Hasil Ekskavasi Situs Srigading Malang, Dua Arca Penjaga Candi Suci Aliran Hindu Syiwa

Tim ekskavasi Situs Srigading Malang memperkirakan bangunan suci itu telah berdiri sejak masa Mataram kuno periode Jawa Tengah

oleh Zainul Arifin diperbarui 27 Feb 2022, 14:30 WIB
Arkeolog BPCB Jawa Timur dibantu warga melakukan ekskavasi tahap kedua di Situs Srigading, Lawang Malang. Ditemukan sejumlah peninggalan arkeologis di candi aliran Hindu Syiwa tersebut (Liputan6.comZainul Arifin)

Liputan6.com, Malang - Tim Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur menyelesaikan ekskavasi tahap kedua di Situs Srigading, Lawang, Malang. Ditemukan beberapa tinggalan arkeologis yang mengindikasikan situs ini dahulu kompleks candi yang telah berdiri sejak masa Mataram kuno.

Saat ekskavasi tahap pertama dua pekan lalu, tim arkeolog BPCB Jawa Timur sebenarnya sudah mendapatkan gambaran Situs Srigading, Malang. Berupa profil kaki atau batur candi berukuran 8x8 meter dengan struktur pondasi seluas 10x10 meter.

“Target ekskavasi tahap kedua ini mengupas sisi timur situs ini. Temuan awal berupa posisi kaki tangga di sisi timur, menunjukkan orientasi situs menghadap ke arah timur,” kata Ketua Tim Ekskavasi BPCB Jawa Timur, Wicaksono Dwi Nugroho, di Malang, Sabtu, 26 Februari 2022.

Temuan lainnya berupa batu ambang pintu di atas tangga, dua batu untuk relung, lingga. Fragmen yang juga ditemukan berupa beberapa bagian kepala arca dari bahan bata merah. Serta dua arca berbahan batu andesit masing – masing di sudut tenggara dan di sebelah timur dinding.

Dua arca berbahan batu andesit mengandung silila, sehingga tampak berkilau itu adalah Arca Nandiswara (semula diduga Arca Rsi Agastya) dan Arca Mahakala. Kondisi kedua arca itu nyaris sama, patah di beberapa bagian seperti kepala, tangan dan tombak.

“Temuan dua arca itu menarik karena menandakan dua penjaga Situs Srigading,” ucap

Tim Arkeolog juga mengerjakan bagian garbhagriha atau bilik utama situs berukuran 3x3 meter. Dalam arsitektur candi, ini adalah ruang utama atau tempat suci yang biasanya di dalamnya diletakkan figure dewa utama pemujaan.

“Secara garis besar, untuk tahap kedua ini kami berusaha menampakkan keseluruhan sisi. Menariknya, di sisi barat juga ditemukan strutur – struktur lain,” ucap Wicaksono.

Karena itu pula, arkeolog BPCB Jawa Timur meyakni Situs Srigading, Lawang, Malang, dahulunya merupakan sebuah kompleks candi besar untuk peribadatan. Didiuga dulu ada halaman candi yang dikelilingi oleh pagar pelindung.

2 dari 2 halaman

Candi Srigading Bangunan Suci

Temuan diduga Arca Nandiswara berbahan batu andesit hasil ekskavasi tahap kedua di Situs Srigading, Lawang, Malang. Selain arca ini, tim arkeolog juga menemukan Arca Mahakala dan sejumlah fragmen arca dari bata (Liputan6.com/Zainul Arifin)

Karena candi menghadap arah timur dan terdapat lingga yoni, maka fungsi Candi Srigading diyakini adalah bangunan suci peribadatan aliran Hindu Syiwa. Arsitetur candi ini bergaya Mataram kuno periode Jawa Tengah.

Temuan struktur bata di sisi barat diyakini masih bagian kompleks candi suci untuk peribadatan. Sebab sejauh ini tak ditemukan fragmen berupa keramik dan gerabah sebagai penunjuk keberadaan sebuah permukiman.

“Karakteristik selama ini bila itu temuan permukiman maka akan banyak temuan pecahan gerabah dan keramik. Kalau candi bangunan suci ya sebaliknya,” ujar Wicaksono.

Keberadaan candi ini dikaitkan dengan Prasasti Linggasutan yang ditemukan di Singosari, tak jauh dari Lawang, Malang. Prasasti berangka tahun 851 Saka atau 929 Masehi itu menuliskan Rakau Hino Mpu Sindok memerintahkan sebuah desa sebagai desa perdikan bebas pajak.

Berdasarkan data prasasti itu, diperkirakan Candi Srigading sudah berdiri pada transisi kekuasaan Mpu Sindok. Saat Sindok memindahkan pusat kerajaan Mataram kuno periode Jawa Tengah ke Medang di Jawa Timur.

“Bisa jadi candi ini sudah ada saat sebelum Mpu Sindok memindah kekuasaan Mataram kuno ke Jawa Timur,” ujar Wicaksono.

Selama proses ekskavasi, bata merah setebal 11-12 sentimeter lebih mendominasi dibanding material tanah. Wicaksono menyatakan, bila mencoba merekonstruksi dengan berbagai temuan awal, diperkirakan candi berukuran 20x20 meter dengan tinggi sekitar 11 meter.

“Itu dugaan awal, tentu perlu penguat dari arkeolog lain guna memastikannya. Bila memungkinkan ya ada ekskavasi tahap ketiga,” katanya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya