Sukses

10 Makanan Paling Berbahaya, Hindari Konsumsi Tanpa Pertimbangan!

Pecinta petualangan kuliner, hati-hati! Eksplorasi hidangan eksotis dan sehari-hari dapat membawa risiko bahaya kesehatan. Artikel ini merinci sepuluh makanan paling berbahaya, menyoroti potensi risiko yang perlu diwaspadai. Temukan wawasan mendalam untuk petualangan kuliner yang bijak.

Liputan6.com, Jakarta Bagi para pecinta petualangan kuliner, menjelajahi hidangan-hidangan eksotis dan unik dapat menjadi pengalaman yang menarik. Namun, di balik keunikan tersebut, terdapat beberapa hidangan yang memiliki potensi bahaya bagi kesehatan. Tidak hanya makanan eksotis, tetapi bahaya juga dapat tersembunyi di dalam makanan sehari-hari yang umum dikonsumsi, tergantung pada cara pengolahan dan aspek kesehatan individu. Dalam eksplorasi kuliner ini, kita akan merinci sepuluh makanan yang dikenal sebagai yang paling berbahaya di dunia, menyoroti risiko-risiko yang dapat terjadi jika tidak berhati-hati dalam menikmatinya.

Beberapa hidangan ekstrem mungkin menarik bagi para petualang kuliner yang mencari sensasi baru, namun, ada potensi bahaya terkait dengan keunikan tersebut. Beberapa di antaranya bisa mengandung racun atau memiliki efek samping yang serius jika dikonsumsi dalam jumlah besar.

Selain itu, makanan eksotis seringkali diolah dengan cara khusus yang membutuhkan kehati-hatian dalam persiapan dan konsumsi. Pemahaman mendalam tentang makanan yang akan dinikmati, sumbernya, dan cara penyajiannya sangat penting untuk menjaga kesehatan dan keselamatan.

Tidak hanya makanan eksotis yang berpotensi berbahaya, tetapi makanan sehari-hari yang umum dapat menjadi ancaman jika tidak diolah atau disiapkan dengan benar. Pengolahan makanan yang tidak higienis, pemilihan bagian yang salah, atau kurang waspada dalam memahami alergi makanan dapat menyebabkan dampak negatif bagi kesehatan. Berikut 10 makanan paling berbahaya di dunia dirangkum dari a-z-animals.com!

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 16 halaman

10. Fugu

Fugu, hidangan eksklusif Jepang yang terbuat dari ikan buntal, memiliki reputasi unik karena racun mematikan yang terkandung di dalamnya. Ikan buntal, meskipun tampak tidak berbahaya ketika tidak menggembung, menyimpan racun yang sangat berbahaya yang dikenal sebagai tetrodotoxin (TTX). Kandungan TTX dalam ikan buntal melebihi dosis mematikan untuk manusia, dan yang lebih menakutkan, tidak ada obat penawar yang diketahui untuk racun fugu. Akibatnya, beberapa kematian terjadi setiap tahun akibat keracunan fugu di berbagai belahan dunia. Namun, pertanyaan yang muncul adalah mengapa orang rela mengambil risiko ini dan memilih untuk menikmati hidangan yang mematikan ini?

Persiapan hidangan fugu melibatkan koki yang memiliki pelatihan dan pengetahuan yang sangat mendalam. Dalam proses ini, koki harus sangat hati-hati dalam membuang bagian ikan yang mengandung racun mematikan, seperti kulit, usus, dan hati. Menurut blog Kobe Jones, hanya bagian tertentu yang dianggap aman untuk dikonsumsi.

Setelah proses persiapan yang sangat hati-hati, ikan buntal dapat disajikan dalam berbagai bentuk, seringkali sebagai sashimi mentah. Meskipun mungkin mengejutkan, hidangan ini diklaim memiliki rasa umami yang lembut, agar-agar, dan lezat, yang membuatnya tetap diminati oleh beberapa pecinta kuliner yang berani menghadapi risiko tinggi yang melekat padanya.

3 dari 16 halaman

9. Kacang Merah

Kacang merah, yang dikenal sebagai sumber nutrisi yang sangat baik dengan kandungan serat dan protein nabati yang tinggi, telah mendapatkan reputasi sebagai makanan sehat dalam berbagai masakan. Meskipun demikian, perlu diperhatikan bahwa mengonsumsi kacang merah secara mentah tidak disarankan. Buku Bad Bug FDA memberikan peringatan terkait dengan konsumsi kacang merah mentah, mengingatkan bahwa kacang merah mentah mengandung tingkat lektin yang beracun. Lektin dapat menimbulkan efek negatif pada tubuh, termasuk gejala-gejala seperti muntah, mual, dan diare. Oleh karena itu, penting untuk memahami risiko yang terkait dengan mengonsumsi kacang merah mentah dan memilih metode persiapan yang aman.

Lektin, zat yang terdapat dalam kacang merah mentah, dapat menyebabkan reaksi beracun jika dikonsumsi dalam jumlah yang tinggi. FDA menekankan pentingnya memasak kacang merah sebelum dikonsumsi untuk menghilangkan lektin beracun dan menghindari risiko terjadinya keracunan. Proses memasak dapat merusak lektin dan menjadikan kacang merah aman untuk dikonsumsi. Meskipun sebagian besar orang telah terbiasa mengonsumsi kacang merah yang telah dimasak dalam berbagai hidangan, informasi ini memberikan pengingat penting akan keamanan pangan dan pentingnya memahami cara mempersiapkan makanan dengan benar.

Dalam memasak kacang merah, proses pengolahan yang benar dapat memastikan keamanan dan nutrisi yang optimal. Oleh karena itu, informasi dari Buku Bad Bug FDA menjadi panduan berharga bagi para penggemar kacang merah untuk menjaga kesehatan dan keselamatan selama menikmati makanan yang lezat ini. Meskipun kacang merah memiliki banyak manfaat kesehatan, memahami cara memasaknya dengan benar dapat menjadi langkah yang krusial untuk menghindari risiko kesehatan yang tidak diinginkan.

4 dari 16 halaman

8. Rhubarb

Rhubarb, tumbuhan yang dikenal dengan batang berwarna merah muda cerah dan daun hijau, sering digunakan dalam berbagai hidangan manis seperti selai, pai, kue, dan kue kering. Keunikan warna dan rasa asam rhubarb menjadikannya pilihan yang populer di dunia kuliner. Meskipun demikian, perlu dicatat bahwa bagian tumbuhan ini yang dapat dikonsumsi sebaiknya terbatas pada tangkainya, sedangkan daunnya sebaiknya dihindari. Menurut How Stuff Works, daun rhubarb mengandung racun mematikan yang disebut asam oksalat. Konsumsi daun rhubarb dapat mengakibatkan gejala seperti mual, muntah, dan dalam kasus yang ekstrem, dapat menyebabkan kematian.

Asam oksalat dalam daun rhubarb memiliki potensi berbahaya bagi kesehatan manusia. Menurut How Stuff Works, ketika dikonsumsi dalam jumlah yang tinggi, asam oksalat dapat berbentuk kristal yang dapat menumpuk di dalam tubuh dan menyebabkan kerusakan pada organ internal. Oleh karena itu, penting untuk memahami batasan penggunaan rhubarb dalam pengolahan makanan dan selalu berhati-hati dalam memisahkan daun dan tangkai selama persiapan.

Dalam penggunaan rhubarb dalam berbagai hidangan, keamanan menjadi kunci. Menghindari konsumsi daun rhubarb adalah langkah yang penting untuk menikmati manfaat rasa dan keunikan yang ditawarkan oleh tangkai rhubarb yang segar. Pemahaman akan potensi bahaya yang terkandung dalam daun rhubarb membantu para koki dan pecinta kuliner untuk tetap bijak dan memastikan bahwa penggunaan rhubarb dalam hidangan tetap aman dan nikmat.

5 dari 16 halaman

7. Ackee

Ackee, buah yang tergolong dalam keluarga yang sama dengan leci dan logan, dikenal dengan rasa lembut dan pedasnya yang memiliki sentuhan manis. Meskipun ackee sering digunakan dalam masakan Jamaika dan negara-negara Karibia lainnya, penting untuk diingat bahwa mengonsumsi buah ackee mentah dapat menyebabkan kondisi serius yang dikenal sebagai "penyakit muntah Jamaika". Menurut Institut Kesehatan Nasional, gejala penyakit ini mencakup muntah, kejang, hipotermia, koma, dan bahkan dapat berujung pada kematian. Oleh karena itu, pemahaman akan risiko yang terkait dengan mengonsumsi ackee mentah menjadi penting bagi mereka yang ingin menikmati buah ini dengan aman.

