang kepada orang-orang bahwa saya bisa melakukan perjalanan sendiri, bekerja, dan menjalani kehidupan yang memuaskan, sibuk, dan aktif, mereka terkejut dan kagum,” Holly menjelaskan.

Padahal, menurut Holly, tidak bisa melihat bukan berarti tidak bisa hidup mandiri. 

“Dengan bantuan tongkat panjang dan teknologi, saya bisa menjalani kehidupan dan hidup secara mandiri, meski dengan beberapa penyesuaian,” lanjutnya.

4 dari 4 halaman

Dianggap Tak Bisa Bekerja

Dengan penyesuaian yang sesuai dan dukungan yang tepat, penyandang tunanetra bisa bekerja dengan baik seperti orang yang bisa melihat.

“Meskipun saya satu-satunya tunanetra di tempat kerja saya, hal ini tidak menghalangi saya untuk bekerja,” kata Holly.

Beberapa orang yang bisa melihat mungkin berpikir bahwa penyandang tunanetra tidak tertarik untuk bekerja. Padahal, menurut Holly, mereka juga ingin bekerja.

Harus Mengubah Kosa Kata Ketika Bicara dengan Penyandang Tunanetra

Menurut Holly, banyak orang yang berpikir bahwa mereka harus mengubah kata-kata saat berbicara dengan penyandang tunanetra, agar tak menyakiti perasaan.

“Anda tidak akan melukai perasaan kami jika menggunakan bahasa seperti itu. Bahkan, kami lebih mungkin sadar jika Anda mencoba mengubah kata-kata ketika berbicara dengan kami,” kata Holly.

Holly mengatakan bahwa fakta bahwa ia harus menjelaskan bahwa beberapa kata bukan merupakan masalah bagi penyandang tunanetra merupakan hal yang aneh.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.