Sukses

Peneliti Menduga Bising Inkubator Ganggu Pendengaran Bayi Prematur

Suara di inkubator jauh lebih tidak teredam. Ada banyak komponen frekuensi tinggi dan suara bising yang tiba-tiba.

Liputan6.com, Jakarta Inkubator selama ini diketahui dapat menyelamatkan nyawa bayi prematur, namun penelitian menunjukkan perangkat ini diduga berisiko menyebabkan gangguan pendengaran pada bayi.

Dilansir dari US News, sebuah studi baru yang diterbitkan 27 Maret di Frontiers in Pediatrics menilai kebisingan di unit perawatan intensif neonatal mempengaruhi gangguan pendengaran pada bayi baru lahir.

“Tim peneliti multidisiplin kami sebelumnya bertanya-tanya, mengapa lebih banyak bayi prematur yang menderita gangguan pendengaran,” kata penulis studi Christoph Reuter dari University of Vienna di Austria.

Di dalam kandungan, janin mendengar suara berfrekuensi rendah yang teredam oleh cairan ketuban, dan tidak ada suara yang tiba-tiba.

Suara di inkubator jauh lebih tidak teredam. Ada banyak komponen frekuensi tinggi dan suara bising yang tiba-tiba. Batas kebisingan yang direkomendasikan telah ditetapkan, tetapi sering terlampaui, terutama ketika inkubator ditangani atau dibuka, kata para peneliti.

“Studi kami berfokus pada berbagai kebisingan kehidupan nyata dan levelnya serta karakteristik timbralnya, dengan dua tujuan utama. Pertama, menggambarkan lingkungan NICU dan inkubator; kedua, memberikan kesadaran dengan menghadirkan materi interaktif tentang situasi kehidupan nyata," kata rekan penulis Matthias Bertsch dari University of Music and Performing Arts Vienna. 

Penelitian lalu dilakukan dengan menggunakan manekin yang ditempatkan di dalam inkubator yang dilengkapi dengan mikrofon pengukur.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Analisis Suara Inkubator

Peneliti merekam suara yang berbeda baik di dalam maupun di luar inkubator. Kemudian mereka menganalisis tingkat desibel untuk menentukan bagaimana perubahan tingkat kebisingan oleh inkubator.

Sementara inkubator meredam sebagian besar suara, ada beberapa suara beresonansi di dalam rongganya. Ini menciptakan efek menggelegar dan menaikkan tingkat kebisingan hingga 28 desibel.

Sementara suara di dalam inkubator jauh lebih keras daripada suara di luarnya, individu di luar inkubator tidak menganggapnya keras.

“Sebagai kotak tertutup, inkubator biasanya memiliki resonansi inheren sekitar 100 Hz," yang berarti suara di dalam "sangat keras," kata penulis senior Vito Giordano dari Medical University of Vienna. “Suara dari luar terdengar lebih kencang di dalam inkubator, menggelegar dan teredam serta tidak terlalu kasar atau berisik, karena resonansi ini.”

 

3 dari 3 halaman

Hasil Studi Tak Dapat Digeneralisasi

Kendati demikian, peneliti mencatat, hasil tersebut tidak dapat digeneralisasikan untuk semua inkubator yang tersedia di pasar.

“Kami mengukur di ruang simulasi dalam kondisi ideal dan bukan dalam kondisi sehari-hari, di mana suara yang dihasilkan oleh lingkungan akan lebih keras,” tambahnya.

Tujuannya bukan untuk menghilangkan semua suara di sekitar bayi, kata penulis. Untuk perkembangannya sendiri, ada baiknya bayi bisa mendengar hal-hal yang terjadi di sekitarnya.

Namun, mereka mengatakan bahwa ada kebutuhan untuk mempertimbangkan suara saat merancang dan menggunakan inkubator.

Selain itu, gangguan pendengaran dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan bahasa bayi.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.