Sukses

Kisah Seniman Penyandang Autisme yang Sukses karena Ingatan Fotografis

David Downes memiliki ingatan fotografis, yang ia taruh di otak neurodivergennya. Ia dapat mengingat tempat-tempat yang telah ia kunjungi dengan sangat detail dan melukisnya dari ingatannya.

Liputan6.com, Jakarta David Downes memiliki ingatan fotografis sehingga dapat mengingat tempat-tempat yang telah ia kunjungi dengan sangat detail dan melukisnya dari ingatannya.

"Saya beruntung memiliki kemampuan untuk memvisualisasikan dan juga menjadi obsesif tentang hal-hal tertentu. Sebagai seorang anak saya mulai menggambar gereja, pohon, kawanan burung, dan persimpangan jalan karena itulah hal-hal yang membuat saya terpesona," kata seniman lanskap berusia 51 tahun yang tinggal di Manningtree, Essex Inggris itu, dikutip BBC.

Meskipun kini ia bersyukur dengan memiliki kemampuan fotografis tersebut, namun autismenya tidak selalu membantu David dalam hidup.

Ia sering merasa berbeda dari teman-temannya yang tumbuh di Brome, Suffolk. Ia diintimidasi di sekolah menengah dan menemukan kenyamanan dalam membuat buku harian bergambar. Kepala sekolahnya tidak percaya bahwa dialah yang membuat gambar-gambar itu, sehingga bakat artistiknya tidak diakui.

Ibunya, yang baru saja meninggal membuatnya duka. Padahal sang ibu lah yang mendorongnya untuk sekolah seni.

Ia tidak mendapatkan nilai untuk masuk Norwich Art School, yang dipandang sebagai yang terbaik di wilayahnya, jadi ia pergi ke salah satu yang serupa di Ipswich.

David kemudian melanjutkan studi ilustrasi di Anglia Ruskin University di Cambridge dan kemudian di Brighton University, di mana ia mengambil diploma pascasarjana dalam bidang ilustrasi.

David ketika itu masih belum mengetahui akan kondisi autisme, tetapi menduga dirinya termasuk dalam spektrum.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Dokumentasi Perjalanan Hidup

David lantas memutuskan untuk mendokumentasikan perjuangannya dalam otobiografi visual dan menggunakannya untuk mendapatkan tempat di Royal College of Art yang bergengsi di London, yang ia gambarkan sebagai "Kemenangan Piala Dunia".

Setelah lulus, David tidak yakin jalan mana yang harus diambil, sebagai ilustrator atau seniman yang baik. "Anda pasti pernah mengalami hal seperti setelah lulus dari misal Royal College seperti saya dan Anda menganggap bahwa Anda akan sukses. Di satu sisi, saya merasa lebih seperti seniman yang baik, tetapi saya juga cenderung melakukan pekerjaan yang cukup ilustratif."

Tidak lama kemudian ia memenangkan kontrak besar pertamanya untuk merekam arsitektur terpenting dan menjadi artisan BBC dengan kontrak selama dua tahun.

David akhirnya didiagnosis autisme pada usia 32 tahun dan ia berbicara dengan seorang konselor, yang membantunya mendapatkan pekerjaan paruh waktu di sebuah toko seni.

"Saya berjuang untuk menjalankan bisnis dan mencari nafkah dari seni saya dan saya membutuhkan semacam pemahaman tentang apa yang sedang terjadi," katanya.

 

3 dari 4 halaman

Kehidupan Profesional vs Kehidupan Romantis

Meski kehidupan profesionalnya mulai berjalan dengan baik namun pada saat yang sama, ia merasa sulit menemukan pasangan. Ia pun merasa impiannya menjadi seorang ayah sudah berakhir.

David mulai menemui hipnoterapis. "Ia akan menghipnotis saya dan berkata 'David kamu seniman yang sangat hebat, kamu unik, kamu berbeda. Kamu akan bertemu seseorang yang akan memahami masalahmu'."

David pun merasa cocok dengan rekannya Rachel di London. Pasangan itu tinggal di California selama tiga tahun, yang menurutnya membuka pikirannya untuk melakukan berbagai jenis pekerjaan.

"Begitu menantang tinggal di sana dan harus memulai lagi semuanya dari awal sebagai seniman setelah terkenal di London, tetapi itu mendorong saya keluar dari zona nyaman saya," katanya.

Mereka memutuskan untuk kembali ke Inggris, ke Manningtree, dan Rachel hamil dengan putri mereka Talia, yang kini berusia dua tahun.

 

4 dari 4 halaman

Krisis COVID-19

Selama pandemi COVID-19, David merasa terinspirasi untuk mendokumentasikan pandemi, yang menurutnya membantunya mengatasi tekanannya, dan ia mulai melakukan lebih banyak pekerjaan imajiner dan surealis.

"Karya terbaik saya selalu bersifat otobiografi atau menggambarkan masa-masa kita hidup," katanya.

David baru-baru ini membuka galeri di Manningtree, yang selalu menjadi impiannya, tetapi ia "tidak pernah mengira itu akan menjadi kenyataan".

“Memiliki kesempatan untuk menampilkan karya saya dan mengobrol dengan orang-orang, sungguh luar biasa. Saya merasa ini juga memberi saya lebih banyak identitas sebagai seorang seniman,” katanya.

David sekarang mengalihkan perhatiannya ke krisis biaya hidup dan ingin membuat beberapa karya yang mendokumentasikannya di tahun baru.

"Sebelum ibuku meninggal, ia berkata kepadaku 'ayahmu dan saya tidak pernah berpikir kalau Anda akan bertemu seseorang dan menjadi seorang ayah," katanya.

"Saya bangga dengan semua yang telah saya capai di dunia seni, tetapi memiliki keluarga adalah hal terpenting dari semuanya."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini