Sukses

Faktor-Faktor Ini Bisa Mempercepat Gangguan Pendengaran

Ada bukti bahwa diabetes dan tekanan darah tinggi (hipertensi) memiliki hubungan yang kuat dengan gangguan pendengaran terkait usia, benarkah?

Liputan6.com, Jakarta Bayangkan suatu hari ketika Anda tidak dapat mendengar suara. Pada saat itu, hidup akan menjadi menantang. Ini seharusnya membuat orang lebih memperhatikan organ indera mereka daripada yang mereka lakukan, seperti mata dan telinga mereka.

Namun gaya hidup bisa memperburuk risiko gangguan pendengaran. Selain itu sejumlah penyakit terkait penuaan juga bisa mempengaruhi gangguan pendengaran.

Konsultan Ahli Bedah THT dan Tengkorak, Fortis Hiranandani Hospital, Dr Devkumar Rengaraja mengatakan, gangguan pendengaran terkait usia dikenal sebagai Presbikusis.

"Kondisi ini mempengaruhi berkurangnya pendengaran yang bersifat progresif. Ini terjadi karena degenerasi sel rambut Koklea dan sel saraf pendengaran. Umumnya, itu terlihat pada populasi geriatri di atas usia 60 tahun," katanya, dikutip OnlyMyHealth.

 

Lantas, apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan pendengaran ini?

Dr Rengaraja menjelaskan bahwa ada bukti bahwa diabetes dan tekanan darah tinggi (hipertensi) memiliki hubungan yang kuat dengan gangguan pendengaran terkait usia.

1. Diabetes dan Gangguan Pendengaran

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) melaporkan, kadar gula darah yang tinggi dapat merusak pembuluh darah kecil dan saraf di telinga bagian dalam.

Semantara kadar gula darah yang rendah dapat memengaruhi transmisi sinyal saraf dari telinga bagian dalam ke otak. Dalam kedua kasus tersebut, kerusakan saraf menyebabkan gangguan pendengaran.

2. Hipertensi dan Gangguan Pendengaran

Seperti diabetes, hipertensi melibatkan kerusakan saraf. Kerusakan apa pun pada saraf kecil telinga bagian dalam dapat memengaruhi pendengaran dan menyebabkan gangguan pendengaran.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Apakah Bisa Diobati?

Dr Rengaraja menyatakan bahwa tidak ada obat untuk gangguan pendengaran. Namun, alat bantu dengar bisa meningkatkan kualitas pendengaran mereka.

Ia menegaskan kembali bahwa pencegahan selalu merupakan pengobatan terbaik, dan seseorang harus memastikan untuk memiliki gaya hidup sehat.

"Orang-orang harus menghindari paparan suara keras untuk jangka waktu yang lama. Orang yang bekerja di lingkungan dengan suara keras lebih rentan terhadap gangguan pendengaran," jelasnya.

Oleh karena itu, mereka harus mengambil tindakan pencegahan seperti mengenakan penutup telinga berkualitas baik di tempat kerja.

 

3 dari 3 halaman

Perlu Mengecek Telinga Secara Rutin

Dr Rengaraja menekankan perlunya mengunjungi dokter spesialis THT secara rutin. Dia mengatakan bahwa seseorang harus mengunjungi spesialis THT secara teratur dan menjalani penilaian audiologi tahunan. Ini akan membantu dalam mendiagnosis jika pasien menderita gangguan pendengaran.

Jika mulai mengalami kesulitan atau ketidaknyamanan pendengaran, maka sudah saatnya Anda membuat janji dengan dokter spesialis THT.

Dokter spesialis akan mendiagnosis dan merawat telinga Anda secara menyeluruh. Dr Rengaraja menyatakan bahwa seseorang harus mengunjungi spesialis THT dan memeriksakan telinganya serta melengkapinya dengan penilaian audiologi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.