Kuota Penyaluran Pertalite di 2024 Capai 31,7 Juta KL, Turun Dibanding Tahun Lalu

Penetapan kuota penyaluran BBM Pertalite di 2024 berdasarkan perhitungan dari realisasi di tahun 2023 yang hanya mencapai 30 juta kl atau sekitar 92,24 persen.

oleh Arthur Gideon diperbarui 09 Jan 2024, 12:45 WIB
Pengendara motor mengantre mengisi BBM di SPBU, Jakarta, Kamis (18/6/2020). Kendati demikian, Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman menegaskan, saat ini pihaknya masih menyediakan dan menyalurkan BBM jenis Premium dan pertalite. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Kuota penyaluran BBM Khusus Penugasan (JBKP) atau Pertalite pada 2024 sebesar 31,7 juta kilo liter (kl). Jika dibandingkan dengan kuota penyaluran Pertalite tahun sebelumnya yang mencapai 32,56 juta kl, angka ini mengalami penurunan.

“Untuk tahun 2024 kuota yang kami siapkan adalah sekitar 31,7 juta kilo liter,” kata Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Erika Retnowati, dikutip dari Antara, Selasa (9/1/2024). 

Penetapan kuota di tahun 2024 berdasarkan perhitungan dari realisasi di tahun 2023 yang hanya mencapai 30 juta kl atau sekitar 92,24 persen.

 

“Jadi ini memang sedikit lebih kecil dari 2023, karena kami melihat dari realisasinya di tahun 2023 sekitar 30 juta kl,” jelas Erika.

Rendahnya capaian realisasi penyaluran BBM Pertalite pada tahun 2023 menunjukkan bahwa pengendalian distribusi BBM tersebut telah ditingkatkan. Hal ini menunjukkan bahwa mekanisme pengendalian telah diperkuat untuk memastikan distribusi BBM sesuai dengan kebijakan pemerintah.

Selain itu, Erika juga menyebut bahwa beralihnya masyarakat ke transportasi umum turut berkontribusi pada rendahnya penyaluran BBM Pertalite. Fenomena ini terutama terjadi di wilayah Jakarta dan sekitarnya, di mana ketersediaan transportasi umum yang nyaman membuat banyak orang memilih alternatif tersebut daripada menggunakan kendaraan pribadi.

Hal ini sejalan dengan tren peningkatan kesadaran akan mobilitas berkelanjutan dan lingkungan di kalangan masyarakat perkotaan. Perubahan preferensi masyarakat terhadap metode transportasi juga mencerminkan pergeseran pola konsumsi energi di sektor transportasi.

“Rendahnya capaian realisasi penyaluran BBM Pertalite di 2023, kalau ditanya kenapa seperti itu, kenapa tidak mencapai target? Ya berarti pengendaliannya lebih baik, yang kedua mungkin juga masyarakat mulai memilih transportasi umum,” ucap Erika.

 

2 dari 2 halaman

Penyaluran Solar

Antrean kendaraan sesaat jelang kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Bersubsidi di SPBU Kawasan Jalan Siliwangi, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Sabtu (3/9/2022). Pemerintah resmi menaikkan harga BBM Bersubsidi pada Sabtu (3/9) pukul 14.30 WIB. Harga BBM Subsidi jenis Pertalite naik dari Rp 7650 ke Rp 10.000,- dan Pertamax dari Rp 12.500 ke Rp 14.500,-(Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Meski begitu, Erika menuturkan bahwa ada pertumbuhan penyaluran BBM Pertalite bila dibandingkan pada tahun 2022, namun dia tidak menyebut secara pasti berapa jumlah pertumbuhannya.

“30 juta kl itu memang mengalami pertumbuhan dari 2022, tapi memang pertumbuhannya tidak sebesar tahun-tahun sebelumnya,” tambah Erika.

Selain realisasi Pertalite, Erika juga menyampaikan terkait realisasi penyaluran Jenis BBM Tertentu (JBT) yakni Solar Subsidi hingga akhir 2023 tercatat mencapai sebesar 17,5 juta kl atau sebesar 103,37 persen dari kuota yang ditentukan untuk tahun 2023 lalu sebesar 16,8 juta kl.

“Terkait dengan realisasi BBM bersubsidi, jadi ada dua yakni JBT dan JBKP. Untuk JBT solar realisasinya adalah 17,5 juta kl, itu 103,37 persen dari kuotanya. Itu realisasi di tahun 2023,” kata Erika.

Infografis Wacana Pertamax Jadi BBM Bersubsidi Gantikan Pertalite, Ini Klarifikasi Menteri ESDM. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya