Sukses

Bangun Memori dan Stimulasi Anak Tunanetra dengan Optimalkan Empat Indera selain Penglihatan

Penyandang disabilitas netra membutuhkan stimulasi atau rangsangan dengan cara yang berbeda dari orang yang melihat.

Liputan6.com, Jakarta Penyandang disabilitas netra membutuhkan stimulasi atau rangsangan dengan cara yang berbeda dari orang yang melihat.

Jika orang pada umumnya mengenali suatu benda dengan melihat, maka tunanetra dapat mengakses ingatan soal suatu benda dengan menggunakan empat indera lainnya selain indera penglihatan. Yakni indera perabaan, pendengaran, penciuman, dan pengecapan.

Keempat indera ini berfungsi untuk membangun memori dan stimulasi bagi anak yang terlahir tunanetra atau menjadi tunanetra di usia balita.

Pembangunan memori dan stimulasi ini memerlukan peran orangtua di rumah dan guru-guru di sekolah. Tujuannya, agar anak tunanetra memiliki keanekaragaman lewat empat indera selain indera penglihatan.

Ajarkan Keterampilan Komunikasi

Adapun keterampilan yang perlu diajarkan pada anak tunanetra sejak dini adalah hal-hal dasar seperti keterampilan komunikasi. Ini bukan soal pemilihan kata atau intonasi saja, tapi terkait pula dengan gestur tubuh saat berkomunikasi.

Anak dengan disabilitas netra bisa saja mendekatkan telinga mereka ke arah pembicara tanpa mereka tahu bahwa gestur tersebut dinilai kurang sopan. Hal-hal seperti ini perlu diajarkan pada anak tunanetra.

Bagi anak-anak yang dapat melihat, mempelajari etika berkomunikasi seperti ini dapat mereka contoh dari orangtua atau orang-orang dewasa yang ada di sekitar mereka.

Mereka mengetahui bahwa saat berbicara, sikap yang baik untuk dilakukan adalah dengan menghadapkan wajah atau menatap lawan bicara.

“Namun, bagi anak yang menyandang disabilitas netra sejak lahir, proses belajar dengan cara meniru menggunakan indera penglihatan tidak dapat dilakukan. Oleh karenanya, orangtua, atau anggota keluarga lain yang lebih dewasa, atau guru, harus mengajarkannya kepada mereka,” mengutip tulisan yang ditinjau ulang oleh Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Yayasan Mitra Netra, Aria Indrawati, Senin (1/5/2023).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Etika Komunikasi yang Bisa Diajarkan pada Anak Tunanetra

Beberapa sikap atau etika dalam berkomunikasi yang dapat diajarkan sejak dini pada anak tunanetra antara lain:

  • Gestur yang sesuai atau tepat
  • Ekspresi wajah
  • Sikap yang santun
  • Pakaian yang digunakan saat akan berinteraksi dengan orang lain.  

Bila perlu, anak tunanetra juga dapat dilatih kepekaannya untuk mengidentifikasi dan memahami jenis-jenis respons dari orang-orang yang berkomunikasi dengannya.

“Namun, belum banyak orangtua yang memberikan perhatian pada pentingnya mengajarkan gestur yang tepat saat anak tunanetra sedang berbicara dengan orang lain. Banyak orangtua cenderung memaklumi saja, jika anak tunanetra tidak menghadapkan wajah mereka ke arah orang yang sedang berbicara dengan mereka,” kata penulis tunanetra, Juwita Maulida di laman Yayasan Mitra Netra.

3 dari 4 halaman

Keterampilan Komunikasi Penting untuk Bekal Masa Depan

Ia menambahkan, yang belum sepenuhnya dipahami oleh para orangtua adalah, keterampilan komunikasi bisa berdampak besar pada kehidupan anak di masa depan.

“Kelak, jika anak tunanetra mereka beranjak dewasa dan harus berinteraksi dengan masyarakat yang bukan tunanetra, bisa jadi ketidakmampuan tunanetra menguasai keterampilan komunikasi ini akan berdampak kurang baik pada pergaulan atau kariernya.”

“Oleh karenanya, ayah bunda ayo ajarkan tata cara berkomunikasi dengan baik sedini mungkin pada anak tunanetra kita.”

4 dari 4 halaman

Keterampilan Melakukan Kegiatan Sehari-hari

Selain keterampilan komunikasi, anak tunanetra juga perlu dilatih keterampilan dasar dalam melakukan kegiatan atau aktivitas sehari-hari.

Mulai dari bangun tidur di pagi hari hingga menjelang tidur di malam hari. Keterampilan ini biasa disebut “daily living activity skill”. 

Contoh aktivitas yang bisa diajarkan sejak dini yakni:

  • Membereskan tempat tidur dan melipat selimut
  • Mandi
  • Membereskan bekas peralatan makan
  • Mencuci
  • Menata barang-barang pribadi yang berantakan
  • Hingga bersih-bersih rumah.

Dalam mengajarkan satu kegiatan, orangtua dapat memberi contoh terlebih dahulu. Kemudian berikan kesempatan pada anak tunanetra untuk mengetahuinya dengan cara meraba bagaimana orangtua melakukan kegiatan tersebut.

“Alternatif lain adalah orangtua langsung melakukannya bersama-sama anak tunanetra.”

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.