Penjualan Organ Perdagangan yang Mematikan

Susan Sutovi kehilangan anaknya yang berusia 24 tahun yang kemungkinan korban perdagangan organ.

oleh Melly Febrida diperbarui 30 Agu 2013, 14:28 WIB
Peristiwa pada Januari 2004 tak bisa dilupakan Susan Sutovi. Ia kehilangan anaknya yang berusia 24 tahun untuk selama-lamanya. Ia menduga anaknya merupakan korban perdagangan organ.

Pada malam itu, tidurnya terbangun dengan deringan telepon yang terus menerus. "Itu adalah panggilan internasional dari Belgrade," kata Susan seperti dikutip Telegraph, Jumat (30/8/2013). "Mengatakan, anakku Petar meninggal," katanya lagi.

Putranya yang saat itu berusia 24 tahun tinggal di apartemen ibunya di Beograd untuk kuliah hukum. Tubuh Petar ditemukan di tempat tidur oleh teman sekamarnya pada tengah malam.

Paramedis dengan seketika ke lokasi kejadian dan ahli patologi secara resmi mengatakan penyebab kematian Petar adalah overdosis obat-obatan. Susan merasa alasan itu tak bisa dipercaya.

"Paramedis menyatakan bahwa jarum ditemukan menonjol dari lengannya," kata Susan.

"Tapi, anak saya bukan seorang pecandu."

Ahli patologi memang sudah menjelaskan penyebabnya. Namun, hampir 10 tahun tak ada laporan toksikologi atapun laporan mortem. Untuk itulah pejabat Inggris melakukan uji mortem kedua. Ahli patologi yang memimpin penelitian itu mencatat jantung dan pankreas tak ada di tubuhnya.

Ketika Susan melihat tubuh anaknya saat kembali ke Inggris, Susah melihat sejumlah luka di wajah dan beberapa luka lainnya yang tak tercatat. Ia membuat teori sendiri yakni putranya jadi korban perdagangan organ.

"Anak saya dibunuh, tapi pejabat Serbia dan Inggris telah membuat saja seperti di neraka, memaksa saya tak menutupi kebenaran dan menutup saja dari semua jalan," kata Susan ketika ditemui di rumahnya di London.

Susan menduga anaknya dibunuh karena diri pelaku yang menyadari bahwa pelaku tak bisa menjual hatinya untuk uang atau pembunuh bayaran yang dibayar dengan organ.

Sebelum peristiwa tragis, Susan merupakan pengacara HAM ternama. Ia bekerja di Inggris setelah membantu menentang pemerintah mantan Presiden Slobodan Milosevic. Ia memiliki banyak musuh berbahaya. Jadi, pada Juli 2004 setelah tes ulang oleh Inggris dan Serbia, Susan memutuskan ke Belgrade sendirian bersama dua detektif swasta. Keduanya merupakan mantan polisi dan ahli dalam menyelidiki pembunuhan.

Selidiki Pembunuhan karena Organ

Saat di Belgrade, dua detektif itu memeriksa apartemen Petar dan menemukan darah di tempat tidur, hall, kamar mandi, dan dapur. Ini menujukkan terjadi kekerasan. Sisan juga melihat foto yang diambil polisi saat Petar meninggal. Wajah putranya itu seperti dipukul dan tempat tidurnya banyak darah.

Tes selanjutnya juga mengungkapkan cairan cokelat di sendok di atas meja samping kasurnya yang diduga heroin ternyata minyak suci dari Yerusalem yang dibawa Petar di botol kaca kecil.

Selain itu, morfin di darah Petar bukan tipe yang diproduksi heroin, tapi berhubungan dengan obat resep penghilang rasa sakit, Tramadol, yang Peter gunakan sejak kecelakaan lalu lintas pada 2000. Susan percaya siapapun pelakunya, Petar dipukuli, diganti pakaiannya, ruangannya ditata ulang agar terlihat seperti overdosis dan di beberapa titik mengambil hatinya untuk dijual di pasar gelap.

(Mel/*)


POPULER

Berita Terkini Selengkapnya