Harga Batu Bara 2023 Diprediksi Sentuh USD 250 per Ton

Harga batu bara akan turun pada level USD 250 per ton pada 2023. Sedangkan hingga akhir 2022 diperkirakan USD 300-USD 350 per ton.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 11 Okt 2022, 14:42 WIB
Kapal tongkang pengangkut batu bara lepas jangkar di Perairan Bojonegara, Serang, Banten, Kamis (21/10/2021). Ekspor batu bara menjadi penyumbang terbesar dengan kontribusi mencapai 70,33 persen dan kenaikan hingga 168,89 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Harga batu bara masih berada pada tren menanjak saat ini. Namun, tren harga batu bara itu disebut tidak akan bertahan lama.

Executive Director Head of Indonesia Research & Strategy PT. J.P. Morgan Securities Indonesia, Henry Wibowo memperkirakan harga batu bara akan turun pada level USD 250 per ton pada 2023.

"Tidak mungkin harga batu bara tetap nangkring di harga USD 400 per ton. Jadi kita forecast tahun ini harga batu bara USD 300–350 per ton. Tahun depan kita ekspect USD 250 per ton," kata Henry dalam Money Buzz - Indonesia's New Sources of Growth, Selasa (11/10/2022).

Tak dapat dipungkiri, Indonesia memang bak mendapat durian runtuh saat terjadi kenaikan harga komoditas. Di satu sisi, Indonesia sebagai importir minyak mestinya terbebani dengan kenaikan harga pada komoditas minyak.

Namun, bersamaan dengan itu, harga batu bara naik jauh lebih tinggi. Sebagai salah satu eksportir batu bara terbesar, tentu Indonesia mendulang cuan melimpah dari kondisi itu.

"Kalau harga minyak naik itu sebenarnya tidak bagus untuk neraca dagang kita. Tapi karana harga batu bara naik lebih tinggi, kita diuntungkan,” ujar Henry.

Menariknya, Henry mencermati saat ini harga batu bara masih naik kendati harga minyak turun. Umumnya, permintaan batu bara akan tinggi saat harga minyak naik. Namun, yang terjadi saat ini adalah harga minyak turun, yang biasanya disusul penurunan permintaan batu bara sehingga harganya juga akan landai.

"Jadi oil price nya turun, tapi harga coal masih di atas. Jadi ada kemungkinan trade balance dan current account kita bisa melebihi ekspektasi,” pungkas Hery.

 

   

2 dari 4 halaman

Pembangkit Listrik Batu Bara Eropa Hidup Lagi, HBA Oktober Naik ke USD 330,9 per Ton

Batu bara dimuat ke truk di Pelabuhan Karya Citra Nusantara (KCN) Marunda, Jakarta, 17 Januari 2022. Indonesia melonggarkan larangan ekspor batu bara. (ADEK BERRY/AFP)

Sebelumnya, pengoperasian kembali pembangkit batu bara di sebagian negara Eropa turut mengerek permintaan batu bara global. Akibatnya, Harga Batu Bara Acuan (HBA) pada Oktober 2022 mengalami kenaikan sebesar USD 11,75 per ton menjadi USD 330,97 per ton dari September 2022, yakni USD 319,22 per ton.

Kenaikan HBA Oktober ini dipengaruhi oleh naiknya rata-rata indeks bulanan penyusunan HBA, yaitu ICI naik 3,63 persen, Platts naik 4,41 persen, GNCC naik 3,98 persen, dan NEX naik 3,08 persen.

"Selain naiknya rata-rata indeks, negara-negara Eropa seperti Jerman, Belanda dan Belgia telah menghidupkan kembali pembangkit batu bara sebagai dampak dari pemangkasan gas oleh Rusia," kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM, Agung Pribadi, Selasa (4/10/2022).

Faktor lain yang memengaruhi kenaikan HBA adalah adanya kendala pasokan gas alam di Eropa. "Adanya kebocoran jaringan gas yang terjadi di Laut Baltik sehingga harga gas melonjak," ungkap Agung.

Pergerakan Harga Batu Bara Acuan Oktober ini merupakan yang tertinggi sejak awal 2022, di mana nilai tertinggi sebelumnya terjadi pada Juni, dimana HBA terkerek hingga menyentuh angka USD 323,91 per ton.

Faktor kondisi geopolitik Eropa imbas konflik Rusia-Ukraina serta krisis listrik di India akibat gelombang hawa panas masih menjadi faktor pengerek utama.

Setelahnya, HBA cenderung fluktuatif mengalami kenaikan dan penurunan. HBA Agustus ada di angka USD 321,59 per ton dan September lalu sebesar USD 319,22 per ton.

3 dari 4 halaman

Tentang HBA

Kapal tongkang pengangkut batu bara lepas jangkar di Perairan Bojonegara, Serang, Banten, Kamis (21/10/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor produk pertambangan dan lainnya pada September 2021 mencapai USD 3,77 miliar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

HBA sendiri merupakan harga yang diperoleh dari rata-rata indeks Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platt's 5900 pada bulan sebelumnya, dengan kualitas yang disetarakan pada kalori 6322 kcal per kg GAR, Total Moisture 8 persen, Total Sulphur 0,8 persen, dan Ash 15 persen.

Nantinya, harga ini akan digunakan secara langsung dalam jual beli komoditas batubara (spot) selama satu bulan pada titik serah penjualan secara Free on Board di atas kapal pengangkut (FOB Veseel).

Terdapat dua faktor turunan yang memengaruhi pergerakan HBA yaitu, supply dan demand. Pada faktor turunan supply dipengaruhi oleh season (cuaca), teknis tambang, kebijakan negara supplier, hingga teknis di supply chain seperti kereta, tongkang, maupun loading terminal.

Sementara untuk faktor turunan demand dipengaruhi oleh kebutuhan listrik yang turun berkorelasi dengan kondisi industri, kebijakan impor, dan kompetisi dengan komoditas energi lain, seperti LNG, nuklir, dan hidro.

4 dari 4 halaman

BPS: Harga Batu Bara Masih Naik hingga Akhir 2022

Batu bara dimuat ke truk di Pelabuhan Karya Citra Nusantara (KCN) Marunda, Jakarta, 17 Januari 2022. Indonesia melonggarkan larangan ekspor batu bara. (ADEK BERRY/AFP)

Berdasarkan data dari Bank Dunia, harga komoditas batu bara terus mengalami peningkatan sejak tahun lalu. Hanya saja pada Agustus 2022 mengalami penurunan 5,35 persen.

Namun bila dibandingkan dengan tahun lalu harganya masih tetap lebih tinggi. Harga batu bara di Agustus 2022 sebesar USD 290 per metrik ton (MT), sedangkan pada Agustus 2021 USD 137,9 per MT.

Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan harga batu bara masih akan tetap mengalami tren peningkatan hingga akhir tahun. Mengingat kebutuhannya masih akan terus tinggi menjelang musim dingin di beberapa negara.

"Batu bara meningkat seiring kebutuhan-kebutuhan negara-negara terkait dengan musim," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Setianto di Gedung BPS, Jakarta Pusat, Kamis (15/9/2022).

Setianto menilai tren harga batu bara sangat tergantung dengan kondisi global. Akibat perang Rusia dan Ukraina permintaan batu bara mengalami peningkatan.

"Kalau suplai terbatas dikarenakan distribusi yang masih terganggu karena adanya konflik Rusia dan Ukraina," katanya.

Ini menyebabkan tingginya permintaan terhadap batu bara ini yang membuat harganya terus mengalami peningkatan.

"Jadi kalau kita lihat secara detail harganya ini terkait suplai dan demain," pungkasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya