Sukses

Perusahaan Kripto Ini Guyur Rp 1,8 Triliun Buat Pemilu AS

Organisasi advokasi konsumen Public Citizen AS telah merilis laporan yang merinci bagaimana uang dari perusahaan kripto dapat memengaruhi pemilihan umum 2024 di Amerika Serikat.

Liputan6.com, Jakarta Organisasi advokasi konsumen Public Citizen AS telah merilis laporan yang merinci bagaimana uang dari perusahaan kripto dapat memengaruhi pemilihan umum 2024 di Amerika Serikat atau Pemilu AS.

Dilansir dari Cointelegraph, Jumat (23/8/2024), dalam laporan tanggal 21 Agustus, Public Citizen mengatakan perusahaan kripto pada tahun 2024 telah menggunakan sekitar USD 119 juta atau setara Rp 1,8 triliun (asumsi kurs Rp 15.508 per dolar AS) untuk memengaruhi pemilihan umum federal, terutama melalui kontribusi kepada komite aksi politik super (PAC) seperti Fairshake. 

Menurut kelompok advokasi tersebut, sekitar 48 persen dari USD 248 juta dana perusahaan yang digunakan untuk pemilihan umum AS pada 2024 berasal dari pendukung kripto terutama Coinbase dan Ripple.

Terutama, menurut penelitian Public Citizen terhadap pengajuan Komisi Pemilihan Umum Federal (FEC), kontribusi dari perusahaan kripto jauh melebihi kontribusi dari Koch Industries yang berpengaruh. 

Perusahaan tersebut bertanggung jawab atas sumbangan kepada banyak politisi sayap kanan atas arahan CEO Charles Koch dan sebelumnya mendiang saudaranya David Koch.

Menurut Public Citizen, sekitar USD 108 juta pendanaan ke Fairshake datang langsung dari perusahaan yang akan mendapat keuntungan dari upaya PAC, termasuk Coinbase, Ripple, pendiri Gemini Cameron dan Tyler Winklevoss, dan CEO Coinbase Brian Armstrong. 

Meskipun hakim memutuskan hukuman pada bulan Agustus terhadap Ripple dalam kasusnya dengan Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat, Coinbase masih terlibat dalam proses hukum dengan regulator tersebut.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi. 

 

2 dari 4 halaman

Mantan Bos Kripto Ini Prediksi Harga Bitcoin Kembali ke Harga Rp 1 Miliar, Kok Bisa?

Sebelumnya, salah satu pendiri dan mantan CEO perusahaan kripto BitMEX, Arthur Hayes kembali memberikan pandangannya terhadap pasar kripto khususnya Bitcoin. Hayes memberikan komentar penting tentang masa depan pasar. 

Hayes membagikan sebuah posting blog yang menyatakan musim altcoin atau altcoin season tidak akan kembali hingga Bitcoin melampaui USD 70.000 atau setara Rp 1,10 miliar (asumsi kurs Rp 15.567 per dolar AS) dan Ethereum melampaui USD 4.000 atau setara Rp 63 juta.

Ia juga menyebutkan Solana akan naik di atas USD 250. Dengan diperkenalkannya likuiditas dolar AS, ia memperkirakan mata uang kripto akan keluar dari lintasan penurunannya mulai September dan seterusnya.

"Ketika lelucon plafon utang AS berakhir, likuiditas akan mengalir deras dari Departemen Keuangan dan mungkin Fed, dan pasar akan kembali ke jalurnya. Kemudian pasar bull akan benar-benar dimulai. Bitcoin senilai USD 1 juta masih menjadi skenario dasar saya,” kata Hayes dalam postingan blognya, dikutip dari Coinmarketcap, Kamis (22/8/2024). 

Pada awal 2023, banyak komentar di seluruh dunia yang menyatakan kepopuleran mata uang kripto mungkin sudah berakhir. Namun, pada Januari 2024, persetujuan ETF Bitcoin spot memicu gelombang aktivitas baru, yang berpuncak pada Bitcoin yang mencapai puncak historisnya pada Maret. 

Selanjutnya, tren penurunan dimulai lagi, dengan harga Bitcoin baru-baru ini turun menjadi USD 48.800. Meskipun demikian, keyakinan pelaku pasar pada 2024 dan 2025 tampaknya tetap utuh. Dalam konteks ini, Arthur Hayes, salah satu tokoh terkenal di dunia mata uang kripto.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 

3 dari 4 halaman

Goldman Sachs Pangkas Kemungkinan Resesi AS, Apa Artinya bagi Bitcoin?

Ekonom di perusahaan investasi global Goldman Sachs telah memangkas kemungkinan resesi di Amerika Serikat dalam tahun depan menjadi 20%. Landasan penurunan risiko resesi AS berdasarkan realisasi data penjualan ritel dan pengangguran terkini.

Dikutip dari cointelegraph, Selasa (20/8/2024), ekonom Goldman yang dipimpin oleh Jan Hatzius memperkirakan kemungkinan terjadi resesi turun menjadi 20% dari perkiraan sebelumnya sebesar 25%Lalu, jika laporan pekerjaan AS untuk Agustus yang akan diterbitkan pada 6 September terlihat cukup baik maka kemungkinan terjadi resesi di AS tersebut kembali dipangkas 15%.

Lalu apa artinya bagi Bitcoin?

Analis IG Markets Tony Sycamore mengatakan kepada Cointelegraph bahwa pemotongan probabilitas Goldman hanya sedikit perubahan dan tidak mungkin mendorong ledakan arus pencarian risiko yang baik di berbagai kelas aset, termasuk kripto.

Kepala penelitian 10x Research Markus Thielen mengatakan kepada Cointelegraph bahwa pedagang Bitcoin dapat menyambut baik pemotongan suku bunga tetapi ada juga risiko bahwa ini menyiratkan resesi mungkin akan datang.

"Dan dalam hal itu, kami memperkirakan Bitcoin akan terkoreksi lebih rendah, seperti yang terjadi pada tahun 2019." jelas dia.

Dia mencontohkan ketika Fed memangkas suku bunga pada Juli 2019. Bitcoin awalnya melonjak sebesar 20% dalam reli jangka pendek.

Thielen menambahkan meskipun Federal Reserve menerapkan dua pemotongan suku bunga tambahan akhir tahun itu, Bitcoin mengakhiri 2019 dengan penurunan 35% dari puncaknya setelah pemotongan suku bunga pertama.

 

 

 

4 dari 4 halaman

Begini Ramalan Harga Bitcoin pada Akhir 2024

Meskipun bitcoin sempat turun di bawah USD 60.000 atau setara Rp 979,4 miliar (asumsi kurs Rp 15.740 per dolar AS) pada Rabu, mata uang kripto teratas dunia ini diperkirakan akan mencapai level baru dan melonjak ke USD 150.000 atau setara Rp 2,4 miliar pada Desember.

Prediksi ini  menurut perkiraan pasar baru dari kepala penelitian Fundstrat, Tom Lee. Lonjakan harga bitcoin akan mewakili kenaikan bitcoin sebesar 138%, sebuah perubahan yang disambut baik dalam posisi pasar bitcoin setelah mata uang kripto tersebut anjlok 7% baru-baru ini. 

Menurut penelitian K33, turunnya harga Bitcoin sebagian disebabkan oleh peretasan, pertukaran kripto yang sudah tidak berfungsi, Mt. Gox, yang berjanji untuk membayar kembali pelanggan hampir USD 9 miliar dalam bentuk kripto, sehingga memicu kekhawatiran tentang sejumlah besar kripto yang akan memasuki pasar aset digital sekaligus.

“Bitcoin menderita karena distribusi Mount Gox yang dimulai pada bulan Juli. Itu adalah kerugian besar selama bertahun-tahun, tetapi jika saya berinvestasi di kripto, mengetahui bahwa salah satu kerugian terbesar akan hilang pada bulan Juli, saya pikir itu adalah alasan untuk mengharapkan rebound yang cukup tajam di paruh kedua,” kata Lee, dikutip dari Yahoo Finance, Minggu (18/8/2024).

 

Video Terkini