Sukses

Studi: Kecil Kemungkinan Ibu Penyandang Disabilitas Menyusui

Menurut hasil penelitian terbaru, ibu dengan disabilitas intelektual atau perkembangan lebih kecil kemungkinannya untuk memulai menyusui

Liputan6.com, Jakarta Menurut hasil penelitian terbaru, ibu dengan disabilitas intelektual atau perkembangan lebih kecil kemungkinannya untuk memulai menyusui dan menerima dukungan menyusui di rumah sakit dibandingkan mereka yang tidak menyandang disabilitas.

Dilansir Medscape, dalam studi kohort berbasis populasi terhadap lebih dari 600.000 ibu, pasien dengan disabilitas intelektual atau perkembangan sekitar 18% lebih kecil kemungkinannya untuk memulai menyusui selama mereka tinggal di rumah sakit.

“Secara keseluruhan, kami melihat tingkat praktik dan dukungan menyusui yang lebih rendah pada orang dengan disabilitas intelektual dan perkembangan, serta mereka yang memiliki disabilitas ganda, dibandingkan dengan orang tanpa disabilitas,” tulis penulis studi Hilary K. Brown, PhD, asisten profesor kesehatan dan masyarakat di University of Toronto Scarborough di Ontario, kepada Medscape Medical News.

Studi yang diterbitkan dalam edisi Januari The Lancet Public Health ini juga menunjukkan hambatan akses dan tantangan menyusui bagi ibu disabilitas.

“Belum banyak penelitian tentang hasil menyusui pada penyandang disabilitas,” kata Brown, yang mencatat bahwa hasil penelitian didasarkan pada pedoman WHO-UNICEF Baby Friendly Hospital Initiative.

“Ada sejumlah studi kualitatif yang menunjukkan bahwa mereka mengalami hambatan dalam mengakses perawatan terkait menyusui dan berbagai tantangan terkait menyusui. Tetapi sejauh hasil kuantitatif, hanya ada sedikit penelitian.”

Untuk memeriksa hasil ini, para peneliti menganalisis data administrasi kesehatan dari Ontario, Kanada. Mereka memasukkan dalam analisis mereka semua orang tua yang melahirkan berusia 15 hingga 49 tahun yang memiliki satu kelahiran hidup antara 1 April 2012 dan 31 Maret 2018.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kesulitan Menyusui

Pasien dengan disabilitas fisik, disabilitas sensorik, disabilitas intelektual atau perkembangan, atau dua atau lebih disabilitas diidentifikasi memiliki hambatan saat memulai menyusui ataupun terlibat dalam pemberian ASI eksklusif saat keluar dari rumah sakit, untuk melakukan kontak kulit ke kulit, dan untuk menjadi diberikan bantuan ASI.

Para peneliti menganggap disabilitas fisik mencakup kondisi seperti kelainan bawaan, gangguan muskuloskeletal, gangguan neurologis, atau cedera permanen. Mereka mendefinisikan disabilitas sensorik sebagai gangguan pendengaran atau kehilangan penglihatan.

Disabilitas intelektual atau perkembangan didefinisikan sebagai gangguan spektrum autisme, anomali kromosom, gangguan spektrum alkohol janin, atau disabilitas intelektual lainnya. Pasien dengan disabilitas ganda memiliki dua atau lebih dari kondisi ini.

 

3 dari 4 halaman

Melibatan Ratusan Ribu Ibu Melahirkan

Populasi penelitian termasuk 634.111 ibu yang melahirkan, di antaranya 54.476 (8,6%) memiliki disabilitas fisik, 19.227 (3,0%) memiliki disabilitas sensorik, 1048 (0,2%) memiliki disabilitas intelektual atau perkembangan, 4050 (0,6%) memiliki disabilitas ganda, dan 555.310 (87,6%) tidak memiliki disabilitas.

Para peneliti menemukan bahwa pasien dengan disabilitas intelektual atau perkembangan lebih kecil kemungkinannya daripada mereka yang tidak disabilitas untuk memiliki kesempatan untuk memulai menyusui (risiko relatif yang disesuaikan [aRR], 0,82), untuk terlibat dalam menyusui di rumah sakit (aRR, 0,85), untuk menyusui secara eksklusif saat pulang dari rumah sakit (aRR, 0,73), melakukan kontak kulit-ke-kulit (aRR, 0,90), dan menerima bantuan menyusui (aRR, 0,85) dibandingkan dengan pasien tanpa disabilitas.

Mereka juga menemukan bahwa individu dengan disabilitas ganda lebih kecil kemungkinannya untuk memiliki kesempatan untuk memulai menyusui (aRR, 0,93), untuk terlibat dalam menyusui di rumah sakit (aRR, 0,93), untuk menyusui secara eksklusif saat keluar dari rumah sakit (aRR, 0,90), melakukan kontak kulit ke kulit (aRR, 0,93), dan menerima bantuan menyusui (aRR, 0,95) dibandingkan dengan pasien tanpa disabilitas.

 

4 dari 4 halaman

Tanggapan Pakar Lain

Mengomentari studi ini, Lori Feldman-Winter, MD, MPH, profesor pediatri di Cooper Medical School of Rowan University di Camden, New Jersey, mengatakan bahwa ada perbedaan penyandang disabilitas fisik dan sensorik..

“Ini adalah populasi yang kurang dipelajari, dan penting untuk diketahui bahwa mungkin ada bias implisit mengenai penyandang disabilitas intelektual dan multipel,” kata Feldman-Winter.

“Kabar baiknya, disabilitas lain tidak menunjukkan masalah yang sama. Studi ini juga menunjukkan betapa pentingnya mengukur kesenjangan dalam perawatan dan inklusif.”

R. Douglas Wilson, MD, presiden Society of Obstetricians and Gynecologists of Canada dan profesor emeritus obstetri dan ginekologi di University of Calgary di Alberta, mencatat bahwa ukuran kohort mewakili kekuatan penelitian dan temuan tersebut menunjukkan kemungkinan perlunya tindak lanjut yang lebih dekat dari ibu baru yang sedang menyusui dan yang memiliki disabilitas intelektual atau disabilitas ganda.

“Ketika pasien mereka hamil, dokter kandungan dan ginekolog dapat mengetahui apakah pasien mereka berniat untuk menyusui sehingga dokter bisa membantu menghubungkan mereka dengan perawat atau konsultan laktasi untuk membantu mereka," tambahnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.