Antisipasi Petugas KPPS Meninggal di Pemilu Selanjutnya, Ini 5 Saran Pakar Kesehatan

Lima hal yang disarankan pakar kesehatan untuk antisipasi petugas KPPS meninggal dunia.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 21 Feb 2024, 09:47 WIB
Antisipasi Petugas KPPS Meninggal di Pemilu Selanjutnya, Pakar Kesehatan Sarankan 5 Hal Ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Peristiwa meninggalnya petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) kembali terjadi di Pemilu 2024.

Hingga Jumat, 16 Februari 2024, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengonfirmasi jumlah petugas yang meninggal sebanyak 27 orang.

"Sampai saat ini tercatat 27 kasus kematian yang dilaporkan," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi, dikonfirmasi di Jakarta, Jumat mengutip Antara.

Guna mengantisipasi hal ini terjadi lagi di Pemilu yang akan datang, pakar kesehatan global Dicky Budiman menyarankan 5 hal, yakni:

Skrining Kesehatan yang Teliti

Pertama, terulangnya peristiwa petugas KPPS meninggal diyakini Dicky karena skrining kesehatan yang dilakukan tak cukup teliti.

“Saya kira dan saya yakin dalam pemilihan petugas ini tidak ada skrining kesehatan yang cukup teliti dalam artian dilakukan medical check up, kan tidak. Nah ini yang tentu akhirnya membuat sebagian yang memang sudah dalam kondisi tidak fit akhirnya meninggal,” kata Dicky kepada Health Liputan6.com melalui pesan suara, Jumat, 16 Februari 2024.

Ditambah, ada keterbatasan dalam memilih petugas KPPS. Misalnya, anak-anak muda tidak berminat dan sebagainya.

“Ini akhirnya menjadi beragam faktor yang menyebabkan kasus seperti ini akhirnya terulang atau terjadi lagi,” tambahnya.

2 dari 4 halaman

Kerja Sama Antara Kemenkes dan KPU Saat Rekrutmen Petugas

Antisipasi Petugas KPPS Meninggal di Pemilu Selanjutnya, Pakar Kesehatan Sarankan 5 Hal Ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Saran kedua yang perlu dilakukan pemerintah terutama Kemenkes dan penyelenggara Pemilu untuk mencegah petugas KPPS meninggal saat Pemilu adalah kerja sama antara Komisi Pemilihan Umum (KPU) dengan Kemenkes.

Kerja sama ini dapat dilakukan ketika rekrutmen petugas KPPS agar skrining lebih memadai.

“KPU harus melibatkan Kemenkes atau jajaran kesehatannya dalam melakukan perekrutan petugas ini dari sejak awal. Termasuk juga melakukan skrining yang memadai sehingga kita memperoleh petugas-petugas yang masuk dalam kategori fit dan bugar.”

3 dari 4 halaman

Pemantauan Kesehatan Berkala

Petugas KPPS melakukan penghitungan suara di TPS 36 Perumahan Griya Pamulang 2, Tangerang Selatan, Rabu (9/12/2020). Sebanyak 976.019 orang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) pada Pilkada Tangsel 2020 yang diikuti tiga pasang calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota (merdeka.com/Dwi Narwoko)

Ketiga, Dicky menyarankan adanya pemantauan kesehatan berkala sebelum dan selama berlangsungnya Pemilu, terutama saat pencoblosan dan penghitungan suara.

“Bicara mitigasi ya tidak hanya bicara pada fase skrining saja tapi juga sebelum pencoblosan yang saya kira ada rangkaiannya dan terus dilakukan pemantauan kesehatan secara berkala. Terutama pas pencoblosan dan penghitungan itu, yang kita tahu beban besarnya ada di situ kan.”

Perlu Ada Periode Istirahat

Keempat, Dicky menyarankan agar Pemilu dapat diatur untuk menyertakan periode istirahat.

“Harus ada periode istirahat, dukungan selain nutrisi yang baik juga disediakan tempat istirahat. Dan situasi, kondisi, lokasi atau lingkungan pencoblosan juga minim risiko kesehatan.”

TPS di Dalam Gedung

Kelima, agar lokasi pencoblosan minim risiko kesehatan, maka Dicky menyarankan agar tempat pemungutan suara (TPS) ditempatkan di dalam gedung.

“Saya sih lebih mendukung pencoblosan tuh jangan di tenda-tenda, apalagi kemarin musim hujan. Ya mungkin hujannya besar, tendanya tidak memadai misalnya. Kan itu juga bisa menjadi risiko lainnya ya. Jadi, lebih baik di gedung atau gedung semi permanen kek.”

“Nah ini juga akan membantu selain dari pengaturan waktu istirahat petugas Pemilu ini.”

4 dari 4 halaman

Akibat Kelelahan Luar Biasa Ditambah Kondisi Tubuh Tidak Bugar

Epidemiolog Dicky Budiman soal KPPS meninggal. Foto: Dok. Pribadi.

Sebelumnya, Dicky menjelaskan bahwa orang memang bisa meninggal karena kelelahan luar biasa ditambah dengan kondisi kesehatan yang tidak bugar.

“Ini akibat pekerjaan yang berat dalam durasi yang lama dan ini terjadi bukan hanya dalam konteks Pemilu. Pekerja berat seperti di China, Korea, itu terkenal banyak mengalami kematian mendadak karena banyak faktor. Antara lain karena ritme kerja yang berat dan terus-menerus,” jelas Dicky.

Risiko meninggal juga semakin tinggi jika kondisi tubuh memang sedang tidak fit atau ada komorbid, jarang berolahraga, dan sebagainya.

“Dan dalam konteks Pemilu, sebetulnya kematian petugas Pemilu akibat kelelahan yang luar biasa bukan hanya terjadi di Indonesia, tapi di negara lain pun terjadi, misalnya di India,” tutupnya.

Infografis 24 Partai Politik Calon Peserta Pemilu 2024 Lolos ke Tahap Verifikasi Administrasi (Liputan6.com/Abdillah).

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya