Pakar Sebut Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 Sedang Meningkat di Dunia

Sejauh ini, belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan tiga Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 menyebabkan penyakit menjadi berat.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Jun 2022, 18:07 WIB
Ilustrasi virus corona COVID-19, omicron. (Photo by starline on Freepik)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI, Tjandra Yoga Aditama mengatakan ada tiga subvarian Omicron yang sedang meningkat di dunia. Rinciannya, omicron BA.2.12.1, BA.5, dan BA.4.

Dari ketiga subvarian tersebut, BA.2.12.1 paling banyak ditemui. Data sementara, 53 negara sudah melaporkan BA.2.12.1 dan diduga menjadi penyebab kenaikan kasus Covid-19.

"Sementara itu, subvarian BA.5 ditemukan di 47 negara dan BA.4 dideteksi di 42 negara. Jadi lebih sedikit dari BA.2.12.1," kata Tjandra kepada merdeka.com, Senin (13/6).

Menurut Tjandra, ketiga subvarian Omicron ini memiliki mutasi pada spike L452R. Ada dua dampak dari mutasi spike L452R. Pertama, terjadi peningkatan risiko penularan. Kedua, bisa menimbulkan immune escape.

"Immune escape antara lain ditandai dengan masih tetap dapat tertular walaupun sudah divaksinasi lengkap," jelasnya.

Kabar gembiranya, kata mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara ini, sejauh ini belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan tiga subvarian Omicron tersebut menyebabkan penyakit menjadi berat.

"Walaupun memang lebih mudah menular," ucapnya.

Kasus subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 telah terdeteksi di Indonesia. Hingga kini, kasus yang tercatat sebanyak delapan. Empat di antaranya ditemukan di Bali, sisanya di DKI Jakarta.

Ketua Pokja Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Erlina Burhan mengatakan dari seluruh pasien, satu di antaranya mengeluhkan sesak napas. Sementara sisanya mengalami gejala Covid-19 ringan.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Keluhkan Sesak Napas

Pasien yang mengeluhkan sesak napas ini tercatat berumur 20 tahun. Berdasarkan hasil tes Whole Genome Sequencing (WGS), pasien terkonfirmasi positif subvarian Omicron BA.5 pada 10 Juni 2022. Diduga, kasus ini hasil transmisi lokal.

"Ini satu-satunya (pasien) yang gejalanya lebih berat," kata Erlina, Minggu (12/6).

Selain sesak napas, pasien ini mengalami batuk, sakit kepala, lemah, mual, muntah, dan nyeri abdomen. Menurut Erlina, pasien ini sudah mendapatkan vaksinasi dosis lengkap dengan jenis Sinovac.

Pasien mendapatkan vaksinasi terakhir pada 7 Mei 2021. Erlina mengaku belum mengetahui pasti proses replikasi subvarian Omicron BA.5.

Reporter: Titin Supriatin/Merdeka.com

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya