China & Jepang Melambat, Pasar Nigeria Jadi Incaran Indonesia

Menkeu mengimbau pelaku usaha mulai melirik pasar baru Nigeria sebagai tujuan ekspor. Apa pertimbangannya?

oleh Dian Ihsan Siregar diperbarui 10 Sep 2013, 15:37 WIB
Menteri Keuangan Chatib Basri mendorong pelaku eksportir agar mencari pasar ekspor nontradisional yang saat ini tengah mengalami perlambatan pertumbuhan. Salah satu incaran yang bisa disasar pelaku ekonomi adalah Nigeria.

"Mengapa kita lebih mengarahkan para eksportir untuk mengarah ke non tradisional, karena negara-negara tradisional seperti China dan Jepang, saat ini sedang mengalami perlambatan ekonomi yang mengakibatkan turunnya permintaan impor dari Indonesia," ujar Chatib ketika ditemui di Gedung Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (10/9/2013).

Chatib menilai ekonomi Nigeria saat ini tengah mengalami pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat. Dengan jumlah penduduk mencapai 170 juta jiwa, Nigeria mencetak pertumbuhan ekonomi di atas 7%.

Pemerintah yakin eksportir Indonesia bakal mendapat keuntungan dari hubungan dagangnya dengan Nigeria.  Selain bebas import duty, negara di Benua Afrika tersebut dianggap bisa menjadi basis produksi dari produk-produk yang dipasarkan ke sejumlah negara mitra seperti Amerika Serikat.

"Dari keuntungan, Nigeria punya akses ke Indonesia karena bebas import duty (bea impor), terus mereka masih berpikir, kalau Indomie adalah produk mereka (Nigeria). Karena hal itulah memberikan keuntungan yang besar bagi Indonesia," tegasnya.

Dengan pertimbangan tersebut, Menkeu berharap Lembaga Pembiayaan Ekspor Impor (LPEI) bisa memfasilitasi eksportir yang ingin membuka pasar baru di kawasan-kawasan non tradisional. Harapan itu disampaikan karena masih banyak pelaku usaha yang menilai risiko perdagangan masih cukup tinggi.

"Kami akan support terus dengan memberikan fasilitas yang terbaik bagi pelaku ekspor, agar berani mencoba ke pasar non tradisional," tutup Chatib. (Dis/Shd)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya