Sukses

Anak-Anak Tunanetra Ikut Rayakan Penobatan King Charles III dengan Bantuan Buku Taktil

Anak-anak tunanetra dan gangguan penglihatan di Inggris ikut menjadi bagian dari acara penobatan Raja Charles III

Liputan6.com, Jakarta Di seluruh negeri dan di seluruh dunia, jutaan dari kita mungkin menonton penobatan Raja Charles III di televisi maupun streaming secara online. Begitu pun dengan anak-anak tunanetra dan gangguan penglihatan.

Dilansir dari ITV News, Charity Living Paintings, badan amal yang berbasis di Newbury membagikan 7.500 hadiah perayaan penobatan berupa buku audio taktil kepada anak-anak tunanetra dan gangguan penglihatan di seluruh Inggris.

Hadiah menyentuh tersebut datang dengan panduan audio yang dibacakan oleh selebriti seperti Dame Joanna Lumley, Roman Kemp, Sir Derek Jacobi, Omid Djalili, Mel Giedroyc dan Eleanor Stollery yang membantu menghidupkan kisah penobatan.

Menurut pengakuan salah satu orang tua yang menerima buku tersebut, buku tersebut merupakan cara sempurna untuk melibatkan balita mereka dalam acara tersebut.

Orang tua dari Archie Stone yang berusia 19 bulan mengatakan bahwa anaknya kerap kali merasa takut kondisi gangguan penglihatannya akan membuatnya tidak dilibatkan di acara-acara penting.

"Ketika Archie pertama kali didiagnosis tunanetra, ada ketakutan bahwa putra saya tidak akan menjalani kehidupan yang sama dengan saudara-saudaranya, dan untuk beberapa minggu pertama hidupnya, itu menakutkan," jelas ibu Gemma Stone.

Archie memiliki albinisme, suatu kondisi genetik yang dapat menyebabkan kebutaan. Artinya, tidak seperti kakak-kakaknya, ia tidak bisa menikmati peristiwa bersejarah itu di televisi.

"Archie tidak menonton televisi. Dia tidak menonton TV karena dia tidak bisa melihat TV," kata Gemma.

Maka dari itu, ketika di hari penobatan King Charles III baru-baru ini ia menerima hadiah spesial berupa buku bertema penobatan taktil, orang tuanya merasa terharu.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Menjadi Bagian dari Sejarah di Inggris

 

"Saya pikir, keindahan dari hadiah yang ia terima hari ini sebenarnya karena Archie bisa duduk dan bisa merasakan gambaran seperti apa menyentuh sang raja dengan mahkotanya.

"Itu melukiskan gambaran di kepalanya tentang apa yang kita lihat, yang merupakan bagian yang sangat penting.

“Hanya karena mereka [anak-anak] memiliki keterbatasan penglihatan bukan berarti mereka tidak boleh terlibat dengan cara apa pun. Jadi dia sekarang melihat apa yang kita lihat, itu menyenangkan.

"Itu tidak meninggalkan mereka, melainkan ada keterlibatan disana.

"Dampaknya terhadap kehidupan si kecil sangat besar, karena tiba-tiba dia menjadi bagian dari sejarah yang tidak hanya bisa dia simpan, tapi dia bisa merenungkannya kembali."

 

3 dari 3 halaman

Anak-Anak Merasa Bangga Dilibatkan dalam Acara Penting di Inggris

"Bagi mereka, bisa dilibatkan sangat penting karena hanya itu yang bisa Anda lakukan agar anak Anda diperlakukan sama seperti orang lain."

Ayah Ashley Stone mengatakan buku-buku taktil, yang telah digunakan Archie sebelumnya, telah membuat perbedaan besar.

"Kami menyukai cerita pengantar tidur. Kami melakukannya setiap malam di rumah kami, dan tidak ada yang lebih baik daripada benar-benar membiarkan Archie terlibat dengan itu," jelasnya.

"Meskipun dengan buku bergambar, dia tidak benar-benar tahu apa yang terjadi. Dia mungkin membalik halaman karena dia melihat kita melakukan itu. Tapi itu saja."

Ashley mengatakan buku-buku taktil menambahkan elemen lain untuk seorang anak yang tidak dapat melihat gambar.

"Dia menyerap informasi. Dia merasakan segala sesuatu di sekitarnya. Dia menciptakan citranya sendiri dalam pikirannya sendiri. Itulah mengapa kami melihat nilai sebenarnya untuknya. Dan dia benar-benar mencintai mereka. Dia hanya akan duduk di sana lebih lama dan dia sabar dengan itu."

Chief Executive Officer di Charity Living Paintings, Camilla Oldland setuju. "Sangat penting bagi kami untuk menyertakan anak-anak tunanetra dan gangguan penglihatan."

"Mereka menghabiskan sebagian besar hidup mereka terisolasi dan terpisah karena mereka tidak dapat melihat dan mereka tidak dapat mengambil bagian dalam hal-hal dengan cara yang sama, dengan kecepatan yang sama dan dengan kesegeraan yang sama seperti anak-anak yang dapat melihat.

"Kami merasa bahwa anak-anak tunanetra memiliki kesempatan yang sama dengan anak-anak awas dan mereka dapat berbagi di dunia itu sangat penting."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.