Sukses

Mantan Tentara Difabel Cipatakan Teknologi Kursi Roda, Punya 25 Paten

Seorang veteran mengatasi permasalahan yang ada pada kursi roda dan mengembangkannya.

Liputan6.com, Jakarta Rory Cooper pertama kali tertarik mengutak-atik mesin sejak dirinya masih seorang Eagle Scout muda di California. Hal yang tidak disangka dari seorang anak laki-laki yang tumbuh dalam keluarga masinis di Los Angeles.

Dilansir dari Military, kehidupan ketentaraan mengajarinya bahwa pelayanan lebih dari sekadar manfaat. Kecelakaan selama penugasannya akan mendorongnya untuk menggunakan pendidikannya untuk membantu penyandang disabilitas, khususnya pengguna kursi roda di seluruh dunia.

Cooper bergabung dengan Angkatan Darat pada tahun 1976, ditugaskan untuk bekerja di artileri sebagai pembuat senjata di Jerman Barat. Dia belajar bahasa Jerman untuk menjadi ahli bahasa dan ditugaskan ke Signal Corps. Kemudian, dia bertugas sebagai staf Mayjen CE McKnight.

Pada saat di Jerman Barat, dia ditabrak bus saat mengendarai sepeda, dan mengalami kerusakan pada sumsum tulang belakangnya akibat kecelakaan itu membuatnya lumpuh dari pinggang ke bawah.

Sejak saat itu, hidupnya berubah selamanya. Cederanya mungkin menjadi katalis untuk perubahan itu, tapi itu baru permulaan. Dengan dorongan dari McKnight, Cooper mengejar gelar teknik elektro dari California Polytechnic State University.

"Setelah cedera saya, saya harus merencanakan jalan baru dalam hidup," kata Cooper kepada Department of Veterans Affairs.

"Saya tidak berpikir itu penting lagi. Saya telah menemukan panggilan saya, dan saya memiliki kehidupan yang memuaskan yang dipenuhi dengan cinta keluarga dan teman-teman dan memuaskan secara profesional. Saya berharap pekerjaan profesional dan sukarela saya telah dan sedang membuat perbedaan positif dalam kehidupan para Veteran dan penyandang disabilitas.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Menemukan Kekurangan pada Kursi Roda dan Berusaha Mengatasinya

Pada usia 20 tahun dan sehat serta bugar, Cooper memiliki beberapa masalah dengan kursi roda, meskipun mereka canggih untuk saat itu. Saat berada di kampus di California, manuver 80 pon krom dan baja membuatnya frustrasi. Mereka berat, berat dan sulit untuk didorong.

Saat ia belajar, ia menggunakan keterampilan barunya untuk bekerja di bengkel masinis keluarganya, menciptakan kursi roda yang lebih ringan dan lebih dapat bermanuver untuk dirinya sendiri. Inovasinya akan mengarah pada karir barunya dan banyak kemajuan positif dalam teknologi kursi roda.

Ia lulus dengan gelar sarjana dan magister di bidang teknik elektro masing-masing pada tahun 1985 dan 1986. Pada tahun 1989, ia memperoleh gelar doktor di bidang teknik listrik dan komputer dari University of California, Santa Barbara. Setelah memecahkan masalah kursi rodanya sendiri, dia mulai memperbaiki kehidupan orang lain. Pengguna kursi roda pada saat itu menderita cedera stres yang berulang, hanya karena kesibukan sehari-hari.

 

3 dari 4 halaman

Mendirikan Lab Penelitian

Untuk memulai pekerjaannya dalam mengatasi masalah tersebut, ia ikut mendirikan Laboratorium Penelitian Rekayasa Manusia (HERL), sebuah kemitraan antara University of Pittsburgh dan VA. Ia menerima hibah $3,5 juta untuk mempelajari dan meningkatkan desain dan keamanan kursi roda. Bertahun-tahun sejak itu, dia mengajukan lusinan paten yang secara signifikan meningkatkan kualitas hidup para veteran dan penyandang disabilitas di Amerika Serikat dan sekitarnya.

Sebagai permulaan, temuan labnya menghasilkan pushrim baru yang pas dengan telapak tangan manusia dan menampilkan slot ibu jari untuk penggerak manual. Desain baru dan pelapis canggih juga memudahkan untuk bergerak dengan sedikit tenaga dan menginjak rem dengan lebih efisien. Pengguna melaporkan lebih sedikit rasa sakit dan lebih sedikit cedera pada tangan, lengan, dan bahu mereka di tahun-tahun berikutnya.

Bagi mereka dengan cedera yang lebih kompleks yang menggunakan kursi roda otomatis, HERL menciptakan joystick digital baru yang dapat merasakan tekanan yang diterapkan oleh pengguna. Itu juga dapat disesuaikan dengan kondisi individu, berdasarkan seberapa banyak fungsi yang mereka miliki di tangan dan lengan mereka. Itu bahkan menyumbang getaran tangan.

"Sekarang, idenya adalah kursi roda lebih seperti sepatu daripada sofa," katanya kepada Pittsburgh Post-Gazette pada tahun 1998. "Kursi roda jauh lebih personal daripada dulu."

4 dari 4 halaman

Pencapaian Cooper

Cooper melanjutkan pekerjaannya di HERL, dan telah menulis dua buku: "Rehabilitation Engineering Applied to Mobility and Manipulation" dan "Wheelchair Selection and Configuration." Ia juga ikut menulis sejumlah buku lain yang terkait dengan bidangnya.

Cooper juga seorang atlet aktif, berkompetisi dalam kompetisi olahraga adaptif di seluruh dunia. Ia memenangkan medali perunggu di Paralimpiade Seoul 1988 dalam estafet kursi roda 4x400 meter dan lebih dari 200 medali di National Veterans Wheelchair Games. Pada tahun 2023, ia dilantik menjadi National Inventors Hall of Fame.

"Sangat bermanfaat untuk membantu membuat hidup lebih baik bagi para Veteran," kata Cooper dalam wawancaranya. "Saya merasa senang melihat bagaimana penelitian kami telah membantu pasien Veteran mereka. Itu adalah dasar pekerjaan saya. ... Memberdayakan hidup mereka adalah hadiahku."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.