Bukan Durian Runtuh, Ini Rahasia Pertamina Raup Pendapatan Terbesar Sepanjang Sejarah

PT Pertamina (Persero) berhasil catatkan pendapatan USD 84,89 miliar di sepanjang 2022. Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menegaskan kalau capaian itu berkat efisiensi yang dilakukan perseroan.

oleh Arief Rahman Hakim diperbarui 06 Jun 2023, 19:30 WIB
PT Pertamina (Persero) berhasil catatkan pendapatan USD 84,89 miliar di sepanjang 2022. Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menegaskan kalau capaian itu berkat efisiensi yang dilakukan perseroan. Dok Pertamina

Liputan6.com, Jakarta PT Pertamina (Persero) berhasil catatkan pendapatan USD 84,89 miliar di sepanjang 2022. Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menegaskan kalau capaian itu berkat efisiensi yang dilakukan perseroan.

Nicke menguraikan, Pertamina mampu mencatatkan pendapatan USD 84,89 miliar dengan keuntungan USD 3,81 miliar di 2022. Pada 2021-2022 Pertamina mampu melakukan optimalisasi pendanaan sekitar USD 3,27 juta. Ini berkat digitalisasi yang dinilai berhasil dijalankan.

"Kalau kita lihat yang paling memberikan kontribusi sebetulnya ada di cost. Jadi kalau kita lihat persen dari biaya di tahun 2012 dan 2014, sebagai tahun yang terbaik, Ini tuh sekitar 93-94 persen," ujarnya dalam Media Briefing Capaian Kinerja Pertamina di Grha Pertamina, Jakarta, Selasa (6/6/2023).

"Tapi di Tahun 2022 ini hanya 89 persen cost itu. Artinya ada penghematan sekitar 4 sampai 5 persen kalau kita bandingkan. Dan kalau kita bicara 4 sampai 5 persen dari 85 billion US Dollar, itu bukan angka yang kecil dan tidak bisa hanya satu-dua program," sambungnya.

Optimalisasi Pendanaan

Sebagai salah satu langkah optimalisasi pendanaan tadi, Nicke mengatakan ada sebanyak 267 program yang dijalankan sepanjang tahun 2022. Itu dinilai berhasil mengahdirkan efisiensi.

"Jadi program-program ini akan tetap stay karena ini merubah operating mode, bukan hanya sekedar cost cutting. Ini memperlihatkan bahwa Tahun 2022 adalah tahun terbaik dan kita berharap ini tentu akan terus tumbuh secara berkelanjutan," jelasnya.

Dia juga menjelaskan kalau capaian apik ini bukan berkat dari meningkatnya harga komoditas. Tercatat, ada peningkatan harga komoditas global yang terjadi pada 2021-2022.

 

2 dari 3 halaman

Terbesar Sepanjang Sejarah Pertamina

Pemotor mengisi BBM di SPBU Pertamina, Jakarta, Kamis (15/6). Mulai tanggal 18 Juni-24 Juli, harga Pertamax menjadi Rp.8000 8000 yang berlaku di SPBU bertanda khusus yang tersebar di jalur mudik. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

PT Pertamina (Persero) berhasil mencatatkan pendapatan sebesar USD 84,89 miliar atau setara Rp 1.263 triliun di tahun 2022. Pendapatan ini disebut menjadi yang terbesar sepanjang sejarah berdirinya perseroan.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menerangkan, tahun 2022 ditutup secara cemerlang. Dari pendapatan sebesar itu, perseroan mampu mencatatkan laba sebesar USD 3,81 miliar atau setara Rp 56 triliun.

"Tahun 2022 bisa kita tutup dengan kinerja yang tertinggi sepanjang sejarah Pertamina. Kita bisa membukukan keuntungan 3,81 billion US Dollar, ekuivalen Rp 56 triliun, revenue meningkat 48 persen menjadi 85 billion US Dollar, jadi ini sekitar sepertiganya dari APBN. Ebitda juga mengalami peningkatan 47 persen," bebernya dan Media Briefing Capaian Kinerja Pertamina, di Grha Pertamina, Selasa (6/6/2023).

 

3 dari 3 halaman

Bukan Kenaikan Harga Komoditas

Dirut PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati (tengah) rapat kerja dengan Komisi VII DPR di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (6/4/2022). Rapat membahas ketahanan BBM, kinerja Pertamina hulu, persiapan kilang menghadapi Lebaran, dan progres Grass Root Refinery (GRR) Tuban. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Nicke bilang, capaian ini tak bergantung pada kenaikan harga minyak dunia yang terjadi sepanjang tahun lalu. Menurut catatan, memang terjadi peningkatan harga komoditas global, ditambah lagi dengan adanya perbandingan kurs.

"Capaian ini bukan capaian karena windfall semata dan lain sebagainya, tapi karena memang pondasinya kita perbaiki sehingga semuanya memberikan kontribusi," tegasnya.

"Kalau dikatakan capaian ini karena kurs rupiah tinggi, Kita pernah mengalami kurs tinggi juga di beberapa tahun terakhir tapi tidak (sama). Lalu kalau karena faktor ICP yang di atas USD 100 (per barel), kita juga pernah mengalami sebelumnya tapi pencapaiannya tidak demikian," sambungnya.

Mengacu pada bahan paparannya, kurs cukup tinggi pernah ada di tahun 2020 dengan Rp 14.572 per dolar AS. Namun, pada masa itu, Pertamina catatkan pendapatan USD 41,47 miliar.

Sementara itu, berkat transformasi bisnis yang dilakukan sejak itu, Pertamina mampu mencatatkan pendapatan USD 84,89 miliar di 2022. Capaian ini didapat dalam kondisi kurs Rupiah berada di Rp 14.871 per dolar AS dan ICP USD 97 per barel.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya