Sukses

Berakhirnya Status Darurat Pandemi Justru Timbulkan Kekhawatiran bagi Penyandang Disabilitas

Pemerintah Amerika Serikat (AS) berencana untuk lanjut mengakhiri status pandemi AS. Namun, hal ini justru menimbulkan kekhawatiran bagi para penyandang disabilitas.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Amerika Serikat (AS) yang telah mencabut status kedaruratan nasional COVID-19 pada April lalu berencana untuk mengakhiri status pandemi AS.

Melinda Utendorf, aktivis yang menderita fibromyalgia dan sedang menjalani kemoterapi untuk kanker saluran empedu tahap 4, merasa tak begitu senang dengan keputusan ini.

Meskipun jumlah kasus COVID-19 menurun, pandemi belum berakhir bagi banyak orang dengan disabilitas.

Banyak dari mereka masih menerapkan protokol kesehatan dengan ketat, seperti menggunakan masker, menjaga jarak sosial, dan menghindari perjalanan.

Para ahli kesehatan memperingatkan bahwa virus masih menjadi risiko, terutama bagi mereka dengan disabilitas yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah atau kondisi kesehatan yang mendasar.

Para avokat untuk komunitas penyandang disabilitas khawatir bahwa mengakhiri status darurat pandemi akan membuat sulit untuk mendapatkan sumber daya yang diperlukan, seperti fasilitas kesehatan untuk COVID-19 secara gratis.

“Komunitas penyandang disabilitas sedang membicarakannya dan betapa tidak masuk akalnya. Orang masih mati dan terasa seolah-olah tidak ada yang peduli sama sekali,” kata Utendorf kepada USA Today.

Menurut Gedung Putih, perjalanan internasional ke AS bahkan sudah tak memerlukan persyaratan bukti vaksin COVID-19.

Selain itu, masih tak jelas apakah ada efek samping yang belum diketahui dari COVID-19 terhadap penyandang disabilitas.

2 dari 4 halaman

Apa yang Terjadi di AS Setelah Status Kedaruratan Dicabut?

Setelah keadaan darurat kesehatan masyarakat untuk COVID-19 berakhir, perusahaan asuransi tidak harus lagi menanggung biaya tes COVID-19 tanpa dikenakan biaya, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit.

"Ini membuat banyak orang dengan pendapatan rendah semakin terpinggirkan," ujar Amy Gaeta, seorang aktivis hak-hak penyandang disabilitas dan peneliti pascadoktoral di Universitas Wisconsin-Madison. Gaeta memiliki kerusakan saraf pada salah satu kakinya dan disabilitas yang tidak terlihat.

Menurut Gaeta, ini merupakan hal yang sangat mengkhawatirkan, terutama karena banyak orang dengan disabilitas memiliki pendapatan rendah, apalagi jika mereka menerima tunjangan disabilitas.

3 dari 4 halaman

Arti Berakhirnya Status Kedaruratan Pandemi bagi Penyandang Disabilitas

Keputusan untuk mengakhiri status darurat pandemi ini telah mendapat kritik keras dari advokat bagi komunitas penyandang disabilitas. Menurut perkiraan Centers for Disease Control and Prevention (CDC), hampir seperempat dari populasi dewasa di negara ini memiliki beberapa jenis disabilitas.

Dalam pernyataan pada bulan April, American Association of People with Disabilities menyatakan kekecewaannya terhadap keputusan Biden untuk mengakhiri status darurat nasional. Hal itu membuat orang berpikir bahwa COVID-19 tidak lagi menjadi ancaman serius.

"Berakhirnya status kedaruratan nasional secara tiba-tiba merupakan langkah awal dalam mengurangi sumber daya dan upaya mitigasi bagi mereka yang masih terkena dampak COVID-19," ujar CEO dan presiden AAPD, Maria Town, dalam pernyataannya. 

Town merasa sangat frustrasi dan kecewa dengan penolakan berkelanjutan dari Pemerintahan terhadap dampak berkelanjutan COVID-19, serta konsekuensi jangka panjangnya, terutama bagi penyandang disabilitas, orang Amerika yang menua, dan komunitas berkulit berwarna.

4 dari 4 halaman

Semakin Jelas Bahwa Penyandang Disabilitas Tak Dipertimbangkan

Shannon Rosa, editor Thinking Person’s Guide to Autism sekaligus ibu dari penyandang disabilitas, mengatakan bahwa meskipun banyak orang di seluruh dunia sepertinya sudah siap melupakan pandemi, COVID-19 masih menjadi perhatian bagi keluarganya.

Mereka sebagian besar menghindari bepergian selama pandemi karena putra Shannon, Leo, memiliki autisme. Leo tidak bisa menggunakan masker wajah untuk waktu yang lama karena alasan sensorik.

Saat pergi ke luar rumah, Shannon mencari tempat yang terbuka dan berusaha pergi saat tingkat kunjungan rendah, terutama sekarang ketika penggunaan masker jarang terjadi.

"Kami menyadari bahwa orang dengan disabilitas umumnya tidak dipertimbangkan secara luas oleh publik, tapi hal ini semakin jelas bagi kami," kata Shannon.

Meskipun Leo tidak termasuk dalam kelompok yang berisiko tinggi, Shannon khawatir tentang efek samping yang belum diketahui dari virus dan bagaimana hal itu bisa mempengaruhi putranya.