Sukses

4 Tips untuk Orang Tua Agar Anak dengan ADHD Memiliki Motivasi dan Fokus

Masalah utama yang dihadapi oleh anak dengan ADHD dalah kesulitan untuk termotivasi dan fokus. Apa saja tips yang bisa dilakukan oleh orang tua?

Liputan6.com, Jakarta - Salah satu masalah utama yang dihadapi oleh anak dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah kesulitan untuk termotivasi dan fokus.

Kesulitan tersebut dapat menghambat tugas anak dengan ADHD di sekolah, rumah, dan lingkungannya lainnya.

Seorang anak didiagnosis ADHD karena ada faktor genetik serta fungsi dan struktur otak, seperti melansir National Health Service (NHS).

Dalam keluarga, ADHD pada anak cenderung diturunkan secara genetik. Pada banyak kasus, diduga gen yang diwariskan oleh orang tua merupakan faktor penting ADHD dapat berkembang pada anak.

Namun, cara ADHD diwariskan merupakan hal yang kompleks. Oleh karena itu, ADHD tidak dianggap hanya berkaitan dengan genetik.

Fungsi dan struktur otak juga merupakan sebuah faktor penyebab. Penelitian NHS mengungkap sejumlah kemungkinan perbedaan antara otak orang-orang non-ADHD dengan yang didiagnosis ADHD.

Penelitian yang melibatkan pengamatan (scan) otak tersebut menunjukkan, otak orang dengan ADHD memiliki bagian tertentu yang lebih kecil dibanding bagian lainnya.

Adapun anak dengan ADHD yang sulit fokus tidak ada kaitannya dengan rasa malas ataupun kurangnya kecerdasan, melansir Psych Central.

Sebab, otak anak dengan ADHD tidak termotivasi dengan cara yang sama seperti otak anak pada umumnya. 

Anak dengan ADHD tahu ketika mereka harus mengerjakan sesuatu. Meski begitu, bagi mereka, keadaan selalu terasa seperti mengharuskan mereka untuk berdiam saja.

Namun, ada beberapa hal yang ampuh untuk mendorong mereka agar bergerak.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Berikan Anak Tekanan

Tekanan bukan selalu berarti memberikan anak hal yang bisa membuatnya frustrasi.

Tekanan yang diberikan bertujuan membuat mereka merasa bahwa mereka tak memiliki pilihan selain bergerak.

Adapun tekanan bisa berupa tekanan interpersonal dan waktu. 

Dalam tekanan interpersonal, keterlibatan orang lain yang mengatur anak sangat diperlukan. Tujuannya, agar anak merasa takut untuk mengecewakan atau membuat orang lain tersebut marah.

Dengan begitu, peran orang tua dan guru sangat dibutuhkan di sini.

Tak hanya itu, tekanan waktu juga terbukti efektif mengatasi kurangnya motivasi dan fokus. Biasanya, telah diberikan tenggat waktu (deadline) mengumpulkan tugas dari sekolah atau tempat les.

Meski begitu, orang tua dapat memberikan tenggat waktu pribadi kepada anak agar ia termotivasi untuk segera menyelesaikannya.

Sesuatu yang Baru

Otak manusia dibentuk untuk mengeksplor hal-hal baru, terutama anak dengan ADHD. Bedanya, mereka membutuhkan kebaruan tersebut dalam skala, ukuran, atau jumlah yang lebih besar.

Kebaruan dapat memicu otak anak dengan ADHD untuk terus belajar. 

Keinginannya untuk eksplor dan belajar membuat otaknya memiliki dopamin dengan dosis yang sehat. Kemudian, hal ini dapat membuatnya terus bergerak.

3 dari 4 halaman

Minat atau Passion

Bagi orang tua, mungkin terasa membingungkan ketika melihat perbedaan semangat anak dengan ADHD yang berbeda ketika melakukan hal-hal yang berbeda. 

Misalnya, ia dapat fokus dan termotivasi ketika bermain bola, tetapi fokusnya berubah drastis ketika ia harus mengerjakan PR Matematika.

Oleh karena itu, memantau anak dengan ADHD dapat membantu orang tua memahami apa yang mereka sukai. 

Sebab, minat atau passion-lah yang menghidupkan otak anak dengan ADHD. Minat membuat otaknya mengarahkannya untuk bergerak. Meskipun kesulitan untuk mulai sangat mungkin masih terjadi, tetapi tak akan separah ketika ia harus memulai hal yang tak ia sukai.

4 dari 4 halaman

Persaingan yang Sehat

Persaingan yang sehat dapat memicu otak anak dengan ADHD agar termotivasi dan fokus.

Mendorongnya untuk bersaing secara sehat dapat membuatnya bersemangat dan aktif. Sebab, hal ini dapat membuat ia bertujuan untuk menang daripada memulai.

Hal ini terbukti dapat secara efektif menghilangkan kesulitan anak untuk memulai sesuatu.

Meski begitu, persaingan tak selalu bisa dijadikan pilihan. Sebab, persaingan yang berlebihan justru bisa menjadi tidak sehat untuk kesehatan mental anak.

Dengan begitu, orang tua tetap perlu bijak dengan mengenal karakter anak sepenuhnya sebelum mendorongnya untuk bersaing.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.