Angka Kematian Akibat COVID-19 di AS Setara Jumlah Korban Pandemi Flu Spanyol

Untuk saat ini, pandemi COVID-19 masih membuat Amerika Serikat dan bagian dunia lainnya mengalami kesulitan.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 21 Sep 2021, 13:54 WIB
Rumah sakit darurat selama pandemi flu Spanyol, Camp Funston, Kansas, 1918.(foto: Arsip Sejarah Otis, Museum Nasional Kesehatan dan Kedokteran)

Liputan6.com, New York - COVID-19 kini telah membunuh ribuan orang Amerika Serikat. Angkanya sama seperti korban pandemi flu Spanyol di AS tahun 1918-1919, dengan total sekitar 675.000.

Populasi AS seabad yang lalu hanya sepertiga dari populasi saat ini, yang berarti flu memotong petak yang jauh lebih besar dan lebih mematikan di seluruh negeri.

Seperti flu Spanyol, Virus Corona mungkin tidak akan pernah sepenuhnya hilang dari tengah-tengah kita. Sebaliknya, para ilmuwan berharap itu menjadi serangan musiman ringan karena kekebalan manusia menguat melalui vaksinasi dan infeksi berulang. Itu bisa memakan waktu. Demikian dikutip dari laman AP News, Selasa (21/9/2021).

"Kami berharap ini seperti masuk angin, tetapi tidak ada jaminan," kata ahli biologi Universitas Emory Rustom Antia, yang menyarankan skenario optimis di mana ini bisa terjadi selama beberapa tahun.

Untuk saat ini, pandemi COVID-19 masih membuat Amerika Serikat dan bagian dunia lainnya mengalami kesulitan.

Sementara lonjakan infeksi yang dipicu Varian Delta mungkin telah memuncak, kematian AS rata-rata mencapai lebih dari 1.900 sehari, level tertinggi sejak awal Maret 2021.

Jumlah korban keseluruhan negara itu mencapai 675.000 pada Senin (20/9), menurut penghitungan Universitas Johns Hopkins, meskipun jumlah sebenarnya diyakini lebih tinggi.

Musim dingin dapat membawa gelombang baru, dengan model berpengaruh Universitas Washington memproyeksikan 100.000 atau lebih orang Amerika akan meninggal karena COVID-19 pada 1 Januari 2022, yang akan menjadikan jumlah korban keseluruhan Amerika Serikat menjadi 776.000.

Pandemi influenza 1918-19 menewaskan 50 juta korban secara global pada saat dunia memiliki seperempat populasi seperti sekarang.

Sementara kematian global akibat COVID-19 sekarang mencapai lebih dari 4,6 juta.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Catatan Sejarah

Perawat menyiapkan masker untuk mencegah penyebaran flu Spanyol pada 1918. (foto: National Archives)

Surutnya COVID-19 dapat terjadi jika virus semakin melemah saat bermutasi dan semakin banyak sistem kekebalan manusia yang terbentuk untuk menyerangnya. Vaksinasi dan bertahan dari infeksi adalah cara utama untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Bayi yang diberi ASI juga mendapatkan kekebalan dari ibu mereka.

Di bawah skenario optimis itu, anak sekolah akan mendapatkan penyakit ringan yang melatih sistem kekebalan mereka.

Saat mereka tumbuh dewasa, anak-anak akan membawa memori respons imun, sehingga ketika mereka tua dan rentan, virus corona tidak akan lebih berbahaya daripada virus flu.

Hal yang sama berlaku untuk remaja yang divaksinasi hari ini: Sistem kekebalan mereka akan menjadi lebih kuat melalui suntikan dan infeksi ringan.

"Kita semua akan terinfeksi," prediksi ahli.

"Yang penting adalah apakah infeksinya parah atau tidak."

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya