Sukses

ETF Ethereum Diramal Dorong Harga ETH ke Rp 106,4 Juta Tahun Ini

ETF Ethereum diperkirakan menarik dana antara Rp.245,6 triliun hingga Rp.327,5 triliun selama tahun pertama perdagangan.

Liputan6.com, Jakarta - Lembaga wawasan makroekonomi dan berfokus pada kripto, Steno Research menerbitkan prediksi soal bagaimana pasar kripto akan berperilaku dengan dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) spot Ethereum yang akan datang.

Mengutip News.bitcoin.com, Selasa (2/7/2024) Steno Research memperkirakan bahwa ETF Ethereum akan menarik dana antara USD 15 miliar (Rp.245,6 triliun) hingga USD 20 miliar (Rp.327,5 triliun) selama tahun pertama perdagangan.

Perkiraan tersebut termasuk kemungkinan arus keluar yang berasal dari Ethereum Grayscale Trust, yang secara positif memengaruhi pergerakan harga kripto yang lebih luas di pasar.

Dengan cara yang sama, peningkatan permintaan ini akan membuat harga ETH naik menjadi USD 6,500 (Rp.106,4 juta), ditambah faktor lainnya.

Akibatnya, rasio ETH/BTC, yang saat ini berada di sekitar 0,05, akan naik menjadi 0,065.

"Ini sebagian besar karena kami yakin pasar memiliki pandangan pesimistis yang berlaku terhadap ETF Ethereum," kata Steno.

Meskipun belum ada pengumuman resmi kapan ETF ETH akan mulai diperdagangkan, Steno Research dan analis lainnya memperkirakan hal ini akan terjadi pada hari-hari pertama bulan Juli ini.

Hal ini disebabkan oleh relatif sedikitnya komentar yang diterima dalam pengajuan S-1, dokumen di mana penerbit ETF menentukan cara kerja instrumen tersebut, yang menunjukkan bahwa peluncuran ETF spot Ether mungkin akan segera terjadi.

Prediksi Steno berbeda dari analis pasar lainnya seperti Eric Balchunas dan James Seyffart, yang memperkirakan bahwa ETF ETH hanya akan mampu meraup 10% hingga 20% dari arus masuk yang diiraih Bitcoin tahun ini.

Ini berarti bahwa ETF Ethereum hanya akan mencatat arus masuk sebesar USD 1,5 miliar (Rp.24,5 triliun) hingga USD 3 miliar (Rp.49,1 triliun), atau tidak melampaui ETF Bitcoin.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

2 dari 3 halaman

Permintaan ETF Ethereum Diramal di Bawah Bitcoin, Investor Tak Percaya?

Dana yang diperdagangkan di bursa spot (ETF) Ethereum (ETH) diperkirakan akan melihat permintaan yang lebih rendah setelah mendapat izin untuk diperdagangkan.

Perkiraan itu diungkapkan dalam sebuah laporan penelitian yang juga melibatkan sejumlah analis lainnya.

"ETH seharusnya tidak melihat banyak konversi spot ETH karena kurangnya fitur staking ETH di ETF," tulis analis Gautam Chhugani dan Mahika Sapra, dikutip dari Coindesk, Rabu (26/6/2024).

Mereka menambahkan bahwa perdagangan basis kemungkinan akan menemukan peminat seiring berjalannya waktu dan ini akan berkontribusi pada likuiditas yang sehat di pasar ETF.

Menurut seorang broker, Bernstein, Ether dan aset digital lainnya memerlukan rezim regulasi yang lebih baik. Dia memperkirakan narasi tersebut akan membaik menjelang pemilu AS di akhir tahun ini karena peluang kemenangan Partai Republik terus meningkat dengan Donald Trump yang pro-crypto.

"Meskipun terjadi kemunduran baru-baru ini di pasar kripto, siklus adopsi struktural tetap utuh," bebernya.

Sebelumnya, raksasa perbankan di Wall Street, JPMorgan mengatakan bahwa ETF spot Ether kemungkinan akan melihat permintaan yang jauh lebih rendah daripada ETF Bitcoin. 

 

3 dari 3 halaman

Sudah Disetujui Otoritas Bursa

Bank investasi itu menyebutkan dalam laporannya bulan lalu bahwa mata uang kripto terbesar di dunia ini memiliki keunggulan sebagai penggerak pertama dan berpotensi memenuhi permintaan keseluruhan untuk dana yang diperdagangkan di bursa kripto.

Seperti diketahui, ETF spot Ethereum semakin dekat untuk tersedia bagi investor di AS setelah Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) menyetujui pengajuan peraturan utama dari emiten bulan lalu.

"ETH sebagai platform tokenisasi utama sedang membangun kasus penggunaan yang kuat, baik untuk pembayaran stablecoin, serta tokenisasi aset dan dana tradisional," tulis para analis.

 

Video Terkini