Survei: 58 Persen Orang Indonesia Yakin Nilai Kripto Meroket 10 Tahun ke Depan

Optimisme investor terhadap potensi pertumbuhan aset kripto dinilai cukup tinggi.

oleh Iskandar diperbarui 30 Sep 2021, 10:00 WIB
Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital. Kredit: WorldSpectrum from Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Platform perdagangan kripto global, Luno, menggandeng perusahaan riset YouGov melakukan survei tentang tren perilaku investor serta persepsi terhadap aset kripto.

Penelitian ini tujuh negara: Indonesia, Malaysia, Inggris, Australia, Afrika Selatan, Kenya, dan Nigeria, dengan total lebih dari 6.642 responden--1.003 orang berasal dari Indonesia.

Di Indonesia sendiri, pertumbuhan investasi kripto terus mengukir sejarah tertinggi, terlebih sejak pemerintah mengakui kripto sebagai aset digital yang menjadi komoditas perdagangan. Menurut Kementerian Perdagangan, jumlah nilai transaksi kripto setiap harinya rata-rata mencapai Rp 1,5 triliun.

Dalam riset ini, dikutip Kamis (30/9/2021), ditemukan mayoritas investor kripto (56%) mengharapkan profit dari investasi kripto dalam jangka waktu 5 tahun ke depan.

Selain itu, optimisme investor terhadap potensi pertumbuhan aset kripto juga cukup tinggi, di mana sekitar 58% meyakini bahwa nilai kripto akan meningkat dalam waktu 10 tahun ke depan.

Ini berarti masyarakat Indonesia memiliki kepercayaan bahwa aset kripto akan menjadi investasi jangka panjang, alih-alih sebagai alat penghasil keuntungan instan.

Buktinya, hasil studi juga menunjukkan kalau para investor yang mengalokasikan pendapatannya di kripto, digunakan untuk menabung demi masa pensiun (55%) dan sebagai warisan untuk anak-cucu mereka (45%).

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 5 halaman

Tabungan Kripto

Berdasarkan hasil survei Luno dan YouGov pada akhir Agustus 2021, ditemukan bahwa responden dari berbagai belahan dunia paling sering mencari nasihat keuangan untuk mengurus investasi mereka, terutama di negara-negara berkembang seperti Nigeria (66%), Indonesia (55%), dan Kenya (54%).

Dari segi tabungan, 80% responden Nigeria mengaku menabung secara teratur, diikuti oleh Kenya (79%), Afrika Selatan (79%), Australia (67%), Malaysia (64%), dan posisi terakhir ditempati oleh Indonesia--di mana hanya 50% dari responden yang menabung secara teratur.

Dari jumlah tersebut, sekitar satu dari lima (22%) responden Indonesia mengaku mengalokasikan tabungannya dalam bentuk kripto.

Selain itu, riset Luno dan YouGov juga mencatat 65% responden yang sudah mengenal kripto pernah membeli aset ini dalam waktu dua tahun terakhir. Ini menunjukkan ketertarikan yang kian meningkat.

 

3 dari 5 halaman

Investor Kripto Tertinggi ada di Nigeria

Sementara untuk jumlah investor kripto tertinggi berada di Nigeria, di mana 57% responden mengaku telah membeli aset kripto selama 24 bulan terakhir.

Diikuti dengan Afrika Selatan (43%), Indonesia (29%), dan Kenya (28%). Di Indonesia, tingkat familiaritas responden terhadap kripto (30%) bahkan melebihi aset investasi yang lain, seperti obligasi negara (20%) dan pinjaman peer-to-peer (18%).

Umumnya, mayoritas investor (30%) hanya menyimpan 10% dari tabungan mereka dalam bentuk kripto. Tidak seperti stigma yang beredar di masyarakat, para investor kripto sangat berhati-hati dalam mengalokasikan aset, sehingga tidak semata-mata mengejar keuntungan.

Sebaliknya, mereka hanya mengalokasikan sedikit proporsi aset dalam bentuk kripto, agar dapat menjaga level diversifikasi investasi. 

4 dari 5 halaman

Hal yang Membuat Orang Ogah Main Kripto

Luno dan YouGov juga meneliti lebih jauh tentang tantangan yang menghalangi responden untuk berinvestasi dalam bentuk kripto. Hasilnya menunjukkan bahwa kurangnya edukasi atau pemahaman soal kripto menjadi tantangan terbesar di hampir semua negara.

Antara 55-64% masyarakat dari tujuh negara yang disurvei mengaku alasan mereka tidak berinvestasi di aset kripto karena tidak memahami cara kerjanya.

Karena itu, para responden Indonesia juga menyebutkan bahwa edukasi yang lebih baik akan menjadi faktor terpenting yang bisa meyakinkan mereka untuk berinvestasi pada aset kripto.

Hal ini sejalan dengan misi Luno untuk memudahkan masyarakat dan bisnis untuk membeli, menggunakan, menyimpan, dan yang paling penting mempelajari aset kripto, terutama di Indonesia yang baru-baru ini menjadi pasar kedua terbesar Luno semenjak meroketnya jumlah investor aset kripto.

Pada awal tahun 2021, Luno Indonesia telah meluncurkan program edukasi bernama Luno Academy agar setiap orang bisa mempelajari tentang aset kripto dengan mudah, melalui website dan aplikasinya.

“Kami ingin menghapus stigma di masyarakat yang memandang bahwa investasi kripto rumit dan hanya bisa dilakukan bagi institusi atau yang sudah sangat berpengalaman,” kata Jay Jayawijayaningtiyas, Country Manager Luno Indonesia.

Untuk itu, perusahaan akan memperbanyak konten pendidikan yang simpel, mudah dipahami, dan gratis, baik di media sosial, acara virtual dan offline, serta aplikasi dan website Luno.

“Tujuannya agar bisa membantu investor baru agar bisa memahami fundamental investasi kripto hanya dalam waktu kurang dari satu jam,” ucap Jay memungkaskan.

5 dari 5 halaman

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya