Sukses

Telinga Kemasukan Air Bisa Bikin Tuli, Dokter Jabarkan Cara Mencegahnya

Telinga kemasukan air saat berenang bisa menyebabkan gangguan pendengaran bahkan dapat pula berujung Tuli.

Liputan6.com, Jakarta Telinga kemasukan air saat berenang bisa menyebabkan gangguan pendengaran bahkan dapat pula berujung Tuli.

Hal ini disampaikan dokter spesialis anak Ririe Fachrina Malisie. Menurutnya, kehilangan pendengaran secara permanen dapat terjadi jika air menyebabkan kerusakan di gendang telinga.

“Kalau ternyata terjadi kerusakan sampai ke gendang telinga mungkin jadinya permanen,” kata Ririe usai temu media bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) di Jakarta Pusat, Selasa 23 Mei 2023.

“Makanya memang kan kalau berenang itu orangtua suka bilang ‘awas nanti masuk air, nanti telinganya gak dengar’ memang kaitannya ada, tapi enggak sekali berenang langsung jadi gangguan pendengaran,” tambahnya.

Guna mencegah masuknya air ke dalam telinga, Rierie menyarankan untuk menggunakan peralatan renang khususnya penutup telinga ketika berenang.

“Sekarang ini banyak sekali dijual perangkat berenang yang dibilang ‘ribet amat mau berenang pakai kacamata renang, tutup telinga,’ tapi sebenarnya itu memang untuk keamanan,” jelas Ririe.

Rierie sendiri selalu mengenakan kacamata renang ketika berenang. Alat ini membantunya untuk bisa tetap melihat meski sedang di dalam air.

“Saya pribadi kalau renang suka pakai kacamata karena kalau enggak pakai kacamata tuh enggak bisa lihat, kabur. Terus juga kalau kita pakai tutup telinga, kalau kita berenang lama itu lebih ada ketahanan, lebih kuat.”

Dengan kata lain, perangkat berenang termasuk penutup telinga diciptakan untuk memberi keamanan dan ketahanan agar durasi berenang menjadi lebih baik, kata Ririe.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penyandang Disabilitas Rentan Tenggelam

Ririe juga menyampaikan bahwa berenang dan kegiatan air lainnya memiliki risiko tersendiri yakni tenggelam. Dan, penyandang disabilitas tergolong kelompok yang lebih rentan tenggelam ketimbang non difabel.

“Iya (lebih rentan tenggelam), tentu bagaimanapun anak-anak disabilitas itu kan berkebutuhan khusus. Kalau berkebutuhan khusus itu bergantung pada kondisi dasarnya,” kata Ririe.

Ririe memberi contoh, penyandang down syndrome bisa berenang dengan baik kecuali jika memiliki gangguan motorik. Kondisi lain seperti kelainan jantung juga perlu mendapat pertimbangan. Di sisi lain, olahraga renang adalah olahraga yang baik bagi tubuh.

“Anak-anak sindrom down itu 50 persen punya kelainan jantung dan olahraga renang ini merupakan olahraga yang komplit, bisa melatih motorik, peredaran darah, dan latihan napas.”

“Pada saat kita bolak-balik tarik napas, keluar masuk air itu sangat membantu untuk menguatkan otot-otot pernapasan. Makanya renang jadi pilihan yang baik untuk pasien asma,” jelas Ririe.

3 dari 4 halaman

Kasus Tenggelam

Ririe pun menyampaikan data kasus tenggelam dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Menurut data itu, setidaknya 236.000 orang meninggal akibat tenggelam setiap tahunnya.

Lebih dari setengah jumlah kematian akibat tenggelam terjadi pada kelompok usia di bawah 30 tahun. Laki-laki yang meninggal akibat tenggelam jumlahnya dua kali lipat lebih banyak ketimbang perempuan.

Di Indonesia, kasus tenggelam juga sering terjadi. Mengingat, Indonesia adalah negara kepulauan dengan perairan yang luas. Baik perairan darat seperti danau dan sungai maupun perairan laut.

Di tingkat dunia, Indonesia menduduki peringkat ke-123 dengan kematian akibat tenggelam mencapai 4.518 jiwa. Namun, ini merupakan fenomena gunung es, di mana kejadian sebenarnya di lapangan tentu lebih banyak.

“Maka dari itu orang Indonesia tidak hanya perlu belajar renang, tapi juga perlu belajar cara menolong orang tenggelam atau hampir tenggelam,” ujar Ririe.

4 dari 4 halaman

Pertolongan Orang Tenggelam

Untuk menolong korban tenggelam, seseorang perlu memastikan apakah dirinya mampu berenang dan menolong korban. Jika tidak, maka berteriak meminta bantuan sambil berusaha menolong dengan benda yang memungkinkan bisa pula dilakukan.

Pada prinsipnya, menolong orang tenggelam dapat dilakukan dengan:

  • Raih korban dengan atau tanpa alat.
  • Lempar alat apung seperti ban atau papan yang diikat dengan tali kemudian tarik korban dengan posisi tubuh yang aman.
  • Dayung atau gunakan perahu untuk mendekati korban.
  • Renang menuju korban dan membawanya ke tepi, ini adalah upaya yang boleh dilakukan oleh orang yang bisa berenang. Tidak disarankan untuk langsung berenang ke arah korban tanpa rencana.

Setelah berhasil meraih korban, maka tindakan berikutnya yang dapat dilakukan adalah:

  • Pindahkan korban secepat mungkin dari air dengan cara paling aman.
  • Bila ada kecurigaan cedera tulang, penolong perlu mempertahankan posisi kepala, leher dan tulang punggung korban dalam satu garis lurus.
  • Buka jalan nafas korban dan periksa napasnya.
  • Upayakan wajah korban menghadap ke atas.
  • Sampai di darat atau perahu lakukan penilaian dini dan resusitasi jantung paru (RJP) bila perlu.
  • Berikan oksigen bila ada.
  • Jagalah kehangatan tubuh korban, ganti pakaian basah dan selimuti.
  • Lakukan pemeriksaan fisik, rawat cedera yang ada.
  • Segera bawa ke fasilitas kesehatan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.