Penyebab dari "penyakit muntah Jamaika" terkait dengan kandungan racun tertentu dalam buah ackee yang disebut hipoglisin. Ketika buah ini belum matang sepenuhnya, kandungan hipoglisinnya bisa sangat tinggi dan berpotensi menyebabkan efek toksik pada tubuh manusia. Oleh karena itu, langkah pencegahan utama adalah memastikan bahwa ackee matang sepenuhnya sebelum dikonsumsi. Proses memasak ackee juga dianggap sangat penting untuk mengurangi kandungan hipoglisin dan menghindari risiko terkena sindrom "penyakit muntah Jamaika".

Meskipun ackee memiliki cita rasa yang unik dan sering digunakan dalam masakan regional, kesadaran akan potensi bahayanya jika dikonsumsi dengan tidak benar tetap menjadi aspek yang krusial. Dengan memahami karakteristik buah ackee dan langkah-langkah pencegahan yang tepat, penggemar kuliner dapat tetap menikmati kelezatan buah ini tanpa risiko kesehatan yang tidak diinginkan.

6 dari 16 halaman

6. Jamur

Jamur, meskipun sering menjadi bahan utama dalam berbagai hidangan, memerlukan kehati-hatian ekstra dalam pemilihan dan pengolahannya. Beberapa jamur, seperti jamur death cap (Amanita phalloides), dapat mengandung senyawa beracun yang dapat menyebabkan kematian jika dikonsumsi. Kewaspadaan ini menjadi lebih penting karena bahkan jamur yang biasa dikonsumsi pun dapat menjadi sumber masalah kesehatan. Sebagai contoh, pada tahun 2023, Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) mengeluarkan peringatan terkait wabah listeria yang terkait dengan konsumsi jamur enoki. Oleh karena itu, penting untuk membiasakan diri dengan jenis-jenis jamur yang aman dikonsumsi dan memahami metode pengolahan yang benar untuk menghindari risiko penyakit.

Pemilihan dan pengolahan jamur dengan benar menjadi langkah utama dalam memastikan keamanan konsumsi. Jamur harus dibeli dari sumber yang terpercaya dan segar, serta diperiksa secara seksama untuk memastikan kualitasnya. Setiap bagian jamur yang tidak sehat atau terlihat meragukan sebaiknya dihindari. Proses pembersihan dan memasak jamur harus dilakukan dengan teliti, mengikuti pedoman kebersihan pangan yang baik untuk menghindari kontaminasi dan pertumbuhan bakteri yang merugikan.

Peringatan dari lembaga kesehatan seperti CDC menjadi pengingat bahwa walaupun jamur dapat menjadi sajian lezat dan bergizi, namun pemilihan dan pengolahan yang tidak hati-hati dapat mengakibatkan risiko kesehatan yang serius. Dengan pengetahuan yang cukup tentang jenis-jenis jamur yang aman dan praktik pengolahan yang benar, para penggemar jamur dapat terus menikmati hidangan lezat mereka tanpa khawatir akan efek negatif bagi kesehatan.

7 dari 16 halaman

5. Kerang Darah

Meskipun memiliki nama yang mengancam, kerang darah (blood clam) sebenarnya merupakan produk yang memicu kekhawatiran kesehatan yang nyata, dan itulah mengapa banyak negara telah melarang produk ini. Spesies kerang darah yang sering ditemui, seperti kerang bahtera, diberi nama berdasarkan cairan hemoglobin merah yang terdapat di dalam jaringan lunak mereka. Meskipun memiliki penampilan yang menarik dan dapat disajikan dengan berbagai cara seperti dikukus, direbus, dipanggang, atau bahkan mentah, kerang darah telah terkait dengan serangkaian wabah penyakit yang serius.

Rasa yang renyah dan lezat dari kerang darah seolah menutupi risiko yang terkandung di dalamnya. Salah satu insiden yang mencolok terjadi di Shanghai pada tahun 1988, ketika kerang darah diidentifikasi sebagai penyebab wabah Hepatitis A. Kejadian ini menjadi peringatan tentang potensi risiko kesehatan yang terkait dengan konsumsi kerang darah, yang dapat membawa dampak serius pada masyarakat dan menyebabkan dampak negatif terhadap industri makanan laut.

Ketika melibatkan makanan laut, kewaspadaan dan pemahaman akan risiko kesehatan sangatlah penting. Meskipun kerang darah mungkin memiliki daya tarik dalam rasa dan teksturnya, penting untuk memahami risiko yang terkait dengannya. Larangan di berbagai negara menjadi respons terhadap risiko kesehatan yang dihadirkan oleh kerang darah, dan kesadaran akan keputusan ini dapat membantu melindungi konsumen dan menjaga integritas industri pangan.

8 dari 16 halaman

4. Casu Marzu

Casu marzu, keju susu domba dari Sardinia, Italia, memegang predikat sebagai keju paling berbahaya di dunia dalam Guinness Book of World Records. Proses pembuatannya yang unik melibatkan penambahan belatung hidup ke dalam proses fermentasi, menciptakan keju yang berbeda dari yang lain. Hasilnya adalah keju yang memiliki rasa pedas dan pekat, serta tekstur yang khas.

Satu hal yang membedakan casu marzu dari keju lainnya adalah keharusan untuk memakannya saat belatung masih hidup. Meskipun tidak ada laporan kematian yang dikaitkan dengan konsumsi casu marzu, banyak negara melarang keju ini karena potensi risiko kesehatannya. Mengonsumsi casu marzu dapat menyebabkan reaksi seperti mual, muntah, dan diare, meskipun sejumlah orang telah mencobanya tanpa mengalami masalah kesehatan yang signifikan. Terlepas dari larangan di beberapa tempat, keberanian orang untuk mengeksplorasi keunikan casu marzu terus menciptakan diskusi tentang batasan-batasan keamanan pangan dan kebijakan makanan di berbagai belahan dunia.

Casu marzu mewakili contoh ekstrem dari keberagaman kuliner, di mana tradisi dan keterlibatan belatung dalam proses pembuatannya menciptakan keju yang eksklusif. Walaupun mendapatkan reputasi sebagai keju paling berbahaya, keberaniannya untuk dicoba oleh sebagian orang menggambarkan dinamika antara keberagaman kuliner dan pertimbangan keamanan pangan.

 

9 dari 16 halaman

3. Sannakji atau Gurita “Hidup”

Video viral yang menampilkan orang memakan gurita "hidup" mungkin membuat banyak orang terkejut, namun Sannakji, hidangan yang terkait dengan adegan tersebut, sebenarnya tidak melibatkan mengonsumsi hewan yang hidup. Hidangan ini dibuat dari spesies gurita kecil yang dikenal sebagai nakji. Sebelum disajikan, gurita dibunuh dan tentakelnya dipotong-potong menjadi potongan kecil. Potongan tentakel ini kemudian disajikan dengan minyak wijen dan biji wijen panggang untuk menambah cita rasa.

Keunikan Sannakji terletak pada kompleksitas sistem saraf gurita. Meskipun gurita sudah mati, tentakelnya masih dapat bergerak di atas piring. Hal ini menambah tingkat kesulitan dan ketegangan saat mengonsumsi hidangan ini. Namun, perlu diingat bahwa sifat bergerak tentakel gurita yang masih responsif setelah mati dapat menimbulkan risiko bahaya tersedak yang fatal. Beberapa laporan menyebutkan bahwa setiap tahun ada beberapa orang yang meninggal karena makan Sannakji, menggarisbawahi pentingnya kehati-hatian dan pengalaman yang sesuai saat menikmati hidangan ini.

Makanan eksotis sering menjadi daya tarik bagi pecinta petualangan kuliner, tetapi Sannakji menunjukkan bahwa beberapa hidangan dapat membawa risiko kesehatan yang serius. Keterlibatan gurita yang masih responsif setelah mati menimbulkan pertanyaan tentang batasan keamanan pangan dan etika konsumsi makanan. Dengan adanya risiko kesehatan yang signifikan, penting bagi individu untuk membuat keputusan yang bijak dan mempertimbangkan konsekuensi potensial sebelum mencoba hidangan semacam ini.

10 dari 16 halaman

2. Kacang

Meskipun mayoritas orang di seluruh dunia dapat menikmati kacang tanpa masalah, kenyataannya adalah sebagian kecil populasi menghadapi risiko serius akibat alergi kacang. Alergi kacang adalah salah satu jenis alergi paling berbahaya di dunia, dan keparahan reaksi alergi ini dapat menciptakan situasi yang mengancam jiwa. Menurut makalah dari National Library of Medicine, alergi kacang diperkirakan mempengaruhi sekitar 2% populasi umum di negara-negara Barat. Gejala alergi kacang dapat bervariasi, mulai dari gatal-gatal, mengi, hingga masalah pernapasan serius seperti sesak napas. Reaksi alergi kacang juga dapat menyebabkan gejala seperti pusing dan sensasi sesak pada tenggorokan, menunjukkan betapa seriusnya kondisi ini.

Keberadaan alergi kacang membawa implikasi besar terhadap kehidupan sehari-hari individu yang terkena dampaknya. Bahkan, hanya kontak kecil dengan kacang atau produk yang mengandung kacang dapat memicu reaksi alergi yang berbahaya. Oleh karena itu, orang-orang dengan alergi kacang perlu memperhatikan makanan mereka dengan sangat hati-hati, membaca label dengan teliti, dan menghindari lingkungan di mana kontaminasi oleh kacang mungkin terjadi. Kesadaran masyarakat tentang keparahan alergi kacang juga menjadi kunci dalam menciptakan lingkungan yang aman bagi mereka yang rentan terhadap alergi ini.

Mengatasi alergi kacang merupakan tantangan yang kompleks, dan hingga saat ini, belum ada obat atau terapi yang dapat sepenuhnya menyembuhkan kondisi ini. Oleh karena itu, pendekatan pencegahan dan manajemen menjadi krusial untuk mencegah reaksi alergi kacang yang berbahaya. Peran keluarga, teman, dan lingkungan sekitar sangat penting dalam menciptakan dukungan bagi individu yang hidup dengan alergi kacang, sehingga mereka dapat menjalani kehidupan sehari-hari dengan lebih aman dan terhindar dari risiko kesehatan yang berpotensi fatal.

 

11 dari 16 halaman

1. Ceri

Percaya atau tidak, beberapa makanan yang umum kita makan, seperti almond dan bayam, mengandung sianida dalam jumlah rendah. Kandungan sianida pada kedua makanan ini cukup rendah sehingga tidak menyebabkan keracunan pada manusia sehingga aman dikonsumsi.

Namun, Anda mungkin tidak tahu bahwa sianida juga dapat ditemukan di biji ceri. Menelan satu biji ceri secara tidak sengaja kemungkinan besar tidak akan menyakiti Anda. Menurut Healthline, lubang tersebut seharusnya melewati sistem Anda tanpa membahayakan.

Di sisi lain, mengunyah bijinya menghasilkan dan melepaskan hidrogen sianida, dan memakannya dengan cara ini dapat menyebabkan gejala seperti sakit kepala, kejang, dan kesulitan bernapas. Selain itu, biji ceri dapat menimbulkan bahaya tersedak, sehingga menjadikan ceri sebagai makanan yang berpotensi berbahaya.

12 dari 16 halaman

Pola makan buruk seperti apa?

Makan dalam jumlah banyak dengan waktu cepat, tapi terjadi beberapa kali dalam waktu berdekatan. Sering makan secara sembunyi-sembunyi. Ingin makan terus walaupun tidak lapar. Mencoba menahan diri, tapi justru bikin nafsu makan jadi semakin besar.

 

13 dari 16 halaman

Apa akibat makan mie pedas?

Meski enak, mie pedas tidak baik untuk kesehatan lambung hingga berisiko menyebabkan dispepsia atau gangguan pencernaan.

 

14 dari 16 halaman

Bolehkah minum sprite setelah makan mie?

Minuman bersoda maupun makanan-makanan berpenyedap seperti mi instan berisiko meningkatkan produksi asam lambung.

 

15 dari 16 halaman

Kenapa kopi dan mie tidak boleh dimakan bersamaan?

Konsumsi mie instan terlalu sering dapat menyebabkan peningkatan asam lambung terutama jika dibarengi dengan kopi.

 

16 dari 16 halaman

Biji apa yang susah dicerna?

Lapisan luar biji jagung memiliki ketahanan terhadap serat keras yang disebut selulosa. Manusia tidak memiliki enzim maupun bakteri usus yang tepat untuk mencernanya. Karena itu, biji jagung nampak seperti tidak tercerna usai buang air besar.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.